Perjalanan Daichi Takenaka Dari Teknisi Menjadi Superstar Bela Diri

Daichi Takenaka IMG_4518

Daichi Takenaka diam-diam telah menjadi salah satu atlet bantamweight paling menjanjikan dari skena bela diri campuran Jepang.

Atlet berusia 30 tahun asal Osaka ini mendapatkan pengalamannya melalui berbagai ajang promosi regional, seperti Shooto dan Vale Tudo Jepang, sebelum pada bulan Februari 2018 ia bergabung bersama ONE Championship dan tampil memukau.

Daichi meraih beberapa kemenangan atas lawan-lawan tangguh, dan karena itu, ia berada di urutan kelima teratas dalam daftar Peringkat Atlet Resmi ONE Championship. Daichi mungkin dapat naik ke peringkat pertama jika ia meraih beberapa kali kemenangan lagi.

Kini, marilah kita lihat perjalanan bintang Jepang ini dalam dunia bela diri.

Hidup Yang Biasa-Biasa Saja

Daichi Takenaka in his corner before his match begins at ONE: DAWN OF HEROES.

Daichi Takenaka lahir dan dibesarkan di Osaka, kota metropolis di bagian barat Jepang.

Sebagai anak termuda dari tiga bersaudara, bersama ayah yang menjadi “karyawan penuh waktu yang normal,” sang bintang mengaku ia menjalani masa kecil yang tidak menakjubkan.

Di masa mudanya, Takenaka selalu aktif dan mempunyai kegemaran bermain sepak bola.

“Saya bermain sepak bola sejak sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, oleh karena itu sepak bola adalah kegemaran saya satu-satunya di masa remaja,” kenangnya.

Namun, setelah lulus SMA, Takenaka melepaskan sepatu sepak bolanya dan menemukan pekerjaan penuh waktu di perusahaan teknisi gedung.

Ia hampir menjadi seorang pegawai biasa di Jepang. Namun, ia segera menemukan sebuah aktivitas pelepas kebosanan, yang nantinya akan mengubah arah hidupnya.

Terinspirasi Video Game

Daichi Takenaka locks in a rear-naked-choke on Dae Hwan Kim

Pada usia 19 tahun, Takenaka melihat kebugaran badannya sangat menurun seiring waktunya yang terfokus pada pekerjaannya.

“Saya sudah lama tidak berolah raga, dan mencari cara untuk mendapatkan kebugaran fisik saya kembali,” jelasnya.

Ironisnya, jalur menuju kondisi terbaiknya itu dimulai dari permainan video.

Suatu hari, ia sedang bermain di apartemen temannya. Demi mengurangi rasa bosan, temannya menyalakan konsol PlayStation dan mereka pun bermain game tentang bela diri campuran.

Daichi bereksperimen dengan controller-nya untuk menyerang dan mencetak takedown, dan seketika menjadi penasaran.

“Permainan itu membuat saya tertarik pada bela diri campuran, yang saya sebelumnya tidak ketahui,” jelasnya. “Saya mulai melakukan pencarian online tentang apapun terkait bela diri campuran, dan saya terpincut.”

Daichi memang pernah cukup tertarik dengan olahraga tersebut saat ia remaja, namun permainan video ini membantu membakar semangatnya – bahkan memotivasi dirinya untuk mulai berlatih.

Panggilan Baru

Daichi Takenaka makes his walk to the ring at ONE: DAWN OF HEROES.

Satu tahun kemudian, Takenaka berjalan menuju pintu Paraestra Izumi untuk memulai latihannya secara resmi.

Walau ia dapat berkembang dengan pesat, ia lebih cepat mengetahui bahwa disiplin ini jauh lebih sulit daripada yang dimainkannya di layar televisi.

“Saat saya pertama kali berlatih, semua atlet di sasana mengalahkan saya,” katanya. “Namun saya tidak menyerah, dan dalam waktu dekat saya mampu mempertahankan diri saat melawan mereka, dan itu menambah semangat.”

Hal itu mendorong Daichi untuk mencoba kemampuan barunya dalam turnamen amatir, sebelum berlaga pada tingkatan profesional di awal bulan Juni 2012.

Ditambah semangat yang diberikan oleh seluruh rekan di sasananya, pejuang Jepang merasa memiliki kewajiban untuk memenuhi potensinya.

“Ada satu orang yang saya temui di kelas jiu-jitsu dengan santai mengatakan saya dapat menjadi atlet profesional. Sampai sekarang, saya masih berteman baik dengannya, tapi ia tidak ingat pernah mengatakan itu pada saya,” kata Takenaka sambil tertawa.

“Dan juga, saya melihat kembali hidup saya dan berpikir apakah saya pernah benar-benar mendedikasikan diri ke satu tujuan hidup. Ada keinginan untuk menguji diri saya sendiri.”

Sang seniman bela diri pemula ini menerjunkan diri sepenuhnya dalam tujuan barunya, dan iapun mendapatkan hasil yang manis.

