‘Saya Dapat Saja Terbunuh Atau Dipenjara’ – Cara Jacob Smith Beralih Dari Jalanan Ke Muay Thai
Sebagai seorang remaja, Jacob Smith tak pernah membayangkan dirinya akan terbang ke berbagai tempat di seluruh dunia untuk berlaga melawan striker terbaik dunia di stadion terbesar.
Namun, saat ia mencetak debutnya di ONE Super Series melawan Rodtang Jitmuangnon di ONE 157: Petchmorakot vs. Vienot pada Jumat, 20 Mei, ia akan melakukan itu.
Pria Inggris ini akan menghadapi penguasa divisinya dalam babak perempat final turnamen kolosal ONE Flyweight Muay Thai World Grand Prix, dan kesempatan itu adalah kesaksian akan caranya mengubah kehidupan lamanya melalui “seni delapan tungkai.”
Sebelum Smith memasuki Circle untuk melawan megabintang Thailand itu di Singapore Indoor Stadium, simak jalan sulit yang ia lalui – dan ultimatum yang menempatkan dirinya ke jalur yang tepat.
Masa Kecil Yang Keras Di Barat Laut Inggris
Pria Inggris berusia 29 tahun ini terlahir di Birkenhead, Merseyside, dimana ia awalnya tinggal bersama orang tua dan adik lelakinya.
Namun, sementara ayahnya bekerja di bidang konstruksi untuk mendukung keluarganya, awal hidup mereka tidaklah mudah karena ibunya terlibat dalam penyalahgunaan obat-obatan.
“Masa kecil saya sangat sulit dalam berbagai tahapan. Ibu saya adalah pecandu obat terlarang, dimana ia akan datang dan pergi. Ia tidak bekerja, tetapi ayah saya melakukan yang terbaik dan selalu menjadi ayah yang baik,” kenang Smith.
“Terkadang, ia akan berangkat bekerja, dan ibu saya akan menunggunya pergi, lalu meninggalkan saya [di rumah] dengan adik saya. Tak ada yang tahu sampai ayah saya pulang bekerja dan bertanya di mana ibu saya.”
“Ini terjadi saat saya berusia 7 atau 8 tahun, dan adik saya berusia 2 atau 3. Terkadang, ia takkan pulang selama beberapa minggu, lalu muncul seperti tidak ada apa pun yang terjadi.”
Saat Smith berusia 10 tahun, ayahnya mengetahui bahwa anak-anaknya membutuhkan lingkungan yang lebih stabil, dimana ia pun pindah bersama kedua anaknya untuk hidup dengan nenek mereka.
Walau atlet ThaiFist dan Bad Company ini belum pernah mendapatkan dukungan yang ia butuhkan dari ibunya sendiri, kerja keras ayahnya dan kasih sayang yang ia temukan dari anggota keluarga lainnya dapat membantu dirinya.
Ia berkata pada ONE Championship:
“Kami tinggal bersama nenek saya – ibu dari ayah saya – sampai saya pindah untuk tinggal bersama tunangan saya, Rebekah, saat kami berusia 19 tahun dan ia mengandung putri kami, Isamay.”
“Nenek saya adalah wanita paling spesial dalam hidup saya dan mengajarkan saya banyak hal. Kami tidak memiliki banyak hal, namun ia memastikan saya memiliki apa pun yang saya butuhkan. Tak akan ada wanita yang lebih spesial daripada dirinya di muka bumi ini lagi.”
“Saya, Rebekah, dan anak-anak saya memiliki hubungan erat dengan nenek dan kakek saya – ayah dan ibu dari ibu saya – juga. Mereka benar-benar memberi kami waktu dan kasih sayang yang tak pernah diberikan ibu saya.”
Kehidupan Jalanan Mengambil Alih
Terlepas dari perubahan positif di rumahnya, realitas kehidupan di daerah Birkenhead dimana Smith bertumbuh besar hanya berarti bahwa ia terlibat di sisi gelap dari kehidupan jalanan.
Ia adalah prospek unggulan dalam sepak bola – bermain untuk akademi di Everton, Blackburn dan Tranmere – tetapi di usianya ke 16, ia meninggalkan semua yang dicapainya sampai saat itu.
“Saya pada dasarnya hampir menandatangani kontrak profesional, tetapi karena saya telah melakukan itu secara serius dalam waktu yang cukup lama, saya menjadi lelah dan muak dengan itu,” kata Smith.
“Suatu hari, saya dengan bodoh menulis pesan bagi ayah saya dan berkata, ‘Dengarkan, ayah, saya takkan pulang. Itulah saya sebagai anak saat itu. Saat saya berusia 16 tahun, saya kira saya menguasai hidup saya, bahwa tak ada yang dapat menyuruh saya melakukan apa pun.”
