Mengapa Ryuto Sawada Ditakdirkan Bersinar Di Panggung Dunia

Ryuto Sawada DREAMS OF GOLD ADUX IMG_7109

Ryuto “Dragon Boy” Sawada sadar ia akan menjalani kehidupan sebagai seniman bela diri sejak kecil, bahkan jika itu berarti melawan ekspektasi banyak orang.

Spesialis submission dari Jepang ini mengakhiri pendidikannya dan menjadi atlet bela diri campuran penuh waktu setelah lulus dari sekolah menengah atas. Walau banyak temannya melanjutkan studi ke universitas, pilihan Ryuto ini terbayar, dimana atlet berusia 24 tahun ini kini menjadi salah satu atlet yang paling menjanjikan dalam divisi strawweight ONE Championship.

Sebelum laga berikutnya melawan Bokang “Little Giant” Masunyane di ajang ONE: MARK OF GREATNESS, perwakilan Evolve ini mengungkapkan bagaimana ia terinspirasi untuk mengejar impiannya dari kecil, serta bagaimana ia telah mencapai ajang pembuktian diri terbesar bagi kemampuannya.

Terinspirasi Seorang Legenda

Tumbuh sebagai anak tengah dari tiga bersaudara di daerah Meguro, Tokyo, Ryuto memiliki hubungan erat dengan kedua orang tua, kakak lelaki dan adik perempuannya.

“Dragon Boy” mulai berlatih gulat saat ia berusia 4 tahun, setelah ayahnya mengajak dirinya menonton seorang legenda bela diri campuran Jepang, Kazushi Sakuraba, melawan Royce Gracie di ajang Pride.

Kazushi adalah pelopor dan legenda disiplin tersebut, yang dikenal sebagai “IQ Wrestler” atas kemampuannya mengalahkan lawan yang jauh lebih besar dengan prinsip ‘teknik di atas kekuatan’, dimana dengan tinggi badan yang hanya mencapai 156 sentimeter, Ryuto pun masih mengikuti jejak idolanya itu sampai sekarang.

“Saya selalu mengikutinya, bahkan sekarang saya ingin menjadi atlet seperti dia,” tegasnya.

“Ia pria bertubuh kecil yang selalu berhadapan dengan atlet yang lebih besar, dimana ia selalu membuat penggemar bersemangat. Saya selalu tertarik dengan gaya bertanding itu – mencari kemenangan melalui submission dan membuat arena bergemuruh.”

Seperti ditakdirkan, ia mulai menggeluti seni bela diri di Takada Dojo, sasana yang terkenal dan menghasilkan atlet seperti Kazushi.

Sejak hari pertama di atas kanvas, Ryuto memiliki kekuatan mental yang dapat menyokongnya meraih kesuksesan dengan pesat.

“Yang saya cintai tentang gulat adalah bahwa anda dapat memulainya dari nol, dan tidak sedikitpun kuat, dimana jika anda selalu berlatih dan pantang menyerah, anda akan menjadi lebih kuat dan lebih baik,” tambahnya.

Respek Dan Kehormatan

Japanese martial arts star Ryuto Sawada enters the Circle

Ryuto menikmati masa sekolah dan bermain bersama temannya, namun ia selalu bersemangat berlatih seusai sekolah – terutama setelah ia bergabung dengan sasana terkenal lainnya di ibukota.

Di Abe Ani Combat Club (AACC), ia dilatih oleh Hiroyuki Abe dan pelopor bela diri campuran wanita Jepang, Megumi Fujii, yang membantu dirinnya mengembangkan kemampuan bela dirinya.

Namun, menjadi atlet papan atas tidaklah cukup di sasana AACC, karena pelatihan mereka terpusat untuk menjadikan atlet mereka manusia yang lebih baik melalui nilai-nilai kehormatan dan respek. Belajar untuk menyapa orang dengan baik, di sasana itu, sama pentingnya dengan berlatih teknik submission.

“Mereka berdua adalah pelatih hebat yang mengajarkan saya banyak hal,” ungkap atlet kelahiran 24 tahun silam ini.

“Mereka selalu mendorong konsistensi dalam berlatih, serta memberi yang terbaik di setiap saat.”

