Pria Yang Mengasah Permainan Reece McLaren Ke Tingkatan Berikutnya
Reece “Lightning” McLaren selalu terdorong untuk meraih kesuksesan dalam dunia bela diri campuran, namun ia berhutang budi pada satu sosok yang memberinya kemampuan tersebut.
Atlet Australia ini – yang akan menghadapi Aleksi “The Giant” Toivonen dalam laga pendukung utama ajang ONE: REIGN OF DYNASTIES, Jumat, 9 Oktober – mengatakan bahwa pelatihnya, Vincent Perry, adalah pendorong utama dalam perjalanannya untuk menjadi salah satu atlet flyweight bela diri campuran terbaik dunia.
https://www.instagram.com/p/Bi-fzs8FCcZ/
McLaren awalnya memulai perjalanannya dalam dunia bela diri di bawah panduan saudara dari Vincent, Joe, di Kachi MMA, Toowoomba, yang terletak 125 kilometer ke arah barat dari Brisbane.
Di sana, “Lightning” meraih kesuksesan pertamanya sebagai kompetitor Brazilian Jiu-Jitsu dengan menggilas lawan-lawannya sebagai pemegang sabuk putih.
Namun, saat ia mampu memperluas kemampuannya dan berlaga dalam disiplin bela diri campuran, bintang muda ini mengetahui bahwa ia harus membuka wawasannya lebih jauh lagi.
Untuk membantu muridnya itu bersiap menghadapi lawan yang berkemampuan lengkap dalam olahraga barunya ini, Joe membawa McLaren ke sasana saudaranya itu, Potential Unlimited Mixed Martial Arts (PUMMA), yang terletak di sisi luar Gold Coast.
Ia menempuh perjalanan sejauh hampir 400 kilometer, namun waktu yang dihabiskan dalam perjalanan itu memang setimpal, dimana “Lightning” segera melakukan perjalanan rutin ke sana.
“Joe membawa saya ke PUMMA untuk berlatih dengan para atlet di sini dan bertemu Vinny secara singkat,” kata McLaren.
“Saya akan mencoba untuk datang tiap akhir minggu dan berlatih, hanya untuk mendapatkan rekan latihan yang berbeda. Satu-satunya yang kurang di Toowoomba adalah rekan latihan dan sebuah sasana penuh waktu.”
https://www.instagram.com/p/Boch9NQlQ1w/
Peribahasa lama yang mengatakan bahwa “besi menajamkan besi” memang diterapkan di PUMMA, dimana latihan yang dijalani McLaren bersama mereka membawa kemampuannya ke tingkatan baru.
Namun, instruksi yang diterimanya dari Vincent memiliki dampak lebih dalam selama perkembangannya. Ia segera menghargai kedalaman pengetahuan bela diri dari pelatihnya – terutama terkait disiplin BJJ yang dikenal sebagai “the gentle art.”
Segera setelah ia mulai mendapatkan pengertian dan kebijakan mendalam tentang BJJ itu, McLaren melihat evolusi luar biasa dalam permainan ground miliknya.
“Saya hanya melihat pengetahuan yang dimilikinya dalam permainan ini, dan seberapa lama dirinya berkutat di sana,” kata atlet berusia 29 tahun itu.
“Saya ingin lebih mempelajari jiu-jitsu dan ia adalah salah satu dari beberapa pemegang sabuk hitam yang ada. Saat itu, hanya ada empat atau lima pemegang sabuk hitam di Queensland, dan ia ada di sana.”
“Ia memiliki berbagai latihan kecerdasan tubuh [body intelligence drill] dan presepsi rangsangan [proprioception drill], maka itu semua hanyalah tentang menghubungkan tubuh dengan pikiran, serta koordinasi. Dari sana, segala sesuatunya hanya semakin berkembang.”
“Ia sangat cerdas. Ia dapat melihat sesuatu, menjabarkannya dalam [sebuah penjelasan] ilmu yang lugas dan mengajarkannya pada semua orang.”
https://www.instagram.com/p/BuxeKaIgyIm/
McLaren dan Perry segera berkolaborasi intens saat petarung itu mendobrak sirkuit bela diri campuran Australia, serta memenangkan Kejuaraan XFC dan Eternal MMA Bantamweight.
Keduanya selalu membedah berbagai penampilan sebelumnya, mempersiapkan game plan, serta membentuk resimen latihan yang memampukan “Lightning” menghadapi atlet terbaik di dunia.
Sebagai hasil dari hubungan yang sukses tersebut, McLaren beralih untuk bergabung penuh waktu bersama PUMMA pada tahun 2015, hanya beberapa waktu sebelum ia masuk ke ONE Championship.
Sejak itu, kariernya terus berkembang. Ia memulai dengan kuat di dalam Circle lewat kemenangan impresif atas Mark “Mugen” Striegl dan Muin “Tajik” Gafurov, seraya mendapatkan sabuk hitam Brazilian Jiu-Jitsu. Beberapa bulan kemudian, McLaren pun mendapatkan kesempatan menghadapi Bibiano “The Flash” Fernandes demi gelar Juara Dunia ONE Bantamweight.
- Dalam Tiap Kemenangan, Aleksi Toivonen Beri Kebanggaan Bagi Mentornya
- 4 Superstar Dunia Tampil Di Ajang ONE: REIGN OF DYNASTIES
- Aleksi Toivonen, Yang Tak Terkalahkan, Ingin Cetak Submission Atas McLaren
Seluruh kesuksesan tersebut dapat mempengaruhi pemikiran atlet muda mana pun, namun McLaren mengatakan ia selalu menatap tujuan akhirnya – sebuah pemikiran yang diperkuat oleh Perry.
“Ia keras, namun adil. Ia akan mengatakan ‘Tidak’ pada anda, dan itu cukup kuat. Itu tetap membuat anda jujur [pada diri anda],” kata McLaren.
“Bagi saya, ia belum pernah [harus menegur saya dengan keras]. Saya selalu termotivasi. Ia sangat beruntung bahwa saya tak membutuhkan dorongan besar. Jika ia meminta sesuatu, saya akan melakukan itu, pada dasarnya.”
“Ia mungkin adalah salah satu sosok paling konsisten dan dapat diandalkan yang pernah saya temui. Saya memegang standar dari dirinya – konsistensi dan keandalannya membuat saya dapat diandalkan.”
Setelah mendobrak divisi bantamweight, ia berlanjut mengembangkan diri sebagai seniman bela diri sembari memastikan posisinya sebagai salah satu kompetitor flyweight terbaik di dunia.
Faktanya, ia kini adalah penantang peringkat kelima dalam divisi flyweight di dalam daftar Peringkat Resmi Atlet ONE, namun ia harus mempertahankan posisi itu melawan Toivonen yang tak terkalahkan.
Untungnya, Perry akan ada di pojok ring bagi dirinya. Dan sementara “Lightning” tak pernah kekurangan figur panutan sedikit pun dalam hidupnya, ia bersyukur memiliki pengaruh positif seperti itu di dalam dunia bela diri.
“Saya hanya sangat menghormatinya. Ia seperti figur ayah,” kata McLaren tentang Perry.
“Ia memberi saya beberapa saran terbaik dalam hidup saat saya membutuhkannya. Ia tetap menjaga orientasi saya pada tujuan, dan sangat tepat sasaran. Saya tidak merasa tak akan dapat menjadi setengah dari diri saya dalam dunia bela diri saat ini [tanpa dirinya].”
Baca juga: Reece McLaren Katakan Dirinya Raih ‘Banyak Hal’ Jelang Laga Berikutnya