Perjalanan Penuh Inspirasi Ali Motamed Menuju Panggung Dunia
Ali Motamed akhirnya mencetak terobosan besar.
Atlet berusia 28 tahun asal Iran dalam divisi bantamweight ini meraih kemenangan ketujuhnya di ajang ONE Warrior Series 9 pada hari Rabu, 4 Desember, dimana penampilannya ini membawanya meraih kontrak ratusan ribu dolar AS dan posisi dalam daftar atlet utama ONE Championship.
Ini adalah perjalanan panjang bagi Ali, yang mengawali pertemuannya dengan bela diri dan pertama kali memukul tujuh tahun yang lalu.
Sebelum tahun 2019 berakhir, mari kita simak beberapa hal terkait bintang terbaru yang bergabung bersama “The Home Of Martial Arts” ini.
Dari Iran Ke Malaysia
Ali lahir dan dibesarkan di Teheran, Iran, dimana dua olahraga terpopuler saat itu adalah gulat gaya bebas dan sepak bola.
Yang terakhir, yang juga dikenal sebagai “the beautiful game,” atau “permainan indah,” menarik perhatiannya semasa kecil. Faktanya, bahkan sebagai seorang remaja, ia tidak pernah terpikir mengejar aktivitas lainnya.
Pada tahun 2010, ayahnya memilih untuk pindah dari Iran ke Malaysia untuk membuka sebuah restoran di negara yang menjadi bagian dari Asia Tenggara ini. Ali membantu dengan bisnis ini dan belajar di sekolah.
Namun ayahnya tidak pernah mencapai kesuksesan yang ia harapkan dalam bisnis baru ini, dan ia pun segera berencana untuk kembali ke rumahnya di Timur Tengah.
Saat itu, Ali telah berakar di negara Asia Tenggara ini. Ia menciptakan beberapa teman dekat dan mendapatkan pekerjaan yang baik, maka ia memutuskan untuk tinggal di sana.
“Ayah saya tidak terlalu menyukai Malaysia,” katanya. “Ia berkata seperti, ‘Saya akan kembali ke Iran,’ namun saya tidak ingin pergi. Saya ingin tinggal di sana dan memulai kehidupan saya sendiri.”
Sebuah Gairah Yang Terpicu
Saat ia tinggal di Malaysia pada tahun 2012, Ali menemukan sebuah gairah baru.
“Saya kira saya melemparkan pukulan pertama saya [hampir] enam tahun yang lalu. Sebelum itu, saya tidak pernah menonton sebuah laga. Saya belum pernah melihat sebuah laga yang sebenarnya. Satu-satunya yang saya tahu adalah Bruce Lee dan [Jean-Claude] Van Damme dari beberapa film,” akunya.
“Salah satu rekan saya adalah seorang petarung Muay Thai, dan ia meminta saya menonton laganya. Sebelum itu, saya tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Saya tidak mengetahui itu apa. Saya datang, dan setelah menonton sebuah laga, [saya memutuskan] ini adalah sesuatu yang saya ingin lakukan.”
“Sehari setelah itu, saya mulai berlatih. Saya pergi ke sasana, mulai berlatih dan berlatih. Sejak hari itu, saya mengikuti pemusatan latihan. Sejak hari pertama, ini nampak sebagai sesuatu yang profesional.”
Walau Ali mencintai sepak bola, “seni delapan tungkai” berbicara pada dirinya dengan cara yang tak dapat dilakukan oleh olahraga lainnya. Ia selalu merasa ada sesuatu yang hilang dari kehidupannya, dan saat ia mulai berlatih Muay Thai, ia merasa hal itu terpenuhi. Ia mencintai kemurnian kompetisi antara dua atlet di dalam ring.
Gairah atlet Iran ini untuk disiplin Muay Thai berkembang dengan sangat cepat, dan ia menerima sebuah tawaran untuk pindah dari Malaysia ke Thailand untuk mengejar karir profesionalnya.
Ia segera berkemas, pindah ke daerah utara kawasan ini, serta berlatih di tanah kelahiran seni bela diri ini. Namun, saat ia membangun kemampuan striking-nya, ia menemukan sebuah olahraga tarung yang berbicara lebih keras padanya.
“Bulan-bulan pertama itu adalah Muay Thai, dan sebelum itu, saya bahkan tidak mengenal apa seni bela diri campuran itu,” lanjut Ali.
