Perjalanan Adriano Moraes, Dari Anak Yatim Sampai Raja Flyweight

Adriano Moraes ONEMANILA_00094

Adriano “Mikinho” Moraes (17-2) terfokus untuk memenuhi takdirnya, serta melanjutkan misinya mengejar kebahagiaan dan kesuksesan.

Adriano Moraes IMG_3210.jpg

“Takdir saya adalah untuk menjadi Juara Dunia,” tegas atlet Brasil berusia 29 tahun ini, tetapi itu bukanlah ambisi satu-satunya. “Takdir saya adalah untuk menjadi panutan bagi anak-anak. Adalah takdir saya untuk ada bersama keluarga dan tetap bergerak maju dengan kehidupan saya.”

“Jika saya dapat mengajar kelas-kelas saya dan melanjutkan apa yang telah saya pelajari dalam seni bela diri, saya dapat menunjukkan pada orang lain apa yang mereka dapat lakukan jika mereka yakin dengan diri mereka sendiri.”

Mungkin tak ada sosok panutan lain yang dapat lebih menginspirasi daripada Moraes. Lagipula, ia bertahan melewati keadaan tersulit dalam hidup untuk menjadi atlet flyweight terbaik dunia.

Ditelantarkan Di Brasil Saat Masih Bayi

Adriano_Moraes_25_07_2016_childhood_photos_33.png

Di bulan April 1988, hanya beberapa hari setelah ia lahir, ibu kandungnya meninggalkan dirinya di jalanan Brasilia, Brasil. Jelas, itu adalah tempat berbahaya bagi siapa pun, apalagi seorang bayi.

Untungnya, ia diselamatkan dari jalanan dan ditempatkan di sebuah rumah yatim. Lalu, saat ia berusia 3 tahun, ia meninggalkan panti asuhan itu dan mendapatkan masa depan yang cerah di hadapannya. Ia diadopsi oleh wanita baik hati bernama Mirtes Moraes, yang memelihara dan memperlakukannya seperti darah dagingnya sendiri.

“Ia berarti segalanya bagi saya. Ia adalah idola saya,” katanya. “Saya melakukan segalanya bagi dirinya, dan saya akan terus melakukan itu bagi dirinya, karena ini adalah cinta.”

Saat bertumbuh dewasa, Moraes adalah anak yang ceria dan penuh energi – mungkin sedikit terlalu banyak. Untuk mengarahkan itu, ibunya mendaftarkan dirinya ke berbagai aktivitas seperti capoeira, judo dan renang. Tetapi saja, ia tak dapat lepas dari jalanan dimana ia ditelantarkan dahulu.

“Mikinho” menghabiskan masa remajanya di sana, dimana ia terlibat dalam beberapa geng dan berkelahi di jalanan.

Adriano_Moraes_25_07_2016_childhood_photos_2.jpg

Tetapi, semua itu membawanya ke sesuatu yang memberinya arah dalam hidup. Ironisnya, ini terjadi saat ia kalah dalam perkelahian jalanan dan memutuskan berlatih Brazilian jiu-jitsu.

Sebuah dunia baru langsung terbuka bagi Moraes. Ia meninggalkan jalanan untuk berlatih di sasana terkenal Constrictor Team di bawah bimbingan Erick Medeiros dan Ataide Junior. Atlet flyweight itu mendedikasikan diri ke dalam disiplin ini dan meraih beberapa gelar BJJ beberapa tahun kemudian, yang berpuncak di Kejuaraan NAGA No-Gi Pro Division pada 2014.

Satu tahun kemudian, ia menerima sabuk hitamnya.

Setelah meraih kesuksesan dalam disiplin yang disebut “the gentle art” itu, Moraes melanjutkan jejak langkah beberapa rekan satu timnya dan mencoba arena bela diri campuran.

Kesuksesan Global

Adriano Moraes CTT_09311.jpg

Atlet Brasil itu mencetak debut profesionalnya di dalam arena MMA pada tahun 2011, dan selama tiga tahun berikutnya, ia memenangkan 12 dari 13 laga awalnya, serta merebut gelar kejuaraan di Brasil. Ia lalu meraih puncak kariernya saat itu dengan mengalahkan perwakilan Team Lakay Geje “Gravity” Eustaquio pada September 2014 demi gelar Juara Dunia ONE Flyweight perdana.

“Seni bela diri mengubah kehidupan saya menjadi lebih baik,” katanya. “Itu mengubah pemikiran saya, mengubah segalanya dalam hidup saya, dan menjadi sangat penting. Inilah usaha saya, inilah gaya hidup saya, inilah pekerjaan saya, dan seni bela diri adalah segalanya bagi saya. Saya mencintai apa yang saya lakukan.”

