Nieky Holzken Gunakan Seni Bela Diri Untuk Lepas Dari Masa Lalu Kelam

Nieky “The Natural” Holzken adalah salah satu kickboxer terbaik dalam generasinya, namun kehidupannya dapat saja mengarah ke jalur yang sangat berbeda tanpa seni bela diri.

Pria Belanda ini – yang akan menghadapi Regian “The Immortal” Eersel dalam perebutan gelar Juara Dunia ONE Lightweight Kickboxing di ONE: ENTER THE DRAGON, 17 Mei nanti – merupakan remaja yang bermasalah sampai gairahnya membawa dirinya ke jalan hidup yang benar.

“Ada banyak sekali permasalahan saat saya bertumbuh besar, namun saya keluar dari situ dengan kuat, dan itu membuat saya menjadi pria seperti saya hari ini,” jelasnya.

Orang tuanya terpisah saat ia masih bayi, dimana ia awalnya tinggal bersama sang ibu. Sayangnya, bagi Holzken muda, perkembangannya terganggu karena lingkungan yang buruk.

“Ada banyak perkelahian antara ayah tiri dan ibu saya, maka itu menjadi tempat yang penuh kekerasan untuk bertumbuh besar,” ucap “The Natural.”

“Itu membuat saya marah dan sangat emosional waktu itu, dimana saya tidak ingin tumbuh besar di sana, maka lebih baik untuk pergi dan tinggal bersama ayah saya, di rumah kakek-nenek saya.”

Perpindahan itu berdampak sangat positif bagi Holzken. Ia beranjak dari rumah yang tak stabil ke lingkungan yang penuh kasih sayang, namun efek psikologis itu masih tersisa.

Semua hal yang dilihat dan dialaminya tertanam dalam pikirannya yang sangat mudah dipengaruhi, dimana ia pun berjuang keras untuk mengendalikan perilakunya.

“Saya berperilaku sangat buruk saat saya masih kecil. Saya selalu berkelahi dengan anak-anak lain, dan saya dikeluarkan dari sekolah saat berusia 9 tahun,” kenangnya.

“Tetapi anda tahu, itu normal. Jika anda tumbuh dalam kekerasan, anda juga akan menjadi kasar.”

Warga Helmond ini pun pindah ke sekolah khusus anak-anak yang memiliki masalah perilaku dan mendapatkan dukungan baik di sekitarnya, yang dapat membantu dirinya untuk berubah.

Lalu, pada usianya yang ke-10, ia menemukan sasana kickboxing di areanya, dan segera kelas-kelas itu pun menjadi katalisator untuk perubahan drastis dalam hidupnya.

“Saya ingin pergi dan belajar bagaimana [bertarung] itu seharusnya, penghormatan yang anda berikan pada orang lain, dan saya ingin mencobanya dalam sasana, maka saya mencarinya sendiri,” katanya.

“Saya memiliki teman-teman yang berlatih di sana, dan saya melihat di surat kabar bahwa ada orang-orang baik yang bertarung dari sana, sehingga saya ingin menjadi bagian dari itu.”

Holzken mulai memfokuskan agresinya ke dalam seni bela diri, daripada di jalanan atau di sekolah. Ia mempelajari berbagai teknik yang pada akhirnya dapat membawa dirinya meraih kejayaan dengan gelar Juara Dunia dan nilai-nilai yang membimbingnya bertumbuh sebagai manusia.

Ledakan kekerasan dalam dirinya pun terhenti, ia mendapatkan pandangan baru tentang kehidupan, serta menemukan olahraga untuk menyalurkan energinya.

“Seni bela diri mengajarkan saya rasa hormat dan kerendahan hati. Itu membuat anda menjadi orang yang lebih baik,” tegas atlet berusia 35 tahun ini.

“Itu juga mengajarkan saya untuk memiliki disiplin yang sangat baik. Saya memiliki hari-hari dimana saya mengira saya akan berhenti, berpesta, minum-minum dan makan makanan cepat saji.”

“Disiplin membuat anda membawa perlengkapan anda ke sasana, berlatih dengan keras, dan setelahnya anda merasa baik lagi.”

Banyak orang yang menyaksikan kekerasan dan kesulitan di awal hidup mereka harus menghadapinya dengan cara yang berbeda dan jauh lebih tidak produktif. Holzken sangat beruntung bahwa ia tak harus menjalani jalur yang salah.

Sebaliknya, ia menggunakan seni bela diri untuk mengubah dirinya dari dalam ke luar, serta menjadi seorang ayah dan suami yang penuh cinta, serta seorang Juara Dunia yang membanggakan.

“Saya bangga bahwa saya terlibat dengan seni bela diri saat saya berusia 10 tahun,” tambahnya.

“Itu mengubah hidup saya.”