Puja Tomar Ingin Menginspirasi Kebangkitan Bela Diri Campuran Di India
Atlet India Puja “The Cyclone” Tomar mengerahkan segenap kemampuannya untuk mengembangkan seni bela diri campuran di tanah kelahirannya.
Meski memiliki area yang luas dan angka populasi tinggi, serta perkembangan pesat dari olahraga ini, hanya sebagian kecil masyarakat India yang menjadi atlet elit profesional dan mampu berlaga di panggung dunia. Kenyataannya, wanita hanya menjadi bagian kecil dari angka tersebut.
Tetapi, atlet yang lima kali menjadi juara nasional wushu – yang akan menghadapi Priscilla Hertati Lumban Gaol pada kartu utama gelaran ONE: ETERNAL GLORY di hari Sabtu, 19 Januari ini – berjalan melawan arus demi mengejar harapannya mengembangkan olahraga ini.
Sebelum melakoni pertandingan kedua bersama ONE Championship, “The Cyclone” mendapat tawaran untuk berlatih selama dua minggu dari Evolve, Singapura.
Meski hanya menjalani waktu sesaat untuk berada diantara para atlet kelas dunia lainnya, pengalaman ini membuka mata Puja tentang berbagai teknik baru yang meningkatkan kemampuannya secara signifikan.
“Saya sangat berterima kasih [atas kesempatan ini]. Saya banyak belajar dan menjadi jauh lebih baik,” ungkap atlet berusia 25 tahun ini. “Saya tinggal di India dan saya menghadapi banyak masalah terkait latihan bela diri campuran yang layak.”
“Saya tak dapat menerima pelatihan tingkat tinggi seperti para atlet wanita lain yang tinggal di Tiongkok, Thailand dan Singapura.”
Pengalamannya ini juga membuatnya tersadar akan pentingnya pembenahan infrastruktur pendukung di negaranya – serta bagaimana mengubah persepsi orang-orang akan hal ini.
Tomar mengawali karier bela diri campurannya dengan cara memukau, memenangkan tiga dari empat laga perdananya melalui KO, namun atlet wushu stylist ini mengakui bahwa tak banyak orang di luar sana yang mendukung atau menghargai mimpinya .
Mereka yang meremehkannya itu membuat jalan yang ia tempuh ini semakin sulit, namun dirinya tetap teguh bergerak maju.
“Orang-orang lebih sering mengkritik daripada mendukung saya, namun saya merupakan perempuan yang tak pernah menyerah sepanjang hidup saya,” katanya.
“Ini akan menjadi cerita bagi anak-anak saya di masa depan – bahwa ibu mereka adalah pejuang, tapi saya ingin sekali menang supaya saya berjalan dengan kepala tegak. Saya akan terus berlatih keras, dan suatu hari nanti saya akan meraih kesuksesan.”
Berjuang melawan arus bukanlah sesuatu yang asing bagi gadis dari kota kecil yang meninggalkan Budhana demi mengejar mimpi menjadi seniman bela diri sukses di usia muda.
Beberapa anggota keluarganya mengira dia ditakdirkan untuk gagal, namun Tomar meraih kesuksesan besar dalam wushu dan memenangkan berbagai penghargaan.
Kekuatan untuk menghadapi mereka yang meragukannya dan membuktikan bahwa mereka salah telah menjadi sumber inspirasi dalam perjuangan panjangnya, yakni agar wanita dapat diterima sebagai seniman bela diri campuran, dan menyebarluaskan olahraga ini.
“Kesulitan tersebut memberi saya kekuatan luar biasa,” katanya. “Saya memutuskan untuk tak menghiraukan apa yang mereka katakan. Itu hanya membuat saya berlatih semakin keras untuk menunjukkan bahwa wanita mampu [terjun ke dunia] bela diri dan tidak bergantung pada pria.”
Puja berharap bahwa keberaniannya menghadapi mereka yang meragukan dirinya dapat menginspirasi banyak gadis muda India, untuk memiliki kepercayaan diri dan berjuang melawan stigma untuk mengejar mimpi mereka.
Ia ingin menjadi panutan bagi mereka di saat ini, maupun di masa yang akan datang.
“100 persen, saya ingin menjadi contoh bagi para atlet muda, tidak hanya di India, tapi di seluruh dunia. Jatuh bangun sangat biasa terjadi – jangan pernah menyerah dan bangkitlah kembali,” tegasnya.
“Sangat sulit bagi saya [untuk membuka jalan ini], namun saya hanya ingin mengatakan pada mereka untuk tetap bekerja keras. Kesempatan akan datang, dan anda akan dapat bertanding di ONE.”
Tomar memperkirakan bahwa jumlah atlet perempuan profesional dalam bela diri campuran di India tidak sampai dua digit, namun angka itu dapat berubah jika ia meraih sukses di panggung bela diri dunia.
Para kompetitor masa mendatang jelas membutuhkan inspirasi yang tepat – seperti halnya “The Cyclone” yang mengidolakan sang Juara Dunia ONE Atomweight “Unstoppable” Angela Lee.
“Angela Lee adalah motivasi terbesar saya. Ia bekerja sangat keras dan meraih banyak hal dalam usia sangat muda, dan itu sangat menginspirasi saya,” kata Puja.
Atlet pekerja keras asal India ini akan menunjukkan kemampuan terbaiknya saat menghadapi Priscilla di Istora Senayan, Jakarta, akhir pekan ini.
Menorehkan kemenangan perdananya dalam organisasi bela diri terbesar di dunia ini akan menjadi sebuah pencapaian pribadi, sekaligus sebuah batu loncatan bagi yang lain untuk mengikuti jejaknya.