Paul Lumihi Ungkap Darimana Mental Bajanya Terbentuk
Provinsi Sulawesi Utara dikenal banyak mencetak para seniman bela diri yang berpentas di ajang internasional, seperti atlet ONE featherweight, Paul “The Great King” Lumihi dan Victorio “Indra” Senduk.
Selain atlet seni bela diri campuran, ada juga Bonyx Saweho, petinju yang tampil di Olimpiade Athena 2004. Serta pesilat yang sukses menyabet medali emas pada ajang Asian Games 2018, Abdul Malik.
Prestasi membanggakan tersebut tentunya tidak terlepas dari kondisi lingkungan di tempat asalnya, yang mampu membentuk kekuatan mental para atlet.
Tuntutan untuk bertahan di tengah tantangan membuat banyak anggota masyarakat yang mempelajari seni bela diri sedari kecil. Termasuk “The Great King”.
Atlet asal kota Likupang, Minahasa Utara ini mengatakan, ia sudah mempelajari seni bela diri sejak masih belajar di bangku Sekolah Dasar (SD). Dan Tae Kwon Do menjadi bela diri pertama yang dipelajarinya.
- Sunoto Memeluk Erat Mimpi Dari Blora
- Harapan Besar Di Balik Julukan Yang Disematkan Pada Paul Lumihi
- Abro Fernandes, Persija, Dan Kenangan Tentang Sepakbola Kampung
“Saya belajar dengan paman saya ketika saya masih SD, ketika itu saya belajar Tae Kwon Do,” tutur Paul
Seperti film-film kungfu khas Tiongkok, pamannya kerap memberikan buku mengenai seni bela diri. Malahan sebuah buku yang berjudul Seni Lengan Delapan menjadi medium pertemuan atlet yang memegang rekor profesional 8-4-0 ini dengan bela diri Muay Thai.
“Paman saya juga mengajari saya Muay Thai sejak kecil, padahal ketika itu Muay Thai belum masuk ke Indonesia. Seingat saya paman mempelajari Muay Thai lewat buku yang berjudul Seni Lengan Delapan. Berartikan Seni Lengan Delapan itu kan Muay Thai,” kenangnya.
Selain faktor renjana, alasan lain Paul mempelajari seni bela diri sejak kecil ialah lantaran banyaknya anak muda yang gemar berkelahi di daerahnya.
Ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), mantan juara OPMMA ini juga sempat mencicipi ‘perkelahian jalanan’ dengan tujuan membela diri.
“Ketika SMA, saya pernah dipalak oleh sesama murid di sekolah saya. Dia minta uang 20 ribu rupiah, lantas saya tidak kasih uang tersebut, lalu dia mengancam akan mencari saya ketika pulang sekolah,” ungkapnya.
“Dan ketika pulang sekolah, dia menyerang saya dari belakang bersama kawan-kawannya. Setelah itu saya membela diri dengan melawan balik dan teman saya juga ikut membantu.”
“Alhasil mereka kabur karena tidak bisa mengimbangi kita dalam berkelahi.”
Kerasnya lingkungan di daerah tempat ia tinggal membuat mental atlet asal sasana Gorilla Fight Club ini makin terbentuk.
Berbekal ilmu bela diri serta ketahanan mental yang kuat, “The Great King” optimis untuk terjun menjadi seniman bela diri pada tahun 2006. Profesi tersebut akhirnya membuka jalan lebar bagi kehidupannya.
“Pasti kerasnya lingkungan membuat mental saya lebih kuat. Tetapi mental jalanan dengan mental untuk berlaga di panggung bela diri itu berbeda,” tutur Paul.
“Jadi, bisa dibilang mental saya terbentuk dari kerasnya lingkungan ketika itu, dan karena latihan bela diri menjadikan mental saya lebih keras lagi.”
Baca juga: Rika Ishige Ungkap Keinginannya Hadapi Atlet Indonesia