Nguyen Tran Duy Nhat Akan Banggakan Vietnam Di ONE: IMMORTAL TRIUMPH

190906 HCM webimages Nguyen_Tran_Duy_Nhat

“No.1” Nguyen Tran Duy Nhat telah menjadi salah satu kompetitor paling berbakat di Vietnam, dan membawa para atlet negaranya berlaga dalam gelaran ONE: IMMORTAL TRIUMPH.

Pada hari Jumat, 6 September ini, ONE Championship akan mengunjungi Ho Chi Minh untuk pertama kalinya, dan pahlawan tuan rumah ini akan membintangi ajang tersebut dalam laga Muay Thai divisi flyweight melawan Azwan Che Wil.

Sebelum Tran memasuki Phu Tho Indoor Stadium, atlet berusia 30 tahun ini berbagi bagaimana perjalanannya sebagai bagian dari dinasti bela diri di keluarganya memberi landasan untuk tampil dalam ajang bersejarah di tanah kelahirannya.

Dibesarkan Bersama Seni Bela Diri

Tran lahir di Nha Trang dan dibesarkan di Lam Dong bersama kakak perempuan dan dua adik lelaki.

Ia adalah keturunan seorang guru seni bela diri yang mendirikan disiplin Tan Gia Quyen, yang merupakan salah satu seni bela diri tradisional Vietnam, dan itulah mengapa ia mulai berlatih saat ia berusia tiga tahun.

Pelatihan rutin ini memberinya disiplin tinggi sebagai seorang anak, tetapi ia juga memiliki gairah tersendiri saat berada di dalam sasana. 

“Seni bela diri telah menjadi tradisi dalam keluarga kami selama empat generasi. Oleh karena itu, kami membuka dojo bela diri kami sendiri,” kata pria berusia 30 tahun ini.

“Karena keluarga saya memiliki tradisi bela diri, saya mencintai hal ini dan ingin menghabiskan hidup saya [sebagai praktisi] bela diri.”

Tran mulai berkompetisi di usianya yang ke-14, dan kesuksesannya dalam berbagai turnamen junior memberinya keyakinan bahwa ia akan memiliki karir profesional yang sukses.

Seni Delapan Tungkai

Tahun 2007, Tran meninggalkan kota kelahirannya untuk menjalani studi di Ho Chi Minh, dimana ia menemukan Muay Thai.

Walau disiplin tersebut berada di luar warisan seni bela diri keluarganya, orang tuanya dengan segera memberi dukungan pada anak mereka.

“Saya pertama kali melihat Muay Thai dalam film Ong Bak: Muay Thai Warrior dengan Tony Jaa,” akunya.

“Saya merasa bahwa Muay Thai mirip dengan seni bela diri yang digeluti ayah dan ibu saya di dalam ring, maka saya memilih untuk mempelajari Muay Thai.”

“Keluarga saya hidup dan bernafas bersama seni bela diri, maka mereka sangat mengerti dan mendukung.”

“No.1” juga ingin berlatih “seni delapan tungkai” karena kesempatan yang tersedia untuk berlaga dalam kompetisi internasional. Sebagai anggota dari Ho Chi Minh City Muay Team, ia meraih ketenaran di negaranya dengan memenangkan medali perak dalam 2009 Asian Indoor And Martial Arts Games di Thailand.

Ia juga meraih medali dalam SEA Games 2009 dan 2013, serta lima gelar Juara Dunia WMF, untuk memastikan dirinya sebagai salah satu atlet favorit Vietnam.

Menjadi Atlet Dan Pelatih

Kehidupan di dalam ring tentunya tidak mudah, dan Tran mengakui bahwa ia melewati beberapa saat sulit untuk mencapai apa yang telah diraihnya saat ini.

“Menjadi seorang seniman bela diri membutuhkan kerja keras luar biasa,” katanya.

“Terkadang saya harus menurunkan berat dalam waktu singkat, dan terkadang saya harus menambahnya – ditambah lagi dengan cedera yang harus saya atasi berkali-kali.”

Salah satu cedera terparah dialaminya pada tahun 2012 saat sikunya retak dan ia harus mundur dari kompetisi untuk beberapa waktu.

Tetapi, atlet divisi flyweight ini tidak berhenti berkecimpung dalam disiplin yang ia cintai ini. Alih-alih beristirahat, ia menggunakan waktunya untuk melatih generasi petarung berikutnya.

Tran juga memiliki gairah tersendiri dalam membagi pengetahuannya pada para atlet muda, dimana ia telah membayangkan saat dimana ia akan menjadikan hal tersebut fokus utamanya.

“Saya akan menjadi pelatih saat saya tidak dapat lagi bertanding penuh waktu. Saya ingin mencari bakat-bakat muda dan membantu mereka menjadi seniman bela diri kelas dunia berikutnya,” katanya.

Panggung Dunia

Tran dikagumi di Vietnam atas pencapaiannya, dan kini ia akan tampil menjadi salah satu atlet bintang di dalam ajang bela diri terbesar yang pernah terjadi di negara tersebut saat ONE tiba di Ho Chi Minh.

Atlet ini berharap bahwa laganya melawan Azwan akan memulai rangkaian laga kelas dunia menghadapi para atlet terkuat di muka bumi ini.

“Saya bangga terhadap pencapaian ini – saya dapat berlaga di panggung yang sama dengan para atlet bela diri kelas dunia lainnya,” katanya.

“Saya ingin berlaga bersama ONE Championship karena ONE memiliki rangkaian atlet yang sangat berbakat. Idola saya adalah Giorgio Petrosyan, dan saya ingin menguji kemampuan saya bersama semua petarung internasional.”

“Ditambah lagi, ONE Championship selalu peduli dengan atletnya – mereka tidak harus khawatir tentang apapun saat bertanding bersama ONE.”

Terutama, ia ingin memberikan pertunjukkan luar biasa bagi para pendukung tuan rumah dan membuka jalan bagi rekan senegaranya untuk meraih kesuksesan dalam panggung bela diri dunia ini.

“Terlepas laga ini besar atau kecil, saya akan selalu memberikan yang terbaik. Saat saya mewakili Vietnam, saya akan menang bagi negara saya,” tambahnya.

“Saya harap ONE akan memberi lebih banyak kesempatan bagi seniman bela diri berbakat Vietnam untuk bergabung di panggung ini.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9