Peran Wushu Dalam Perkembangan Karier Bela Diri Bintang Indonesia
Dalam arena seni bela diri campuran, aneka seni bela diri seperti Muay Thai hingga Brazilian Jiu Jitsu (BJJ) wajib dikuasai oleh atlet dalam upaya mengalahkan lawannya.
Hal ini juga berlaku bagi wushu, seni bela diri asal Tiongkok yang telah banyak ditekuni oleh praktisi bela diri tanah air.
Wushu terbagi menjadi dua – sanda dan taolu. Jika taolu menekankan pada keindahan jurus serta gerakan, sanda tak ubahnya seni bela diri campuran yang mempertemukan dua atlet dalam sebuah arena. Dalam wushu sanda, kedua atlet pun diperbolehkan menggunakan pukulan serta tendangan untuk saling menyerang.
Dalam sepanjang kariernya, tak sedikit atlet ONE asal Indonesia yang memulai perjalanannya lewat wushu sanda. Faktanya, sejumlah atlet ONE Championship asal Indonesia telah menorehkan prestasi di tingkat nasional hingga internasional lewat seni bela diri ini – dan membuka jalan menuju Circle ONE.
Berikut adalah kisah serta makna wushu dalam perkembangan karier atlet asal Indonesia.
Priscilla Hertati Lumban Gaol
Dalam perjalanan di panggung dunia, Priscilla telah menorehkan tujuh kemenangan – lebih banyak dari atlet manapun di divisi atomweight ONE. Jauh sebelumnya, Priscilla merupakan peraih medali dalam Kejuaraan Dunia Wushu yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada tahun 2013 silam.
Diketahui, Priscilla telah mulai berlatih wushu sejak umur 17 tahun.
Kerap jadi juara kelas serta mendapat beasiswa untuk masuk ke sebuah universitas tak membuat Priscilla berhenti mengejar kecintaannya dalam seni bela diri. Malah “Thathie” lebih memilih karier dalam dunia bela diri sekalipun sempat ditentang kedua orang tuanya.
“Awalnya saya ikut beladiri hanya karena coba-coba dan lambat laun saya mulai menyukai karena saya bisa biayain [sekolah] sendiri sampai bisa berprestasi,” kenang atlet asal Jakarta ini.
“Akhirnya saya menjadikan wushu sebagai pekerjaan karena saya mendapat uang saku setiap bulannya. Selain itu, saya bisa membanggakan provinsi yang saya bela [DKI Jakarta] bahkan Indonesia.”
Selain menjadi modal Priscilla untuk berjuang saat muda, wushu juga disebutnya menjadi salah satu cintanya dalam seni bela diri. Lewat wushu, Priscilla belajar dan mampu meniti karier dalam seni bela diri profesional.
“Lewat wushu saya bisa memasuki dunia seni bela diri campuran. Bagi saya, beladiri ini sudah menjadi kecintaan saya dan membawa peran penting bagi kehidupan saya,” pungkas atlet kelahiran Dolok Sanggul, Sumatera Utara tersebut.
Sunoto
Sebagai salah satu atlet Indonesia paling gemilang di kelas bantamweight, “The Terminator” Sunoto mengawali kiprahnya di dunia seni bela diri campuran lewat jalur bela diri wushu. Tak dapat dipungkiri, wushu juga menjadi salah satu cinta dalam hidup Sunoto.
“Lewat wushu, saya bisa memasuki dunia seni bela diri campuran. Bagi saya, bela diri ini sudah menjadi kecintaan saya dan membawa peran penting bagi kehidupan saya,” ujar Sunoto.
Di awal perjalanan karier bela diri Sunoto, sejumlah bela diri seperti Brazilian Jiu-Jitsu, taekwondo dan wushu ditekuninya. Namun, hanya wushu seni bela diri yang difokuskan olehnya. Puncaknya, Sunoto mengikuti turnamen wushu di Bandung dan mendapatkan tawaran untuk bergabung dengan “The Home of Martial Arts.”
“Kalau secara finansial, kondisi saya sekarang sangat berubah. Sekarang saya tinggal di Jakarta dan memiliki kendaraan pribadi,” sebutnya. “Tetapi, saya merasa saya masih biasa saja. Saya memang dari dulu terbiasa low profile.”
Perlahan, nama atlet asal Blora ini mulai dikenal di kampung halamannya. Kiprahnya sebagai atlet bela diri pun kian tersiar lewat aksinya di arena ONE.
Eko Priandono
Atlet flyweight Eko “Electrical Knock Out” Priandono yang berasal Sidoarjo, juga sempat mewakili Surabaya lewat seni bela diri wushu.
Yang menarik, seni bela diri wushu juga mempertemukan Eko dengan salah satu veteran yang berlaga dalam divisi bantamweight “Terminator” Sunoto. Bersama Sunoto, Eko mewakili anggota tim wushu sanda yang sama kala itu.
“Dahulu, di Sidoarjo, saya berlatih tinju bersama mas Sunoto, dan kami berdua juga anggota tim wushu sanda kota Surabaya,” kenangnya.
“Kebetulan saya berasal dari Sidoarjo dan mas Noto [panggilan akrab Sunoto] juga sempat tinggal di sana,” tuturnya.
Atlet asal Saint Martial Arts/Team Electra ini juga menyebutkan bahwa Sunoto adalah figur yang mengajaknya hijrah ke Jakarta. Kala itu, tujuan utamanya bukanlah untuk bertanding, melainkan mencari pekerjaan sebagai pelatih tinju dan Muay Thai.
Tak butuh waktu lama, “Electrical Knock Out” mampu mempelajari seni bela diri campuran dan membuktikan kehebatannya. Hingga saat ini, Eko memegang rekor profesional 7-2-0 dalam dunia bela diri campuran.
Victorio Senduk
Sebelum menjalani debut di ONE Championship pada pertengahan Februari 2012, atlet featherwight Victorio “Indra” Senduk sudah lebih dulu terjun dalam dunia wushu dan tergabung dalam Tim Nasional Indonesia.
Arena SEA Games hingga Pekan Olahraga Naional (PON) jadi kawah candradimuka Senduk dalam membuktikan kehebatannya dalam ranah wushu. Medali dalam cabang olahraga wushu pun berhasil Senduk bawa pulang pada tahun 2007 dan 2011.
“Kalau gabung Timnas dari 2003. Jadi sempat tergabung dalam beberapa edisi SEA Games dan PON tiga kali. Untuk saya [memilih] wushu itu karena lebih bergengsi dan tentu atlet ada harapan [juara] di situ. Dalam artian, semua ingin juara di cabang masing-masing,” kenangnya.
“Lebihnya di situ tentu dapat bonus. Jadi untuk perannya, sebagai batu loncatan begitu,” ujarnya.
Membawa pulang medali dari cabang wushu di ajang sekelas SEA Games pun tak membuat Senduk puas.
Melihat iklan promosi bela diri di TV Indonesia tahun 2003, Senduk pun mulai mempelajari seni bela diri lain di luar wushu seperti Muay Thai dan tinju. Selain aktif berlatih, Senduk juga menjadi pelatih dari kedua seni bela diri tersebut di Bandung.
Baca juga: Jalan Berliku Yang Paul Lumihi Tempuh Menuju Kegemilangan