Persistensi Michelle Nicolini Beri Delapan Gelar Juara Dunia BJJ Dan Laga ONE
Seni bela diri telah menjadi kekuatan luar biasa dalam kehidupan Michelle Nicolini.
Saat seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya mencetak sejarah dalam disiplin Brazilian Jiu-Jitsu, kemudian sebuah karier sukses dalam bela diri campuran, latihan adalah segalanya.
Sebagai anak tertua dari dua bersaudara, ia mendapatkan pengalaman pertamanya dalam seni bela diri pada usianya yang ke-14, saat berlatih capoeira. Ini sangat membahagiakan ibunya, karena seni bela diri tersebut memberi nilai-nilai tersendiri bagi Nicolini dan membuatnya jauh dari masalah.
Setelah beberapa tahun berlatih, Nicolini mencoba masuk ke dalam berbagai kompetisi dan turnamen. Semangat kompetitif yang dimilikinya tidak tertinggal di dalam sasana, dan ia dengan cepat mengincar puncak kejayaan lainnya dalam disiplin yang berbeda.
Atas saran seorang teman, Nicolini memilih BJJ. Terlepas dari latar belakangnya di capoeira, disiplin baru ini bukanlah sesuatu yang mudah dikuasai.
“Pada awalnya, saya tidak yakin,” akunya. “Saya tidak memiliki tekniknya. Saya mengalami kesulitan besar di atas matras, namun saya mengatakan pada diri sendiri bahwa saya perlu mempelajarinya.”
Hal lain yang menciptakan komplikasi bagi Nicolini adalah kurangnya pengakuan akan olahraga tersebut di tanah kelahirannya. Walau disebut Brazilian Jiu-Jitsu, seni bela diri tersebut tidak terlalu populer pada saat itu.
“Mereka tidak mengetahui [apa disiplin itu],” jelasnya. “Bahkan setelah saya mulai berlatih, saya mengatakan pada banyak orang bahwa saya berlatih BJJ, dan mereka akan mengatakan, ‘Apa lagi?’ Mereka tidak melihat ini sebagai sebuah jalur karier. Semua orang mengira itu sangat populer di Brasil. Saat itu, tidak sama sekali.”
Nicolini melanjutkan latihannya di matras. Setelah beberapa bulan, ia berpartisipasi dalam kompetisi lokal. Tetapi, hasilnya tidak terlalu memuaskan.
“Saya tiga kali mencoba dan kalah dalam ketiganya,” sebutnya. “Saya mengatakan pada diri saya bahwa saya tidak akan berkompetisi lagi.”
Hampir menyerah dalam disiplin yang dikenal sebagai “the gentle art” ini, Nicolini melakukan sebuah perubahan besar yang membawanya ke tingkatan yang dianggapnya tak akan tercapai.
“Saya pergi ke [pelatih BJJ terkenal] Robert Drysdale,” kenangnya. “Ia mulai bekerja dengan saya dan membuat saya lebih yakin untuk mencoba kembali. Saya mencobanya dan menang.”
Drysdale menyempurnakan teknik dan permainan Nicolini. Ia beralih dari seseorang yang meragukan dirinya menjadi Juara Dunia BJJ delapan kali dan masuk ke dalam International Brazilian Jiu-Jitsu Federation Hall of Fame.
Setelah mencapai rekor di atas matras, Nicolini menanggalkan gi-nya dan mengenakan sarung tangan empat-ons untuk bela diri campuran, untuk melengkapi transisinya ke seni bela diri campuran pada bulan November lalu dalam ajang ONE: DEFENDING HONOR.
Nicolini, yang kini berlatih dan mengajar murid-murid yang datang ke Evolve MMA di Singapura sambil menghabiskan hari-harinya mengasah kemampuan BJJ dengan teknik grappling dan striking kelas dunia, hanya membutuhkan waktu dua menit 16 detik untuk mendominasi pegulat Mesir Mona Samir dan mencetak submission dengan modifikasi kuncian rear-naked choke.
Dengan sepasang kemampuan baru yang dimilikinya, atlet Brasil ini berjanji membawa versi baru dirinya dalam gelaran ONE: KINGS OF DESTINY, Jumat, 21 April nanti, dalam laga menghadapi juara dunia wushu Irina Mazepa di Mall of Asia Arena, Manila, Filipina.
“[Para penggemar] dapat mengharapkan saya akan tampil dengan kemampuan terbaik. Pastinya, 100 persen,” katanya.
“Saya sangat bersemangat untuk dapat berlaga kembali. Saya telah berkembang pesat sejak berada di Evolve. Saya harap saya dapat menampilkan Michelle Nicolini yang berbeda di dalam Circle.”