Setelah pertahanan gelar yang sukses pada bulan Maret 2015, “Mikinho” mengalami kemunduran terbesarnya saat ia kehilangan sabuk itu dari Kairat “The Kazakh” Akhmetov yang saat itu tak terkalahkan di bulan November melalui keputusan terbelah (split decision). Saat itu, ia terpuruk dan merasa mimpinya berakhir.

Adriano Moraes IMG_0132.jpg

Tetapi, Moraes bukanlah sosok pria yang mudah bimbang. Ia telah mengatasi berbagai kesulitan dalam hidupnya. Dan karena itu ia mendapatkan kesempatan besar untuk kembali menjadi lebih kuat lagi, dan itulah yang ia lakukan.

Pada awal tahun 2016, ia pindah dari Brasil ke Florida, dan mulai berlatih penuh waktu di American Top Team. Dengan perubahan pemandangan dan staff pelatih baru, ia mengalahkan pencetak KO kuat Eugene Toquero bulan Maret itu, lalu mencetak submission atas Tilek Batyrov via rear-naked choke di bulan Agustus untuk merebut gelar Juara Dunia Interim ONE Flyweight.

Saat itu, Akhmetov cedera dan tak dapat berlaga selama dua tahun.

Keduanya jelas akan bertemu, dan laga penyatuan gelar pun dijadwalkan pada Agustus 2017. Malam itu, di Makau, pada ajang ONE: KINGS & CONQUERORS, Moraes membuktikan dirinya.

Adriano Moraes Macau Fight 3 391.jpg

Moraes menampilkan pertahanan takedown yang solid, grappling luar biasa, serta teknik striking kelas dunia yang lebih tajam dan bervariasi dari  Akhmetov. Atlet Brasil itu merebut kembali gelar Kejuaraan Dunia ONE Flyweight dengan kemenangan mutlak atas Kairat Akhmetov — pria yang merebut sabuknya pada tahun 2015 — dan mengakhiri 23 kemenangan beruntun milik lawannya.

Kini, Moraes melihat kembali ke masa lalunya. Dimulai dari jalanan Brasilia saat ia ditelantarkan, hingga merebut kembali gelarnya, ia telah bertahan dari kesulitan besar dan dapat menjadi panutan sejati bagi para pemuda di seluruh dunia.

“Kisah hidup saya akan memperlihatkan dan mengajarkan tiap remaja dan anak-anak, bahwa saat mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan saat impian mereka hilang, Tuhan memiliki jalan bagi kalian. Tuhan memiliki sebuah kesempatan lainnya bagi anda.”

Juara Bertahan Yang Luar Biasa

The force is strong with the unstoppable ONE Flyweight World C…

The force is strong with the unstoppable ONE Flyweight World Champion.

Posted by ONE Championship on Friday, November 10, 2017

Sejauh ini, Moraes telah memanfaatkan kesempatan keduanya itu dengan sangat baik.

Pria inspirasional asal Brasil ini segera kembali beraksi dalam ajang ONE: LEGENDS OF THE WORLD di Manila, Filipina, bulan November lalu, dimana ia sukses mempertahankan gelarnya melawan atlet favorit lokal dan penantang tak terkalahkan saat itu, Danny Kingad.

Setelah menangkap salah satu tendangan wushu dari Kingad, “Mikinho” menyeret rivalnya ke ground. Saat atlet Filipina itu mencoba meloloskan diri, Moraes dengan mudah memutari tubuh lawannya, dengan cerdas mempersiapkan rear-naked choke, serta memaksa tap-out dengan hanya 15 detik tersisa pada ronde pembuka.

“Malam ini sangat luar biasa bagi saya,” kata pemegang gelar divisi flyweight ini, setelah kemenangan besarnya itu. “Danny, kamu memiliki masa depan yang besar, tapi ini waktunya saya.”

Adriano Moraes ADUX8940.jpg

Ini jelas menjadi waktu bagi Moraes untuk bersinar. Pria Brasil ini menutup tahun 2017 dengan pencapaian luar biasa, dan ia membawa momentum tersebut ke tahun berikutnya.

Tetapi, ia tetap harus konsisten dalam kerja kerasnya. Itulah yang akan membawanya tetap berada di puncak, dimana etos kerjanya itu adalah sesuatu yang dapat dipelajar oleh siapa pun di dunia.

“Jika anda melakukan hal-hal hebat dalam kehidupan anda, tak hanya saat anda menjadi juara, anda akan menjadi contoh yang bagus bagi anak-anak dan orang lain,” tegas Moraes.

“Bagi saya, dalam kehidupan ini, saya selalu melakukan yang terbaik setiap hari. Kami bekerja setiap hari untuk tetap berada dalam tingkatan tertinggi.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9