‘Saya Gunakan Segala Sesuatu Yang Saya Lewati Sebagai Motivasi’ – Perjalanan Sulit Valmir Da Silva Menuju Kesuksesan MMA

Jin Tae Ho Valmir Da Silva ONE159 1920X1280 54

Valmir “Junior” Da Silva menggunakan setiap kemunduran dalam hidupnya sebagai inspirasi untuk menggapai seluruh impiannya.

Pada 5 April, atau 6 April pagi di Asia, petarung Brasil ini akan kembali memasuki laga welterweight MMA melawan Hiroyuki “Japanese Beast” Tetsuka di ONE Fight Night 21: Eersel vs. Nicolas, dan berkat tantangan yang sudah diatasinya, ia merasa siap untuk segala sesuatunya di dalam ring.

Jelang tugas besar itu di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand, simak bagaimana Da Silva melewati berbagai perjalanan sulit untuk menemukan rumahnya bersama organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini.

‘Dibesarkan Dengan Penuh Kasih Sayang’

Da Silva dilahirkan dan dibesarkan sebagai anak tengah dari tiga bersaudara di Manaus, Brasil, dengan ibu dan neneknya yang menjadi sosok utama saat ia kecil.

Ibunya bekerja keras untuk mencukup kebutuhan keluarga sebagai orang tua tunggal, dan “Junior” mengetahui bahwa itulah asalan mengapa ia tak pernah kekurangan.

Ia berkata pada onefc.com/id:

“Kami bertumbuh dengan baik. Ibu kami tak pernah membiarkan kami kekurangan apa pun.”

“Ibu saya adalah pahlawan super. Saat saya menghadapi kesulitan, saya kira itu tak ada apa-apanya dibanding apa yang ibu saya lewati untuk membesarkan saya dan [kedua] saudara saya. Ia adalah sumber dari seluruh determinasi, motivasi dan disiplin saya.”

“Ia memberi semua darah dan keringatnya bagi kami. Saat ini, saya hanya ingin membalasnya dengan cara terbaik.”

Ayah Da Silva meninggalkan keluarganya saat ia masih kecil, dan walau penantang divisi welterweight ini tak dapat memahami keputusan itu, ia tak pernah harus merasa kehilangan.

Faktanya, “Junior” muda selalu merasa didukung dan dirawat, terutama dengan kakak dan neneknya yang selalu ada di sisinya itu:

“Saya dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Saya bertumbuh besar dengan nenek saya, yang sayangnya kini telah meninggalkan kami, dan hampir setiap hari, kakak saya ada bersama saya. Ia selalu memberi saya kasih sayang yang saya butuhkan. Ia selalu menjadi sosok seperti ayah.”

“Saya bersyukur atas mereka.”

“Terkait ayah biologis saya, di satu titik, ia akan mengetahui siapa saya. Saya akan selalu berharap yang terbaik untuk dirinya, tapi hari ini, saya adalah seorang ayah, dan saya tak dapat mengerti bagaimana ia dapat meninggalkan kami, karena saya tak dapat hidup sehari pun jauh dari putri saya.”

Gaya Hidup Lebih Baik Lewat BJJ

Karena Da Silva kini sepenuhnya menjadi atlet profesional elite, sulit untuk menggambarkan dirinya sebagai anak yang tak sehat, tetapi ia mengaku sangat jarang meninggalkan rumah saat kecil.

Hal itu membuatnya kelebihan berat badan di awal masa remajanya – sampai ia mengenal Brazilian Jiu-Jitsu:

“Saat saya berusia 14 tahun, saya mengenal jiu-jitsu. Saya tak terlalu suka keluar rumah. Saya tetap diam di pojokan saya. Maka, saya menjadi gemuk. Berat badan saya 230 pound dan tinggi saya 155 cm.”

“Tapi saya ingin mengetahui hal-hal baru, dan saya selalu suka menyaksikan laga. Saya bertanya pada saudara saya untuk saran. Ia menanyakan saya apakah jiu-jitsu sesuatu yang saya ingin lakukan, dan saya berkata ya, tapi saya membutuhkan gi.” 

Ingin membantu adiknya menjadi lebih sehat dan percaya diri, kakaknya melakukan segala sesuatu dalam kemampuannya demi memastikan “Junior” memiliki apa yang ia butuhkan untuk mulai berlatih.

Mengingat kakaknya yang sangat tidak egois itu, Da Silva berkata:

“Kakak saya adalah yang memberi gi pertama saya. Ini sangat sulit saat itu, karena kami tak memiliki kemampuan finansial, tapi ia melakukan segalanya – yang mungkin dan tidak mungkin – untuk mendapatkannya.”

“Segera setelah kakak saya memberi gi itu dan saya memulai di jiu-jitsu, saya dengan cepat menonjol. Sepanjang waktu, saya mengurangi berat badan dengan drastis dan mendapatkan kekuatan.”

