Rental PlayStation Jadi Penghias Masa Kecil Eko Roni Saputra

Eko Roni Saputra DC 4881

Konsol PlayStation tak ubahnya sebuah kotak kenangan akan kisah pada masa kecil. Sedikit banyak, hal itu jadi cerita hangat kala beranjak dewasa.

Kenangan akan PlayStation pun turut dirasakan oleh Juara Gulat Nasional Eko Roni Saputra. Atlet asal tim Evolve MMA ini tak lepas dari kesukaannya bermain PlayStation pada masa kecilnya.

Kecintaan pria kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur ini pada konsol PlayStation tumbuh tak lama setelah ia menggeluti seni bela diri kala duduk di bangku Sekolah Dasar.

“Kira-kira umur 10 tahun. Di rental, saya main Playstation 1 kalau ada uang,” kenang atlet divisi flyweight tersebut.

Bermain di rental menjadi pilihan bagi Eko Roni, yang tak mampu membeli konsol tersebut di tengah kehidupannya yang penuh kesederhanaan. Untuk bisa bermain game tersebut, ia memerlukan perjuangan.

“Kebetulan saya kadang minta uang dari orang tua, setelah bantuin jualan. Karena orang tua saya jualan ikan. Kadang saya bantu-bantu orang lain juga, jadi dari situ saya dapat uang. Pengen juga kayak teman-teman mau main PlayStation,” urai atlet gulat tak terkalahkan di tanah air ini.

“Kalau main game itu, apalagi masa anak-anak, kalau sudah penuh harus antre. Karena enggak banyak rental di daerah saya, jadi harus tunggu-tungguan. Sering nunggu gitu, karena di tempat saya, kebanyakan main game sepak bola sambil taruh-taruhan. Makanya saya main sendiri.”



Sedikit berbeda dengan anak-anak sebayanya yang menggemari game sepak bola, Eko Roni kecil malah lebih menyukai game Playstation yang dimainkan secara individu, contohnya balapan sampai olah raga tarung satu lawan satu.

“Saya kalau main itu biasanya sendirian, sejenis CTR (Crash Team Racing). Saya senangnya game balapan. Kalau tarung, pasti main Tekken,” ujar ayah anak satu tersebut.

Prestasi Eko Roni hingga bisa menembus pentas global bukan merupakan hasil usaha satu malam. Semuanya bermula dari kegemarannya berlatih tinju bersama sang ayah, yang merupakan pelatih “the sweet science” amatir di daerahnya.

Kesempatan untuk mengenal bela diri sejak dini, serta inspirasi yang ia dapat dari bermain game turut berperan besar dalam perjalanan kariernya hingga bisa memberi berbagai prestasi bagi Indonesia dari cabang olahraga gulat.

Eko Roni menyebut salah satu faktor yang menginspirasinya adalah seorang karakter dalam Tekken.

“Kalau saya suka Eddy [Gordo] karena senang gaya bertandingnya; Capoeira. Yoshimitsu juga suka, yang pakai pedang,” ungkapnya.

Meski kini Eko Roni tengah menikmati hasil jerih payahnya sebagai seorang atlet profesional, pengalaman unik tentang masa kecilnya saat bermain game akan menjadi sebuah kenangan tersendiri.

“Saya juga main game sempat dilarang sama orang tua, karena dianggap habis-habisin uang saja. Namanya anak-anak, senangnya main sama teman-teman. Saya pulang sehabis maghrib enggak boleh, kalau bapak pulang duluan, saya dimarahin,” kenangnya.

Baca juga: Sunoto Impikan Laga Hadapi Juara Dunia

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9