Ia bermimpi memiliki karir bela diri campuran, dan itu membuatnya mematahkan norma dalam tradisi Jepang untuk melanjutkan pendidikannya demi mengejar impiannya.

“Saya masuk klub gulat di tahun pertama sekolah menengah atas, dan saya sadar bahwa saya sebenarnya ingin terjun ke seni bela diri campuran. Maka, saya berhenti sekolah dan kembali berlatih di AACC,” sebutnya.

Ia mengakui bahwa ia seringkali merasa tersesat di musim kehidupannya saat itu, dan mempertanyakan apakah ia telah mengambil pilihan tepat. Namun, ia segera mendapatkan pembenaran.

Kegigihan Yang Ditampilkan

Ryuto Sawada (red shorts) defeats Ismael Bandiwan via Submission at ONE Warrior Series 3

Dibawah para pelatih elit di AADC, ia kembali menanjamkan kemampuannya, serta meraih sabuk hitam karate dan sabuk ungu Brazilian Jiu-Jitsu.

Kemampuan itu membantunya menjadi spesialis submission berbahaya saat ia memulai karir profesionalnya pada tahun 2013. Dengan empat penyelesaian dari lima kemenangan, ia meraih kesempatan merebut gelar Juara Dunia Shooto dua tahun kemudian, namun kalah saat menghadapi atlet yang akan menjadi Juara Dunia ONE Strawweight, Yoshitaka “Nobita” Naito.

“Hal terberat adalah bangkit dari kekalahan – bagaimana untuk tetap bersemangat dan positif itu selalu sulit,” ungkapnya.

“Saya terbiasa menjadikan rasa frustasi akibat kekalahan menjadi latihan keras untuk laga selanjutnya.”

Walau ia kembali menang dan menuju puncak kejayaan, cerita yang sama terjadi saat ia menghadapi atlet yang saat ini akan mengincar sabuk emas di “The Home Of Martial Arts,” Yosuke “The Ninja” Saruta.

Namun, Ryuto kembali bangkit dan berlatih lebih keras seperti sebelumnya – dengan sebuah determinasi untuk mencari penebusan melawan mereka yang mengalahkannya. Kali ini, sebuah kesempatan menunggu untuk membawanya ke tingkatan berikutnya.

Mimpi Meraih Emas

Ryuto Sawada wins his ONE debut at ONE: DREAMS OF GOLD

Tahun lalu, Ryuto direkrut untuk tampil dalam rangkaian Rich Franklin’s ONE Warrior Series, dan dua kemenangan submission pada ronde pertama menjadi batu loncatannya untuk masuk ke daftar atlet utama ONE.

Sebelum debutnya di organisasi bela diri terbesar di dunia tersebut, “Dragon Boy” pindah ke Singapura bulan Febuari silam untuk bergabung dengan Evolve, dimana ia membawa karirnya ke tingkatan lebih tinggi dengan tim kelas dunia itu.

“Saya mendapat banyak dukungan dari rekan saya di Evolve dan para pelatih – mereka melakukan segalanya untuk membangun saya,” ungkapnya.

“Suasana timnya terasa solid. Saya selalu bersyukur atas kehadiran mereka.”

Kerja kerasnya di “Kota Singa” terbayar saat ia meraih kemenangan sensasional dalam waktu 69 detik untuk menghentikan perlawanan Aziz “The Krauser” Calim bulan Agustus lalu, dalam debutnya di ONE Circle.

Saat ini, ia telah meraih tiga kemenangan beruntun dan merasa yakin dapat melanjutkan hal itu untuk naik peringkat dan melaju ke deretan atlet papan atas divisi strawweight – serta menampilkan yang terbaik.

“Gaya bertanding saya adalah untuk selalu mencari penyelesaian dari awal. Gaya ini yang ingin saya tampilkan pada para fan dan membuat mereka bersorak,” sebutnya.

“Saya ingin terus memenangkan laga satu per satu sampai akhirnya dapat menantang sabuk Kejuaraan Dunia ONE.”

Baca Juga: 5 Kuncian Terbaik Dari Bintang Di ONE: MARK OF GREATNESS

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9