“Itulah alasan mengapa saya saya sedikit [memberontak] saat saya lebih muda. Itu hanya seperti itu di dalam daerah saya. Itu keras dan siap, dan jika anda tidak seperti itu dengan mereka dan melakukan apa pun, maka anda tak benar-benar memiliki teman karena mereka melakukan hal yang sama.”
Setelah dikeluarkan dari sekolah dan mendapatkan “uang mudah” dari usaha jalanannya, nampak bahwa kehidupan sebagai kriminal memang menjadi takdir Smith.
Namun, saat ia bertemu dengan Rebekah, ia mengambil hobi baru – dimana ia tidak tahu hal itu akan sepenuhnya mengubah kehidupannya.
Ia mengenang:
“Rebekah berlatih tinju Thailand sejak sangat muda, maka saat kami menjadi kekasih, ia tahu hal-hal yang saya lakukan dan berkata, ‘Ayo ikut berlatih tinju Thailand bersama saya satu kali.’”
“Saya belum pernah mendengar itu, sejujurnya, namun saya mengikutinya dan mencobanya. Saya mencintai itu. Tetapi saya masih keluar dan melakukan apa pun di jalanan. Saya hanya berlatih tinju Thailand untuk bersenang-senang, tetap fit, dan mendapat sedikit ketegangan.”
‘Saya Harus Berhenti Melakukan Ini’
Smith menikmati olahraga barunya itu dan mulai mengikuti kompetisi antar klub, dimana ia bertarung sesegera mungkin, tetapi itu tidak menjadi serius sampai Rebekah mengandung anak pertama mereka, Isamay.
Sebagai praktisi Muay Thai seumur hidupnya, ia mengetahui pasangannya itu dapat memiliki kesempatan untuk meraih prestasi jika ia berkomitmen, dan itu juga dapat membuatnya terhindar dari kesulitan.
Maka, ia menawarkannya sebuah pilihan.
“Rebekah memberi saya ultimatum: melanjutkan apa yang saya lakukan dan ia akan meninggalkannya, atau menghentikan itu semua dan menjalani tinju Thailand dengan serius untuk melihat seberapa jauh saya pergi,” kata Smith.
“Lalu, putri saya lahir, dan saya seperti, ‘Baik, saya harus berhenti melakukan ini, atau saya dapat saja terbunuh atau dipenjara.”
Smith membuat keputusan meninggalkan kehidupan lamanya di belakang dan terfokus hanya dalam Muay Thai.
Walau awalnya ia belum terlalu berpengalaman untuk melakukan ini sendiri, ia mendukung Rebekah, dan pasangan ini membuka ThaiFist Muay Thai bersama.
Sejak saat itu, striker berbakat ini berlatih secara konstan dan segera melaju naik dalam jajaran peringkat di Inggris Raya, dimana ia berkembang sebagai petarung dan pelatih. Hari-hari ini, sasana itu meraih kesuksesan, dan Smith memiliki jalur yang sangat berbeda terpampang di hadapannya dalam hidup.
Ia berkata:
“Saya berpikir mendapatkan uang di jalanan akan berlangsung selamanya, sebagai remaja yang naif. Saya takkan pernah berpikir dalam satu juta tahun bahwa saya akan bertarung di panggung terbesar di muka bumi dan menjadi panutan bagi banyak orang.”
“Saat saya masih remaja, saya sangat buruk, tetapi anda berbicara 10 tahun setelah itu. Saya masih berusia 29 sekarang, dan saya telah bertumbuh dewasa. Itu pada dasarnya adalah mimpi yang menjadi kenyataan.”
“Saya mendapatkan kesempatan kedua dalam hidup, karena kehidupan yang dapat saja saya jalani mungkin akan jauh berbeda dengan hidup yang saya jalani saat ini.”
Melakukannya Untuk Keluarga
Kini, sebagai ayah yang penuh kebanggaan bagi putrinya, Isamay, dan anak lelakinya, Toby, Jacob Smith bersiap memasuki laga terbesar dalam kariernya di organisasi bela diri terbesar di dunia, dan ia pun meyakini bahwa ONE adalah tempat dimana ia dapat memastikan masa depannya.
Bersama Rebekah – dan melawan semua tantangan yang ada – kerja kerasnya membawa pria ini ke titik ini. Berikutnya, ia mengira tantangan yang ia atasi akan membantunya saat ia berlaga melawan yang terhebat di atas panggung dunia.
“Saya menjalani waktu yang sulit saat bertumbuh besar dan tak punya banyak, namun itu menjadikan saya seperti saat ini. Saya akan langsung menghadapi apa pun, dan saya kira segala sesuatunya memungkinkan jika anda memberinya waktu,” tambah Smith.
“Saya kini melakukan apa pun dengan kemampuan saya untuk memberi anak-anak saya apa yang tidak saya miliki. ONE Championship akan melakukan itu bagi saya.”