Retrospeksi Hari Ini: Submission Pacio, Debut Gracie, Gelar Belingon
Para fan di seluruh dunia jarang mendapatkan serangkaian momen ikonik dalam sebuah gelaran bela diri, namun pada hari ini, tiga tahun lalu, ONE Championship menyajikan malam yang tak terlupakan.
Tiga tahun lalu, pada 27 Juli 2018, organisasi ini menggelar ONE: REIGN OF KINGS di Mall Of Asia Arena, Manila, Filipina, dimana terdapat tiga laga bersejarah yang mencuri perhatian.
#1 Lahirnya ‘The Passion Lock’
Joshua “The Passion” Pacio dikenal atas kemampuan striking keras ala wushu, namun ia menampilkan permainan menyeluruh dalam laga yang mengakhiri kartu pendahuluan malam itu.
Atlet favorit tuan rumah ini memang diharapkan berdiri dan bertukar serangan dengan petarung Muay Thai Pongsiri “The Smiling Assassin” Mitsatit dalam laga divisi strawweight bela diri campuran mereka, namun hanya beberapa menit memasuki laga, pria asal Filipina ini menangkap sebuah tendangan keras ke arah kaki dan menjatuhkan lawannya ke atas kanvas.
Pacio mengendalikan aksi di atas kanvas, dimana ia secara konstan melepaskan serangan ground dan mengincar submission.
Mitsatit akhirnya menyerahkan punggungnya, dan perwakilan Team Lakay itu mengincar rear-naked choke. Namun, saat ia tak dapat mengamankan kuncian tersebut, ia memutuskan untuk beralih. Pacio lalu mengaitkan tangannya ke pergelangan kiri pria Thailand itu, mengunci lengan kiri lawannya di belakang punggung, serta mengungkit sampai “The Smiling Assassin” panik dan terpaksa tap-out.
Teknik submission inovatif ini – yang akhirnya disebut sebagai “The Passion Lock” – berkali-kali ditampilkan sejak saat itu, dan memberi Pacio penghargaan “Submission Terbaik ONE Tahun Ini” di 2018.
Terlebih lagi, “The Passion” merebut gelar Kejuaraan Dunia ONE Strawweight pertamanya dalam waktu kurang dari dua bulan setelah kuncian ini perdana ditampilkan.
- 5 Petinju Wanita Terbaik Di ONE Championship
- Bagaimana Sam-A Akhiri Masa Pensiun Dan Jadi Juara Dunia ONE
- Leandro Ataides Inginkan KO Atas Aung La N Sang, Perebutan Gelar
#2 Debut Renzo Gracie Di ONE
Pada usia 51 tahun, pionir Brazilian Jiu-Jitsu dan bela diri campuran Renzo Gracie mencetak penampilan perdananya bersama ONE Championship di kartu utama ONE: REIGN OF KINGS.
Gracie berlaga melawan King Of Pancrase Yuki Kondo, yang menguasai tiga divisi di sana, dalam sebuah laga super welterweight legenda versus legenda, dimana ia membuktikan bahwa usia hanyalah angka.
Keduanya mengambil langkah terukur pada ronde pertama, menyesuaikan diri dengan suasana kompetitif di sekitar mereka, serta berusaha untuk tidak melakukan kesalahan di awal.
Mereka pun lebih aktif pada ronde kedua dan terlihat lebih nyaman saat bertukar serangan. Setelah menit pertama stanza itu berlalu, pionir BJJ ini pun menyerang.
Gracie mengincar single-leg takedown, dan saat atlet southpaw Jepang itu menghindar ke samping untuk bertahan, master grappler ini meraih punggung Kondo, mengaitkan kakinya, lalu menyeretnya ke atas kanvas. Dari titik itu, pria Brasil ini segera mengaitkan kedua hook-nya, dengan tenang menyelipkan lengan kanan ke bawah dagu lawan, serta menyarangkan rear-naked choke untuk memaksa tap-out.
Ini menjadi penyelesaian impresif yang menunjukkan bahwa sang legenda berusia 51 tahun itu masih memiliki kemampuan untuk berlaga di hadapan para penonton di seluruh dunia.
#3 Kevin Belingon Rebut Gelar Juara Dunia Interim
Setelah gagal merebut sabuk emas pada bulan Januari 2016, Kevin “The Silencer” Belingon memenangkan lima laga beruntun dengan cara luar biasa dan meraih kesempatan keduanya.
Namun karena Juara Dunia ONE Bantamweight Bibiano “The Flash” Fernandes saat itu sedang memulihkan diri dari cedera, pria Filipina ini bertemu dengan Martin “The Situ-Asian” Nguyen demi sabuk emas interim divisinya pada laga utama malam itu.
Nguyen memasuki kontes ini sebagai Juara Dunia ONE Lightweight dan Featherweight, dimana ia berharap untuk menjadi satu-satunya Juara Dunia tiga divisi dalam sejarah bela diri campuran. Namun, “The Silencer” memiliki rencana lainnya.
Keduanya dikenal memiliki kekuatan luar biasa dan teknik striking elite, maka mereka pun mengambil pendekatan terukur di awal laga.
Namun, seiring berjalannya waktu, Belingon meraih keunggulan di kartu penilaian juri. Ia menyambungkan dengan tendangan, menutup jarak untuk mendaratkan kombinasi tinju, serta bahkan mementahkan beberapa percobaan takedown.
Dinamo keturunan Vietnam-Australia itu memang mendaratkan beberapa pukulan kuat, tetapi itu tak memperlambat laju “The Silencer,” yang terus menyerang dan menyarangkan beberapa tendangan memutar andalan Team Lakay.
Setelah 25 menit penuh aksi, Belingon meraih kemenangan mutlak dan gelar Juara Dunia Interim ONE Bantamweight untuk merangkum malam ikonik di ibukota Filipina itu.
Baca juga: Victoria Lee: Laga Berikutnya, Mimpi Besar & Acuhkan ‘Hype’