Terinspirasi Kembangkan Permainannya

Da Silva sudah menjadi penggemar berat seni bela diri campuran saat ia berlatih BJJ, namun saat petarung legendaris Jose Aldo melejit ke skena profesional dan termotivasi untuk mengambil jalur yang baru.

Juara Dunia MMA ikonik itu meraih reputasinya sebagai striker yang ditakuti, dan hal ini bergema dalam diri “Junior,” yang mulai menambahkan Muay Thai ke dalam arsenalnya.

Pria berusia 28 tahun itu mengenang:

“Saya melihat Jose Aldo bertarung untuk pertama kalinya. Itu adalah laganya melawan Urijah Faber, dan saya melihatnya menghancurkan kaki Faber. Saya tak dapat mempercayai apa yang saya lihat.”

“Itu masuk ke kepala saya bahwa saya memiliki kemampuan untuk mempelajari itu. Itulah saat saya meninggalkan jiu-jitsu untuk sementara waktu. Saya memulai di Muay Thai dan itu berkembang. Saya hanya terfokus menjadi seperti Aldo.”

Petarung asal Manaus ini memiliki bakat yang sangat jelas dalam disiplin striking ini, dimana ia memenangi dua laga pertamanya via KO dalam sebuah turnamen yang ia masuki hanya setelah tiga bulan berlatih.

Ia lanjut berkompetisi dengan sukses, dan kini dengan kemampuan berbahaya yang meliputi ranah stand-up dan di ground, ia beralih ke disiplin menyeluruh dalam MMA:

“Setelah beberapa kompetisi jiu-jitsu dan 11 laga Muay Thai dimana saya beralih menjadi profesional, saya memutuskan untuk pindah ke MMA. Saya berpikir, ‘Saya bagus di ground, saya bagus di striking, maka kenapa saya tak menguji diri saya di MMA?’”

‘Saya Hampir Menyerah Dengan Semuanya’

Da Silva pun meraih catatan rekor MMA 7-1 di negara asalnya, walau pandemi COVID-19 hampir sepenuhnya menghentikan langkahnya.

Setelah neneknya meninggal dunia, “Junior” pindah dan tinggal bersama ayah baptisnya. Mereka sangat dekat, dan ia berjuang menjalani jam kerja yang sangat lama di restoran sembari memenuhi jadwal latihan, studi dan pekerjaan di rumahnya.

Namun saat pandemi itu melanda, semua itu terhenti dalam sekejap. Dan saat ayah baptisnya meninggal dunia, itu terlalu berat untuk dipikulnya seorang diri.

Da Silva menjelaskan:

“Di tengah pandemi itu, ayah baptis saya terkena COVID dan mengalami komplikasi serius. Ia berjuang dengan berani dalam waktu yang cukup lama, tetapi pada akhir perawatan itu, ia tak merespon dengan baik dan akhirnya meninggal.”

“Setelah itu, saya kehilangan arah. Saya cemas dan depresi. Saya hampir menyerah dengan semuanya. Gelombang COVID kedua tiba. Saya tak punya pekerjaan, saya tak mendapatkan laga karena semua ajang MMA itu tak terjadi, dan sasana juga tutup.”

“Junior” hampir putus asa dan merasa seperti sedang tenggelam. Tetapi, itulah saat satu sosok penting lain memasuki kehidupannya dan menyeretnya untuk kembali ke permukaan.

Da Silva berbagi tentang titik balik kritis dalam hidupnya itu:

“Saya tak makan dengan baik lagi. Saya tak berpikir tentang bertarung lagi. Saya tak berpikir tentang apa pun. Itulah saat saya bertemu ibu dari putri saya. Dan berkat dirinya, dengan banyak pembicaraan, ia mampu menarik saya dari titik terdalam.”

“Ia mempersiapkan diet saya, memotivasi saya untuk pergi berlatih, dan karena dukungannya, saya akhirnya kembali bertarung.”

“Hari ini, kami menuai hasil dari dukungannya. Ia tak membiarkan saya menyerah.”

Mencapai Panggung Dunia

Da Silva kini berkompetisi dalam organisasi seni bela diri terbesar di dunia dengan laga-laganya yang disiarkan ke jutaan orang di muka bumi ini, dan itu berkat mereka yang mendorongnya saat ia sangat membutuhkan dukungan itu.

Ia kini dapat melihat kembali seluruh momen berat itu, mengetahui bahwa ia berhasil mengatasinya lagi dan lagi – dan kini, ini waktunya untuk bersinar.

Petarung Brasil ini menambahkan:

“Hari ini, saya menggunakan segala sesuatu yang saya lewati sebagai motivasi. Kapan pun saya berpikir ada hal buruk, saya mengingat semua momen itu.”

“Terima kasih pada Tuhan, saya mampu mencapai apa yang saya inginkan, di ajang internasional yang besar, dan saya akan melakukan yang terbaik untuk menonjol dan menjadikan seluruh pengorbanan saya layak.”

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9