Mengenal Yongmoodo, Disiplin Bela Diri Korea Yang Berakar Di Indonesia
Korea Selatan memang menjadi tempat kelahiran dari sejumlah seni bela diri yang sangat populer. Namun, yongmoodo adalah satu paket komplit yang mengadopsi beberapa seni bela diri lainnya.
Jika berbicara tentang seni bela diri di Korea Selatan, taekwondo tentunya ada di peringkat teratas. Tetapi, negara ini tak cuma memiliki disiplin yang terfokus pada tendangan itu, karena ada pula beberapa seni bela diri lain seperti hapkido, ssireum, taekkyeon dan yongmoodo – yang perlahan mulai naik daun di Indonesia.
Dalam bahasa Korea, Yongmoodo terdiri dari tiga suku kata: ‘yong’ yang berarti naga (mahluk yang berasa dari legenda), ‘mu’ atau ‘moo’ yang berarti bela diri, serta ‘do’ yang berarti cara berlatih dan hidup.
Adapun, yongmoodo awalnya berasal dari kata hankido (di tahun 1976) dan kukmodo, sebelum beralih nama seperti yang kita kenal saat ini. Kembali ke akarnya di Korea Selatan, yongmoodo terlahir dari program bela diri di Universitas Yong-In pada tahun 1953. Dalam perjalanannya, program ini pun merambah ke seni bela diri lainnya seperti judo, taekwondo, hapkido dan ssireum.
Berkat konsistensi Universitas Yong-In dan lulusannya di bidang seni bela diri, pihak universitas pun mulai mengembangkan sebuah seni bela diri campuran baru yang mereka namakan yongmoodo ini pada tanggal 15 Oktober 1998. Yongmoodo sendiri terlahir dari perpaduan antara disiplin judo, taekwondo, hapkido, ssireum dan hon sin sul yang semuanya berasal dari Korea Selatan.
Perkembangan Di Indonesia
https://www.youtube.com/watch?v=FvSwDlKcW5U
Di Indonesia, disiplin yongmoodo ini terlebih dahulu dikenal oleh pihak TNI Angkatan Darat (AD) pada tahun 2008. Dibawa oleh Letjen Danko Diklat Gatot Bambang Nurmantyo pada saat itu untuk memeriahkan HUT TNI, yongmoodo jadi salah satu atraksi dan disiplin bela diri militer wajib di TNI AD.
Kemudian, Federasi Yongmoodo Indonesia (FYI) pun dibentuk untuk menjadi wadahnya.
Di kalangan publik, yongmoodo pun mulai dipopulerkan sejak tahun 2012. Tak sedikit Dojang (sebutan untuk sasana yongmoodo) yang bermunculan di sejumlah daerah di Indonesia.
- 5 Alasan Mengapa Anda Wajib Menyaksikan ONE: NO SURRENDER III
- Bagaimana Cara Menyaksikan ONE: NO SURRENDER III
- 4 Cara Meningkatkan Akurasi Pukulan Anda Dalam Bela Diri
Disiplin yang sangat mirip dengan bela diri campuran ini pun juga mendapatkan panggung di berbagai ajang nasional seperti Kejurnas Beladiri Yonqmoodo Kasad Cup, hingga menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) – yang sejatinya diadakan di Papua tahun ini dan ditunda karena pandemi global COVID-19.
Bahkan seorang atlet ONE yang berasal dari Salatiga, Andreas “Yhayaz” Satyawan, menjadi salah satu yang tengah menekuni disiplin asal Korea Selatan itu.
Memulai perjalanan dalam seni bela diri melalui disiplin kickboxing, atlet yang adalah Juara Karate Kyokushinkai Indonesia ini berbagi pengalaman menjajal disiplin yang lekat dengan dunia militer tersebut.
“Saya sudah tahu selama sekitar 3 tahun, tetapi baru-baru ini [beru berlatih di bulan Maret]. Peraturannya unik, sama mencoba hal-hal baru,” kata Andreas, yang rutin berlatih yongmoodo tiga kali seminggu.
Untuk mempelajari disiplin ini, Andreas pun berguru langsung pada seorang praktisi di Purwodadi – sekitar satu setengah jam perjalanan dengan mobil dari rumahnya. Menurut Andreas, yongmoodo membuatnya harus mempelajari berbagai teknik baru yang sebelumnya tidak dikuasai.
Rutinitas Berlatih Dan Bertanding
“Tantangannya itu untuk mempelajari bantingannya, itu hal baru. Belum pernah membanting orang. Saya bisa jika memakai gulat, cuma kali ini memakai cengkeraman seragam,” tutur Andreas.
Secara teknis, yongmoodo adalah disiplin yang terfokus pada ketepatan, kecepatan dan kekuatan. Untuk mencetak poin, praktisinya hanya diperbolehkan menyerang bagian badan dengan tangan dan kaki, atau membanting lawan. Serangan ke arah kaki, tangan atau kepala lawan tak diperbolehkan.
Saat berlatih, praktisi Yongmoodo pun diwajibkan mengenakan seragam berwarna hijau, seperti praktisi Brazilian Jiu-Jitsu. Seragam memang menjadi salah satu komponen penting untuk menjatuhkan lawan melalui cengkeraman dan bantingan.
Oscar Yaqut kicks off 2019 with a dominant TKO victory over Andreas Satyawan at 2:36 of Round 2!Watch the full event…
Posted by ONE Championship on Saturday, January 19, 2019
“Dapat berguna juga, melatih ketepatan dan memegang kaki lawan. Kekurangannya adalah [dalam] melindungi kepala, karena tangannya ada di bawah,” jelas Andreas. “Karena ada kunciannya juga, untuk menyergap [harus] cepat juga.”
Untuk metode berlatih, sang guru akan mengevaluasi teknik muridnya di awal. Kemudian, berlanjut dengan sesi sparring untuk menguji teknik dan melatih refleks.
Selain mengembangkan teknik untuk permainan bawah, atau ground, Andreas juga berencana terus mengasah diri dalam disiplin ini untuk ajang turnamen tingkat provinsi di tahun depan. Tentunya, tambahan keahlian yongmoodo akan menjadi modal lebih bagi Andreas dalam meraih kemenangan atas lawan berikutnya di atas panggung bela diri dunia ONE.
Baca juga: Atlet ONE Kebanggaan Indonesia Maknai Arti Kemerdekaan