Perjuangan Anthony Engelen Demi Capai Panggung Bela Diri Terbesar

Anthony Engelen IMG_2909

Hanya beberapa hari lagi, Anthony “The Archangel” Engelen akan memasuki momen terbesar dalam kehidupannya.

Pada hari Minggu, 31 Maret nanti, pria berusia 33 tahun asal Jakarta ini akan menghadapi Garry “The Lion Killer” Tonon pada ajang ONE: A NEW ERA di Tokyo, Jepang, dalam sebuah laga featherweight yang akan disaksikan oleh para penonton di seluruh dunia.

Pejuang keturunan Indonesia-Belanda ini akan mewakili negaranya dengan bangga di kartu pertandingan terpadat dalam sejarah seni bela diri, setelah perjalanan panjang yang membawanya berkelana ke berbagai negara – dari sasana-sasana kecil sampai ke atas panggung dunia.

Anthony Engelen IMG_2952.jpg

Ayah Anthony berasal dari Manado, namun ia lahir dan dibesarkan di Belanda. Bagi “The Archangel,” segala sesuatunya berawal dari kota kecil bernama Ermelo, dimana ia bertumbuh dewasa.

Ia sangat antusias menjalani berbagai olahraga, namun kecintaannya akan film aksi yang menampilkan para pahlawannya seperti Chuck Norris, Bruce Lee dan Michael Dudikoff membawanya memasuki seni bela diri.

“Sejak saya berusia 6 tahun, saya selalu berolahraga, dimulai dengan tenis, lalu baseball – yang cukup lama saya jalani,” jelasnya.

“Di suatu titik dalam periode itu, saya tertarik dengan taekwondo dan Muay Thai, sebelum masuk ke kickboxing.”

“Bro, saya teringat menonton semua film itu – berakting dan menirukan seorang ninja, melontarkan benda-benda ke sekeliling.”

Anthony Engelen IMG_3725 e1486393923685.jpg

Anthony juga tertarik pada seni bela diri karena ia mengalami waktu yang sulit di sekolah. Banyak perundung yang mengincarnya karena ukuran tubuhnya, maka ia menemukan cara untuk membangun keyakinan dan kekuatan untuk mempertahankan diri.

“Saya kira, itu seperti mencegah perundungan. Saya tahu sedikit banyak tentang cara mempertahankan diri,” katanya.

“Mereka akan mencoba mengganggu saya, dan mereka biasanya segera mengetahui bahwa itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan.”

Anthony muda sangat bergairah saat berlatih, tetapi pelajarannya harus terhenti oleh ayahnya demi keselamatan dirinya sendiri.

“Saat saya berusia 13 atau 14 tahun, saya terkena kecelakaan dan kedua gendang telinga saya meletup,” kenangnya. “Maka, ayah saya berkata, ‘Tak ada lagi kickboxing [dan menyelam] untukmu!’”

Anthony Engelen IMG_1843.jpg

Selama satu dekade berikutnya, ia tak dapat mengejar keinginannya, namun sang remaja ini juga tak pernah kehilangan rasa cinta akan seni bela diri.

Saat ia terpaksa berada di luar sasana, dirinya masih berusaha mempelajari berbagai disiplin, dan menonton para atlet profesional di televisi.

Ketika memasuki akhir masa remajanya, ia menemukan sebuah olahraga baru untuk pertama kalinya, dan itu membakar semangatnya.

“Saya teringat menonton laga [bela diri campuran] beberapa kali,” jelas “The Archangel.”

“Saya tidak terlalu mengerti apa yang terjadi, namun saya menontonnya dan berkata, ‘Bro, ini luar biasa! Ini cukup gila, apa yang terjadi di sini?’”

Akhirnya, ia mengakhiri pengasingan diri dari seni bela diri, masuk ke sasana kecil di dekat rumahnya, serta mengasah kembali teknik striking dan mempelajari dasar-dasar grappling.

Ia memang selalu menjaga kondisi tubuhnya, namun ia tidak siap menghadapi apa yang menunggu dirinya saat beranjak ke atas kanvas.

Anthony Engelen returns to ONE with a BANG as he knocks out Cambodia's Meas Meul at 0:39 of Round 1!