“Setelah [menemukan bela diri campuran] itu, saya lebih menyukainya daripada Muay Thai. Saya mulai melakukan itu, agar dapat merangkum semuanya. Saya berlatih Muay Thai, lalu saya berlatih jiu-jitsu.”
Mendapatkan Persetujuan Orang Tua
Setelah penampilan yang ekstensif dalam waktu tiga tahun di skena amatir, dimana ia mengalahkan salah satu atlet yang akan menjadi veteran ONE bernama Kritsada “Dream Man” Kongsrichai dan Eddey “The Clown” Kalai, Ali beralih ke dunia profesional pada bulan April 2016.
Ia mengalami saat-saat yang baik dan buruk – termasuk beberapa kemenangan sensasional dan kekalahan menyakitkan – namun tidak ada yang menggoyahkan semangatnya.
Saat ia mengejar mimpinya, ia tidak memberitahu orang tuanya.
Ali awalnya tidak mengatakan apapun tentang semangat baru ini pada orang tuanya. Seiring berjalannya waktu, ia akhirnya membuka rahasianya ini.
“Awalnya, mereka tidak mengetahui apa yang saya lakukan. Saya tidak memberitahukan mereka secara jelas apa yang saya lakukan, namun setelah saya memberitahu mereka, mereka mendukung saya,” katanya.
“Sejak hari pertama [saya memberitahu mereka], mereka mendukung saya, namun mereka menyarankan saya untuk berhati-hati. Mereka ingin saya melakukannya untuk kesenangan, bukan sebagai profesi.”
“Namun setelah itu, saat mereka melihat bagaimana saya berkembang – dan bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan, dan bagaimana ini membuat saya menjadi orang yang lebih baik – mereka mendukung saya sepenuhnya.”
Masuk Ke Panggung Dunia
Ali Motamed's 🇮🇷 gutsy performance at ONE Warrior Series 9 earned him a six-figure ONE Championship contract!📱: Watch on the ONE Super App 👉 bit.ly/ONESuperApp🏷: Shop official merchandise 👉 bit.ly/ONECShop
Posted by ONE Championship on Friday, December 6, 2019
Kecintaan Ali terhadap olahraga ini akhirnya membawa dirinya ke rangkaian ONE Warrior Series pada tahun 2018, dimana ia mencetak terobosan besar.
Atlet Iran ini tampil luar biasa dalam debutnya dengan mencetak KO atas prospek Korea Selatan Dawoon Jung dalam ajang perdana di bulan Maret 2018.
Dua laga berikutnya tidak terlalu baik. Atlet bantamweight ini kalah tipis dari atlet Selandia Baru Mark “Tyson” Fairtex Abelardo dalam sebuah laga yang menjadi calon “Laga Terbaik Malam Ini” di bulan July 2018, sebelum ia juga takluk atas atlet Mongolia Shinechagtga Zoltsetseg bulan Februari ini.
Terlepas dari kekalahan tersebut, Ali tidak gentar.
“Satu hal, saya tidak pernah maju untuk menang atau kalah. Saya hanya maju dan memberi yang terbaik yang saya miliki, serta menumpahkan segala sesuatunya di dalam ring,” katanya.
“Hasilnya tidak terlalu berpengaruh. Kapanpun saya maju, jika saya tidak melakukan apa yang harus saya lakukan, maka saya akan merasa buruk. Namun itu tidak apa-apa. Saya belajar, dan kini saya akan menghadapi laga lainnya.”
Pemikiran positif inilah yang akhirnya membawanya menuju kesuksesan berikutnya.
Ali mengalahkan Zechariah Lange melalui sebuah keputusan mutlak pada bulan Agustus, dan ia melanjutkannya dengan sebuah keputusan terbelah atas Hikaru “The Painter” Yoshino pada awal Desember, yang memberinya sebuah kontrak dan posisi dalam daftar atlet utama.
Pada tahun 2020, ia berharap untuk tetap melanjutkan momentum yang ia ciptakan di ONE Warrior Series dan membawa seluruh pelajaran berharga itu ke panggung dunia.
“Saya meraih tujuan saya, saya meraih mimpi saya. Saya selalu belajar,” kata atlet Iran ini. “Saya selalu menjadi lebih kuat saat melakukan apa yang saya cintai.”
Baca Juga: ONE Warrior Series 9 – Seluruh Aksi Dan Hasil Terkini