Mengapa Marat Gafurov Selalu Membela Orang Lain
Marat “Cobra” Gafurov adalah figur yang sangat mengintimidasi.
Pria asal Dagestan berusia 33 tahun yang berperawakan tenang ini adalah seorang atlet dengan berbagai penghargaan. Ia dua kali menjadi Juara Dunia FILA Pankration, Juara Grappling ADCC Rusia, dan yang paling luar biasa, mantan Juara Dunia ONE Featherweight.
Pada hari Jumat, 20 April, ia akan memulai perjalanan menuju perebutan gelar itu kembali, saat ia bertemu dengan Emilio “The Honey Badger” Urrutia di ajang ONE: HEROES OF HONOR.
Bahkan melalui seluruh pencapaian tersebut, hampir tak mungkin untuk meyakini bahwa Gafurov seringkali dirundung saat remaja. Namun, itu adalah pengalaman yang membentuk hidupnya.
Segera setelah Gafurov lahir, orang tuanya pindah ke ibukota Dagestan, Makhachkala, demi mencari kesempatan finansial yang lebih baik.
Mereka meninggalkan anak mereka di sebuah desa bernama Ishkarty, dimana ia menghabiskan masa remajanya bersama kakek-neneknya. Ia juga menghabiskan sebagian dari masa kecilnya itu berkelahi melawan anak-anak lain yang berada di desa di daerah pegunungan itu.
“Saya memiliki banyak pengalaman, karena sebagai seorang anak lelaki, saya sering berkelahi di jalanan. Semua anak melakukan itu, namun saya suka memukul dari awal,” akunya. “Ayah dan ibu saya meninggalkan saya di bawah asuhan kakek-nenek — mungkin saya kesal karena mereka tidak ada, mungkin orang yang lebih tua tak dapat mengendalikan saya. Apapun itu, saya sangat tangguh.”
“Di tempat saya berasal, opini umum adalah bahwa seorang pria haruslah kuat secara fisik dan mental, serta harus selalu mampu melindungi dirinya dan keluarganya.”
Saat ia memasuki usia ke-15, Gafurov pindah ke Makhachkala dan akhirnya bergabung dengan kedua orang tuanya di ibukota Dagestan itu. Ini juga berarti bahwa ia harus membangun lingkaran sosial yang baru, serta memasuki sekolah yang baru.
Di sekolah barunya itu, beberapa murid yang lebih tua mencari keributan dengan Gafurov muda, serta memperlakukannya sebagai “anak desa.”
Namun, Gafurov tak menahan diri. Ia adalah pemukul alami yang menolak untuk dirundung dan memberitahukan itu dengan segera.
“Anak-anak di sekolah baru kami mulai mengganggu saya,” kenangnya.
“Mereka menyangka bahwa mereka itu lebih tinggi dari saya dan mencoba menundukkan saya. Namun mereka memilih pria yang salah. Saya harus membuktikan diri saya, serta melakukannya dengan menggunakan metode yang paling efektif yang saya tahu — kepalan tangan saya.”
Saat itu, ia baru saja memulai latihan bela diri formalnya di Amanat Fight Club, sebuah sasana yang dekat dari rumahnya.
Namun, hanya karena Gafurov mengetahui cara mempertahankan diri, itu tak berarti ia akan menyalahgunakan kemampuannya. Faktanya, daripada menjadi seorang perundung, ia menjalani mantra yang dianut di desanya itu dan membantu yang lemah.
“Para perundung ini pun mundur dan membiarkan saya sendiri, namun itu hanyalah awalnya. Segera, saya memiliki otoritas untuk melindungi teman sekelas saya yang lain. Saya menikmati saat mendapatkan kepuasan dari mempertahankan diri sendiri dan melindungi yang lain,” ia melanjutkan.
“Ada anak-anak ‘aneh’ yang selalu dirundung oleh sekelompok anak lainnya. Setelah saya menyelesaikan masalah saya sendiri, saya juga membantu mereka untuk mendapatkan sedikit kedamaian. Saya kira mereka yang kuat seharusnya membantu dan melindungi yang lemah, jika mereka dirundung.”
Gafurov berkali-kali terpanggil untuk membantu siapapun yang membutuhkan, terutama di sekolah barunya. Dengan caranya sendiri, anak-anak “aneh” itu mengingatkan “Cobra” tentang dirinya.
“Mungkin saya merasa bahwa mereka juga terbuang seperti saya,” kenangnya. “Anak-anak kota yang tidak ingin menganggap saya setara dengan mereka pada awalnya. Namun tak seperti saya, mereka tak dapat mempertahankan diri sendiri.”
Kini, saat Gafurov tak berkompetisi di dalam arena ONE, ia berlanjut memberi dorongan bagi banyak orang lainnya — tidak dengan bakat fisik yang eksplosif, namun dengan kekuatan dari kata-kata.
Mantan Juara Dunia divisi featherweight ini menggunakan statusnya sebagai selebriti di tanah kelahirannya itu untuk memberi pengaruh baik pada banyak pemuda lainnya dengan mengunjungi panti asuhan, sekolah-sekolah dan berbagai universitas. Ia berbagi pengalaman hidupnya bersama para pemuda ini, serta memberi mereka motivasi untuk menjadi kuat dan membantu yang lemah.
“Saya seringkali diminta untuk bertemu dengan para murid, dan saya melakukannya dengan kegembiraan luar biasa,” tegasnya.
“Saya menceritakan mereka tentang kehidupan dan kerja keras yang saya jalani, tentang permasalahan yang saya hadapi, serta berbagai pilihan yang saya ambil. Pesan saya adalah bahwa anda harus menjadi kuat dan menggunakan kekuatan bagi keuntungan anda sendiri itu tidak baik. ‘Satu untuk semua’ terdengar jauh lebih baik dari ‘bagi diri sendiri’.”