Anthony Engelen returns to ONE with a BANG as he knocks out Cambodia's Meas Meul at 0:39 of Round 1!Watch the full event LIVE & FREE on the ONE Super App 👉 http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast

Posted by ONE Championship on Friday, November 9, 2018

“Saya teringat [dipukuli] oleh seorang anak berusia 16 tahun, dan itu menjadi pengalaman yang merendahkan hati,” ungkapnya.

“Setelah beberapa bulan, saya mulai mengalahkan mereka dan mulai menjadi sedikit lebih baik. Lalu, saya pindah sasana untuk sementara waktu ke Fight & Power Academy di Amersfoort. Itulah saat saya benar-benar mempelajari dasar yang kuat untuk karier bela diri campuran saya.”

Tetapi, Anthony belum memulai kariernya itu sampai ia kembali ke Indonesia.

Kedua orang tuanya mengajarkan agar dirinya merasa bangga akan warisan budayanya, dimana tradisi dan kebudayaan Indonesia memang menjadi bagian terbesar dalam pertumbuhannya, dan saat ada kesempatan untuk memasuki program pertukaran pelajar di kampusnya dan mengambil sesi magang di sebuah perusahaan teh di negara kepulauan terbesar dunia itu, ia pun mengambilnya.

Setelah berkali-kali terbang dari Eropa ke Asia dan sebaliknya, ia akhirnya pindah secara permanen ke Jakarta, dimana ia segera memasuki karier bela diri campuran.

Anthony Engelen IMGL8071.jpg

“Saya berlatih tiga sampai empat kali seminggu di luar pekerjaan harian saya pada tahun 2014 di Jakarta,” jelasnya.

Saya banyak berlatih, saya bergabung ke dalam berbagai kompetisi, terkadang grappling, terkadang BJJ, terkadang bela diri campuran.”

“[Setelah perubahan manajemen di perusahaan itu,] saya tidak lagi menikmati pekerjaan penuh waktu. Saya hanya menyadari bahwa saya suka menjadi sangat aktif, maka saya meninggalkan perusahaan itu.”

“Saya memulai sekolah Brazilian Jiu-Jitsu milik saya sendiri dengan seorang rekan, hanya untuk menyebarkan disiplin BJJ di Jakarta dan menghasilkan sedikit uang tambahan. Saya juga mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak di berbagai sekolah, dan di waktu luang saya, saya berlatih semampu saya.”

“The Archangel” memenangkan tiga laga dan menjadi Juara IFC Lightweight, yang menarik perhatian dari organisasi bela diri terbesar di dunia ini.

Kini, ia adalah veteran dengan delapan laga bersama “The Home Of Martial Arts,” dan tiap kemenangannya diraih melalui penyelesaian, yang menjadikannya favorit para penggemar di negara asalnya.

Mewakili Bali MMA, Anthony tak pernah merasa lebih berbahagia lagi, dimana ia pun bersemangat untuk menunjukkan kemampuannya saat menjalani tantangan terbesar dalam kariernya minggu depan.

Anthony Engelen left no room for escape!

Anthony Engelen left no room for escape!Jakarta | 19 January | 5:30PM | LIVE and FREE on the ONE Super App: http://bit.ly/ONESuperApp | TV: Check local listings for global broadcast | Tickets: http://bit.ly/oneglory19

Posted by ONE Championship on Monday, January 7, 2019

Tonon juga menyadari bahwa ia akan menghadapi ujian terberatnya di ONE saat tampil di Tokyo, dan hal itu tak mengejutkan, karena “The Archangel” memiliki kebiasaan untuk menyerang keras dalam tiap laga dan mengincar penyelesaian.

“Saya mencintai organisasi ini. Saya menyukai orang-orangnya, saya menyukai para staf dan petarungnya. Anda tahu, saat tiba di Manila waktu itu dan menerima pelayanan karpet merah sangatlah luar biasa,” katanya.

“Sejauh ini, itu telah menjadi perjalanan luar biasa. Ada masa yang baik dan buruk, tetapi anda tahu bahwa anda mengalami semua itu dalam hidup.”

“Yang terpenting adalah bahwa saya merasa sangat nyaman dengan ONE. Saya cukup yakin mereka merasa nyaman bersama saya juga. Mereka tahu apa yang dapat mereka harapkan dari saya – mereka tahu saya selalu membawa laga yang hebat.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9