ONE: IMMORTAL TRIUMPH Adalah Mimpi Yang Menjadi Kenyataan Bagi Bi Nguyen

Bi Nguyen DC 3313

Bi “Killer Bee” Nguyen tidak hanya berkompetisi demi kemenangan dalam laga selanjutnya di ajang ONE: IMMORTAL TRIUMPH.

Saat atlet berusia 29 tahun ini memasuki ring untuk menghadapi Puja “The Cyclone” Tomar dalam laga Muay Thai divisi atomweight wanita pada hari Jumat, 6 September, ia akan memenuhi salah satu impian terbesarnya dan tampil di tanah kelahirannya untuk pertama kali.

Tentunya hal ini akan menjadi sebuah saat emosional bagi perwakilan Heritage Muay Thai di Ho Chi Minh, saat ia kembali ke Vietnam dan mempererat hubungannya dengan keluarga yang ia cintai.

Bi lahir di Vietnam tengah dan tinggal disana sampai ia berusia 6 tahun, saat ia pindah ke Amerika Serikat dengan kedua orang tua dan keenam saudaranya.

“Killer Bee” memiliki kenangan manis saat bertumbuh dalam komunitas petani di negara asalnya, yang sangat jauh dari kehidupan perkotaan di AS.

“Saya sebenarnya memiliki ingatan yang cukup jelas. Itu tersebar, tetapi kenangan terbaik yang saya miliki adalah ketika saya masih tinggal di daerah pedesaan Vietnam,” kata Bi.

“Saya teringat memiliki beberapa ayam di belakang [rumah], dan saya selalu masuk ke dalam rumah dengan luka karena saya sangat ceroboh. Saya akan bermain keluar dan mengambil telur dari [kandang] ayam itu. Saya akan lari dengan mereka dan mereka selalu mematuk tangan saya.”

“Ibu saya sangat marah. Saya adalah anak yang liar. Saya akan memanjat [pohon] dan terjatuh, dan selalu terlibat kesulitan.”

Saat ia pindah ke Amerika Serikat, Bi terpaksa hidup diantara dua dunia, karena ia dibesarkan oleh orang tuanya yang berasal dari Vietnam sambil bersekolah bersama anak-anak keturunan Amerika.

Ia mengaku bahwa ia menyia-nyiakan pelajaran yang ia dapatkan terkait tanah kelahiran dan kebudayaannya, tetapi saat ia bertumbuh dewasa, ia mulai menerima nilai-nilai utama yang mendefinisikan masyarakat Vietnam.

“Sekarang, saat saya lebih dewasa, hal-hal terbaik yang telah saya pelajari mengenai kebudayaan kami adalah pusat dari bagaimana kita hidup – kerja keras dan persahabatan,” jelas Bi.

“Dalam budaya Vietnam, itu adalah kerja keras dan kasih sayang yang keras [tough love]. Tidak ada yang menginginkan ‘tough love’, maka saat saya masih berusia lebih muda, saya tidak menghargai itu. Saat ini saya mengerti bagaimana cara tetap bertahan dan menerima kasih sayang yang keras.”

“Jika anda mengenal orang-orang Vietnam disekeliling anda, anda akan mengetahui bahwa mereka sangat dekat. Mereka sangat dekat satu sama lainnya. Keluarga akan merawat keluarga lainnya. Ini adalah dua hal terkait budaya Vietnam yang sangat membantu dan terpatri dalam diri saya – ikatan terhadap komunitas dan kerja keras.”

Karena ia sangat jauh dari rumah, Bi mengetahui bahwa tidak mudah untuk tetap terkoneksi pada warisannya dari Vietnam, tetapi ia memastikan bahwa ia tidak pernah melupakan darimana ia berasal.

Yang paling berarti bagi dirinya adalah bahasa – dimana ia bercengkerama dengan keluarganya dengan bahasa ibu mereka, yang selalu membuat mereka tetap dekat pada rumah yang dahulu mereka tinggalkan.

“Saya berbicara bahasa Vietnam dan membaca beberapa buku berbahasa Vietnam, karena saya selalu ingin terhubung [dengan negara saya]. Saya akan berlatih di salon kuku, restoran – dimanapun saya menemukan orang Vietnam di Amerika Serikat,” katanya.

“Berbicara bahasa Vietnam juga menunjukkan rasa hormat kepada mereka yang lebih tua, jika anda mengetahuinya. Saya bangga dengan fakta bahwa saya dapat berbicara dengan bahasa Vietnam kepada ibu saya. Saya ingin tetap menggunakan bahasa tersebut bagi anak-anak saya, maka ketika saya memiliki anak, mereka akan harus berbahasa Vietnam karena saya melakukan itu, dan saya bekerja keras untuk tetap dapat berbahasa Vietnam.”

Saat ia hanya menunggu hitungan hari untuk tampil dalam ajang perdana ONE Championship di Vietnam, wajar jika Bi sangat emosional.

Diluar kegembiraannya untuk kesempatan ini, ia juga harus mengatasi pemikiran tentang seseorang yang akan sangat ingin berada di sampingnya saat ia mengalami momen paling menentukan dalam karirnya.

“Ayah saya adalah penggemar berat [olahraga] tarung, dan ia sempat hadir di beberapa laga saya,” kata Bi.

“Saya tidak selalu memiliki hubungan baik dengan ayah saya, tetapi bertarung adalah sesuatu yang mengikat kami. Saya merasa bahwa ia akan sangat bangga.”

Bi terasing dari keluarganya saat ia berusia 15 tahun, tetapi ia kembali beberapa tahun belakangan ini untuk menciptakan ikatan yang kuat.

Sayangnya, ayah Bi meninggal dunia tahun lalu, tetapi saat ini ia berencana untuk menghormati kenangannya dengan mewakili Vietnam dalam organisasi bela diri terbesar di dunia ini.

“Ayah saya akan berlari di antara kursi penonton pada tanggal 6 September, sambil mengatakan pada semua orang bahwa saya adalah anaknya,” kata Bi.

“Saya akan menempatkan dirinya sebagai tim ‘corner’ saya, dan ia akan sangat senang untuk memberi saya air. Ini lebih dari sekadar kebanggaan sebagai atlet Vietnam bagi saya. Ini adalah jalan untuk terhubung dengan ayah saya dan mencapai salah satu impian saya.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9