Nilai Kerja Keras Yang Ditanamkan Orang Tua Rodtang Jitmuangnon
Rodtang “The Iron Man” Jitmuangnon tak mungkin memiliki karier cemerlang dalam seni bela diri tanpa pengorbanan dan pelajaran dari orang tuanya.
Atlet berusia 21 tahun ini – yang akan menghadapi Jonathan “The General” Haggerty demi gelar Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai di ajang ONE: DAWN OF HEROES – lahir dalam kemiskinan luar biasa dan bertumbuh besar di desa kecil di provinsi bagian selatan Thailand, Phatthalung.
Setiap hari, ia melihat kedua orangtuanya memulai perjalanan berat untuk mencari pekerjaan agar mereka dapat memiliki cukup uang untuk menghidupi ke-12 anggota keluarganya.
What makes Rodtang so special? 🤔
What makes Rodtang Jitmuangnon so special? 🤔🗓: Manila | 2 August | 7PM | ONE: DAWN OF HEROES🎟: Get your tickets at 👉 http://bit.ly/oneheroes19📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp 👨💻: Prelims LIVE on Facebook | Prelims + 2 Main-Card bouts LIVE on Twitter
Posted by ONE Championship on Wednesday, July 17, 2019
“Orang tua saya melakukan apapun yang mereka mampu demi menghidupi kami. Mereka berangkat saat subuh tiba dan kembali pulang di malam hari,” tuturnya.
“Karena mereka tak memiliki pekerjaan tetap, mereka akan mengambil apa pun yang mereka mampu lakukan. Ayah saya biasa bekerja di konstruksi, atau memanen karet. Ibu saya akan mencuci piring pada pemakaman, atau pergi memancing.”
“Mereka akan bekerja seharian, hanya demi memberi kami makan malam itu.”
Dengan sedikit waktu yang tersisa untuk membina keluarga besar ini, anak-anak mereka seringkali ditinggal untuk mempertahankan dirinya sendiri.
Rodtang, anak kedelapan dari sepuluh bersaudara, mengingat bagaimana kakak-kakaknya sering mengurus saudara yang lebih muda agar orang tuanya dapat terfokus bekerja.
Rodtang unleashed fiery kicks & blazing punches in his ONE debut!
Rodtang unleashed fiery kicks & blazing punches in his ONE debut!Download the ONE Super App now 👉 http://bit.ly/ONESuperApp
Posted by ONE Championship on Monday, September 24, 2018
“Kami semua harus bekerja keras bersama dan saling menjaga satu sama lain – orang tua kami jarang bersama kami,” ungkapnya.
“Mereka tidak memiliki banyak waktu bersama kami, sehingga mereka membesarkan kami untuk dapat berdiri sendiri. Jika tidak ada makanan, kami akan pergi memancing dan memberi makan diri sendiri.”
“Kami diajarkan untuk dapat menjaga diri kami sendiri dan tidak membebani orang lain.”
Saat ia berusia 8 tahun, Rodtang menemukan disiplin Muay thai. Ia segera jatuh cinta dengan olahraga ini, tetapi yang terpenting bagi dirinya dan keluarga, ia dapat membantu mereka dengan uang yang dihasilkannya di tiap laga.
Ia berlatih cukup keras, dan ia tidak menerima banyak uang pada awalnya, tetapi saat ia terus naik peringkat di kawasannya, lalu di Bangkok, pendapatannya pun bertambah dan ia akhirnya mampu membeli rumah untuk ibunya – meski sang ibu belum pernah melihatnya bertanding.
“Mereka berdua mendukung karier saya, tetapi mereka bukanlah orang Muay Thai. Mereka tidak terlibat. Ibu saya bahkan tak suka melihat saya bertanding,” ungkapnya.
“Orang tua saya membesarkan saya untuk dapat mempertahankan diri. Saya menyadarinya bahwa lewat Muay Thai, saya tak hanya bisa memenuhi kebutuhan saya sendiri, namun juga keluarga saya.”
Kehidupan dalam olahraga nasional Thailand ini memaksa para atlet muda mendorong diri mereka melewati batasan dengan jadwal kompetisi aktif dan pelatihan yang keras, namun imbalannya melebihi pengorbanan mereka yang mau dan telah berusaha keras.
Melalui kerja kerasnya selama bertahun-tahun, Rodtang mencapai sasana Jitmuangnon yang sangat terkenal di Bangkok Utara, lalu setelah kembali mengatasi kesulitan sekali lagi, ia menjadi Juara Dunia dengan rekor 256-41-10 yang luar biasa.
Melalui itu semua, Rodtang tak pernah mengeluh atau memberi kurang dari 100 persen, karena ia menyadari bagaimana kedua orang tuanya harus bekerja sangat keras.
“Orang tua saya bekerja lebih keras dari pada saya. Saya berhutang budi pada mereka dan ingin membalas apa yang telah merreka lakukan saat kami bertumbuh dewasa,” tambahnya.
“Ibu saya mengajarkan untuk berjuang demi kehidupan saya dan memiliki hati yang kuat. Bertarung dapat menjadi sangat sulit – anda seringkali lelah dan sakit. Namun, hidup saya masih jauh lebih mudah dari pada mereka, maka saya tidak boleh menyerah!”
Kegigihan ini membawanya bergabung bersama ONE, dan kini “Iron Man” adalah atlet sensasional dengan skala internasional yang memiliki rekor sempurna 4-0 di panggung dunia, dimana itu kembali menuntunnya pada perebutan gelar Juara Dunia pada tanggal 2 Agustus nanti.
Atlet berusia 22 tahun ini telah jauh melampaui misi pribadinya untuk menafkahi kedua orang tuanya, yang masih sangat dekat dan selalu dihubunginya sebelum tiap laga untuk meminta restu.
Meski mereka terpisah saat ia berusia 13 tahun, Rodtang mampu merawat mereka berdua dengan baik. Ia baru saja membeli rumah bagi ibunya, serta kini membangun satu rumah lagi bagi ayahnya.
Bagi dirinya, hal itu jauh lebih penting dari sabuk gelar Juara Dunia mana pun.
“Saya bangga pada diri saya sendiri karena dapat mengurus keluarga saya di usia yang sangat muda. Apa pun yang ibu saya ingin makan, saya pastikan ia memilikinya,” tambahnya.
“Meski hidup kami dahulu sangat sulit, saya bersyukur setiap hari atas orang tua saya. Saya tak akan pernah dapat melupakan apa yang mereka lalui bagi kami.”
Manila | 2 Agustus | 18:00 WIB | DAWN OF HEROES | TV: Periksa daftar tayangan lokal untuk siaran global | Tiket: http://bit.ly/oneheroes19