Satu Perjalanan, Seribu Cerita: Kisah Rudy Agustian Saat Mengejar Ilmu Di Thailand
Mengawali perjalanan dalam dunia bela diri memang menjadi pengembaraan yang istimewa, terlebih lagi jika petualangan ini dilakukan di tanah yang menjadi asal muasal lahirnya disiplin tersebut.
Pada tahun 2011, salah satu atlet kebanggaan Indonesia, Rudy “The Golden Boy” Agustian, memulai perjalanan mendalami disiplin Muay Thai.
Dalam misinya mendalami “seni delapan tungkai,” atlet yang berlaga dalam divisi flyweight ini memilih sasana Sitmonchai Gym, yang terletak di distrik Tha Maka, Kanchanaburi, Thailand.
“Waktu awal saya membuka sasana Golden Camp (sasana Muay Thai miliknya), Muay Thai di Indonesia masih belum memiliki banyak pelaku yang berkecimpung,” kenang Rudy.
“Untuk itu, saya berpikir untuk belajar langsung di pusatnya, demi mendapatkan gambaran mengenai seluruh aspek Muay Thai.”
“Perjalanan itu juga menjadi pengalaman ke luar negeri yang pertama bagi saya.”
Saat itu, selayaknya para pelancong yang baru pertama kali mengunjungi lokasi baru, Rudy pun mengalami beberapa kejadian yang cukup menarik. Dengan akses internet terbatas saat itu, serta kendala bahasa, Rudy tidak dapat menghindari kejadian salah alamat – karena bus yang ditumpanginya mengarah pada tujuan yang berbeda.
“[Saat itu] saya bertanya, ‘Apakah bus ini [pergi] ke arah Kanchanaburi?’ dan orang yang saya tanyakan hanya mengiyakan [sambil tertawa]. Akhirnya saya nyasar selama empat jam,” jelasnya.
Namun, perasaan letih, penat dan kebingungan akibat tersasar itu langsung hilang dari benak pria yang memegang rekor profesional 7-4 ini – karena ia menerima sambutan hangat dari seorang legenda Muay Thai yang ia idolakan saat dirinya pertama kali menginjakkan kaki di Sitmonchai.
“Sedari dulu, saya sudah mengidolakan superstar dari Sitmonchai Gym, yaitu Pornsanae Sitmonchai. Ketika saya [akhirnya] tiba di sasana, Porsanae menyambut kedatangan saya. Tentunya hal ini [luar biasa] menggembirakan,” pungkas Rudy.
- Thursday Throwback: Mimpi Awal Ryogo Takahashi Sebagai Seorang Komedian
- Priscilla Hertati Lumban Gaol Nantikan Laga Impresif Melawan Rika Ishige
- Bintang Indonesia Eko Roni Saputra Ungkap Siapa Striker Favoritnya
Gaya bertanding yang agresif khas Sitmonchai adalah alasan utama bagi “Golden Boy” untuk berkunjung dan berlatih di sasana yang berjarak 90 kilometer dari kota Bangkok ini.
“Saya suka dengan gaya bermain para atlet Sitmonchai. Pukul-tendang rendah-pukul-tendang rendah, kurang lebih gaya bertandingnya sama seperti apa yang ditunjukkan oleh Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai, Rodtang “The Iron Man” Jitmuangnon,” Rudy menjelaskan.
Namun, sebuah kutipan terkenal, “No pressure, no diamond” – yang berarti bahwa hasil terbaik tidak akan didapatkan jika tidak ada tekanan tersendiri – dijalani Rudy dengan sepenuh hati saat itu.
Rangkaian program latihan yang sangat intens, serta disiplin tinggi yang diterapkan, membuat atlet veteran ini memahami mengapa salah satu sasana terbaik di Thailand ini dapat menghasilkan berbagai kesatria tangguh yang tampil di berbagai ajang di seluruh dunia.
“Porsi latihan di Sitmonchai Gym lumayan membuat saya terkejut,” kata Rudy. “Pagi hari, kami berlari sejauh 8 kilometer, setelah itu dilanjutkan pad-work [memukul padding] yang sangat intens.”
“Di sore hari, kami berlatih dengan program sparring atau clinching, [dan semua itu] sungguh melelahkan.”
Petualangan Rudy saat menimba ilmu di Sitmonchai Gym selama satu setengah bulan ini membuahkan berbagai hasil, termasuk berbagai teknik Muay Thai yang baru, pengalaman mengesankan yang diingatnya sepanjang masa, serta sebuah tali persaudaraan baru.
Tetapi, ia pun menyadari sebuah program latihan dengan disiplin tinggi seperti ini wajib dilanjutkan seusai ia menghabiskan waktu di sana dan kembali ke tanah air.
“Selama berlatih di sana, saya selalu mengambil hal positif dari mereka [para atlet Sitmonchai]. Saya ingin jago seperti mereka, jadi saya harus mengikuti cara berlatih mereka,” jelasnya.
“Apa yang saya pelajari di Sitmonchai juga saya praktekan di sasana saya. Jadi, belum banyak sasana yang menerapkan program clinching di Indonesia saat itu. Program clinching ini saya sertakan sebagai [bagian dari] program latihan di Golden Camp.”
Ia pun tetap menjalin persahabatan dengan keluarga besar Sitmonchai Gym yang dikunjunginya itu. Bahkan, tak lama setelah itu, pemilik sasana Sitmonchai datang mengunjungi Rudy di Indonesia.
“Pemilik sasana Sitmonchai, Pee A Sitmonchai, saya undang ke Indonesia pada tahun 2012,” sebutnya.
“Kala itu, kami berkelilingi untuk memberikan gambaran kepada Pee A mengenai kondisi Muay Thai di sini.”
Baca juga: Langkah Awal Yang Membawa Rudy Agustian Pada Dunia Bela Diri