Takenaka berlaga bersama Shooto dan Vale Tudo Jepang, serta meraih catatan rekor 10-0-1 yang fenomenal. Dalam perjalanannya, ia merebut gelar Kejuaraan Shooto Pacific Rim Featherweight.



Kendala Fisik Dan Emosi

Daichi Takenaka drops ground and pound

Dengan karirnya yang sedang naik, juara Shooto ini melihat momentumnya mendadak hilang.

Pada pertengahan tahun 2016, ia mengalami cedera lutut saat berlatih, dan ia pun terpaksa berhenti beraksi untuk sementara. Daichi tak dapat berlatih atau bertanding sampai diperbolehkan dokter.

Seiring berjalannya waktu, masa istirahat yang terlalu lama itu menjadi tekanan tersendiri bagi sang bintang.

“Memulihkan diri dari cedera lutut pada tahun 2016-2017 menjadi suatu cobaan mental yang sangat berat, walau saya sadar banyak yang mengalami kesulitan lebih besar daripada saya di dunia ini,” akunya.

Mengingat kembali masa itu, Takenaka merasa hidupnya menjadi hampa saat harus berhenti dari latihan dan pertandingan.

“Saya tidak hanya terpaksa melihat petarung lainnya meraih kesuksesan, saya melihat teman-teman seumuran saya yang terus maju dalam karir mereka, atau menikah dan mencapai titik penting dalam hidup mereka,” tambahnya.

“Banyak orang lain meraih kesuksesan dalam pekerjaan dan hidup mereka, yang menambah beban pada stagnasi dalam hidup saya dan membuat saya tak dapat diam karena frustrasi.”

Dengan ujian besar atas komitmennya di seni bela diri campuran, Takenaka tetap memfokuskan diri mengembangkan kemampuannya, serta mempersiapkan diri untuk saat dimana ia dapat kembali meneruskan karier gemilangnya saat itu.

Berjaya Di ONE Championship

Daichi Takenaka throws a kick as Yusup Saadulaev

Ketekunan dan kesabaran Takenaka akhirnya membuahkan hasil.

Ia bergabung dengan ONE Championship segera setelah sembuh dari cidera, lalu mempersiapkan diri untuk penampilan kembalinya di dalam organisasi bela diri terbesar di dunia ini.

Sang atlet yang kini bertanding dalam divisi yang lebih ringan ini mampu mencengangkan banyak orang dalam laga debutnya. Daichi mengalahkan mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Bantamweight “Ottogi” Dae Hwan Kim pada bulan Februari 2018.

Namun, dirinya harus mengalami beberapa hambatan.

Di tahun berikutnya, atlet Jepang ini terus mempertajam kemampuannya di Paraestra Izumi untuk mengantisipasi lawan berikutnya, namun beberapa laganya tak dapat dilaksanakan saat itu.

Ketika Takenaka akhirnya kembali pada bulan Februari 2019, ia menunjukkan perkembangan luar biasanya saat melawan Mark “Tyson” Fairtex Abelardo dan nampak dapat mengalahkan atlet Selandia Baru ini. Namun, sikut kanan lawan membuka luka lamanya dan memaksa dokter menghentikan pertandingan dan memberinya kekalahan pertama.

Namun, ia menunjukkan kemampuan menjanjikan dan tak lagi membiarkan kekalahan itu menghambatnya. Takenaka menggunakan hal ini menjadi motivasi agar menjadi lebih baik.

Dangerous Daichi Takenaka finishes BJJ World Champion Leandro Issa with HEAVY ground and pound in Round 3!

Dangerous Daichi Takenaka finishes BJJ World Champion Leandro Issa with HEAVY ground and pound in Round 3!📺: Check local listings for global TV broadcast📱: Watch on the ONE Super App 👉http://bit.ly/ONESuperApp

Posted by ONE Championship on Friday, August 2, 2019

Pada bulan Agustus 2019, Takenaka menghadapi mantan penantang gelar Juara Dunia ONE Bantamweight Leandro “Brodinho” Issa.

Pria asal Jepang ini meluncurkan serangan atasnya, terutama pada ronde ketiga, saat ia menjatuhkan lawan asal Brasil itu dengan tinju ala Superman. Takenaka menyelesaikan laga dengan serangan bawah di posisi ground dan mendapatkan TKO yang menjadi sorotan.

Walau Takenaka sedikit terlambat dalam memulai karier bela diri campurannya, ia berkembang dengan sangat pesat, dimana mantan teknisi gedung ini kini berharap dapat memberi pengaruh bagi para penggemar dengan laganya dalam circle.

“Saya mencintai bela diri campuran, karena dengan melihat bagaimana seorang atlet berkembang dalam kariernya, kita dapat melihat karakternya dan bagaimana ia membawa dirinya dalam hidup.” katanya.

“Walau saya tidak termasuk atlet yang mencolok atau mempunyai penyelesaian dramatis, saya berharap dapat memberi laga yang menginspirasi dan menyemangati para penggemar.”

Baca juga: Itsuki Hirata Incar 3 Lawan Potensial Untuk Laga Berikutnya

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9