Sebuah Tragedi Yang Memotivasi Jeff Chan Untuk Mengejar Mimpi
Jeff Chan berada dalam dilema saat harus memilih antara mengejar renjana atau tetap bekerja penuh waktu, hingga akhirnya ada sebuah peristiwa dalam hidup yang membuatnya mengikuti mimpinya.
Kini, pria asal Kanada tersebut telah menjadi seorang seniman bela diri campuran dan sosok yang dikenal dunia berkat akun MMAShredded di media sosial yang ia gunakan untuk berbagi pengetahuan dan menginspirasi ratusan ribu pengikutnya.
Jelang debutnya di ONE Championship menghadapi Radeem Rahman dalam ajang ONE: KING OF THE JUNGLE, Chan mengungkapkan kisah tentang bagaimana ia mengalami lonjakan dari yang sebelumnya bekerja dalam bidang yang tidak ia sukai, hanya demi memuaskan keinginan orang tua, hingga menjalani karier dalam dunia bela diri di panggung dunia.
Awal Mula Mengenal Seni Bela Diri
Chan lahir dan dibesarkan di Ottawa, Ontario, Kanada. Masa kecilnya membahagiakan dan ia cukup aktif. Bidang akademik bukan menjadi pencapaian terbaiknya, namun ia menunjukkan bakat luar biasa dalam olahraga.
Minat terhadap olahraga membawanya pada Ottawa Academy Of Martial Arts atas ajakan seorang sahabatnya.
“Saat kecil, saya bermain banyak olahraga. Saya bermain sepakbola, basket, dan voli. Saya tak pernah menjadi siswa terbaik, namun saya bagus dalam olahraga,” ungkapnya.
“Ketika berusia 15, teman baik saya, Andrew Duong, tiba-tiba mengajak pergi ke sebuah gym. Dia sudah lebih dulu berlatih di sana, dan mengajak saya untuk berlatih Muay Thai. Saya berlatih Muay Thai sekali dan mencoba kelas jiu-jitsu setelahnya, dan pada dasarnya saat itu saya mulai jatuh hati pada seni bela diri.
“Saya berlatih jiu-jitsu, namun saya dihajar sangat parah saat pertama kali mencoba, dan hal itu cukup membuat kapok untuk latihan lagi sehingga saya mencoba Muay Thai. Setelah empat tahun latihan Muay Thai, saya ingin terjun ke seni bela diri campuran, dan itulah saat dimana saya kembali berlatih jiu-jitsu dan gulat.”
Pelatihnya, Jeff Harrison, melihat hal yang menjanjikan dalam dirinya. Bahkan, ia dijuluki “Masato” yang terinspirasi dari Juara Dunia K-1 World Max asal Jepang.
Keinginan Orang Tua
Meski Chan berlatih dan berprestasi dalam bela diri, tetap saja itu hanyalah hobi, karena fokusnya adalah mengejar nilai akademis lewat sekolah dan perguruan tinggi.
Ia mengambil kuliah bisnis dan akuntansi selama dua tahun atas desakan orang tuanya, namun ia berganti haluan di tengah jalan demi mengejar sesuatu yang lebih sesuai dengan karakternya.
“Saya belajar akuntansi karena keluarga saya memiliki darah Tiongkok dan menginginkan saya mendapat pekerjaan yang umum,” jelasnya.
“Kakak perempuan saya, Jessica, adalah anak yang sangat pintar dalam keuangan, jadi saya pilih akuntansi. Namun itu bukan yang saya inginkan. Kebanyakan orang yang tak tahu harus apa akan memilih [karier] menjadi tentara atau polisi, dan itulah saya.
“Itu adalah pekerjaan yang membutuhkan kondisi tubuh serta kemampuan kontak fisik yang baik, dan itulah hal yang saya kerjakan saat itu melalui seni bela diri.”
Pria asal Ottawa ini mendapatkan gelar sarjana dalam bidang krimonologi dari Universitas Ottawa, namun ia sempat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan pasca lulus kuliah. Gelarnya nampak tak berpengaruh banyak, jadi ia mendedikasikan waktunya untuk menjadi sukarelawan dan belajar lebih banyak demi mendapat sertifikat hingga akhirnya menemukan pekerjaan dalam bidang penegakan hukum.
Ia tak memiliki renjana dalam bidang yang ia lakoni, namun ada tragedi yang menjadi sebuah titik balik dalam hidupnya.
Titik Balik
Saat bekerja dalam bidang penegakan hukum, ayah Chan, Harry, meninggal dunia. Hal itu membuatnya terpukul dan mengubah caranya memandang hidup secara drastis.
“Itu adalah masa yang berat untuk dilalui dan saya menyadari bahwa hidup terlalu pendek untuk mengerjakan hal yang tidak anda sukai,” jelasnya.
“Itulah saat dimana saya memutuskan untuk mengejar karier dalam dunia bela diri. Itu terjadi begitu saja, saya memutuskan untuk pergi ke Thailand untuk bergabung dengan sasana pertama saya di Bangkok.
“Saya bertemu dengan salah satu idola saya, Sean Fagan, yang memiliki kanal Muay Thai di YouTube dan Instagram untuk mengajarkan tentang seni bela diri. Saya terinspirasi oleh apa yang dia lakukan, dan ia mengatakan bahwa saya pun bisa melakukan hal yang sama.”
Menuruti anjuran mentornya, Chan memadukan ambisinya dalam seni bela diri dengan mengajar untuk meluncurkan sebuah karya baru, MMAShreded, guna membantu dan menginspirasi orang lain lewat seni bela diri.
Tak lama kemudian, popularitasnya meledak, yang memberinya sebuah jalan baru untuk mencari penghidupan lewat edukasi dan hiburan bagi ratusan ribu orang di seluruh dunia.
“Saya mengawali dengan membuat kanal YouTube, dari situ, tiga tahun kemudian, saya mendedikasikan seluruh waktu saya untuk itu – membuat video dan mengajari lewat daring,” tuturnya.
“Bisa mencapai 200.000 pengikut di YouTube dan 100.000 di Instagram merupakan sebuah pencapaian luar biasa. Mampu membantu banyak orang, dan terus membantu orang setiap hari adalah salah satu pencapaian terbesar saya.”
Panggung Global
https://www.youtube.com/watch?v=Q3SBjgqLeIU
Selama satu dekade terakhir, Chan mampu mencatatkan pijakan yang impresif dalam seni bela diri – seiring karier cemerlangnya dalam dunia daring.
Rekornya telah mencapai angka 24-2 dalam ranah kickboxing serta Muay Thai, dan juga 3-1 dalam bidang seni bela diri, termasuk sepasang kemenangan KO.
Para penggemar yang mengikutinya di media sosial tentu tahu bahwa ia juga telah berlatih bersama berbagai tim terbaik di dunia, namun basisnya berlatih ialah bersama sasana Tristar yang terkenal di bawah asuhan pelatih kepala Firas Zahabi.
Kini, ia telah mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan apa yang ia bisa lakukan di panggung dunia seni bela diri, dan ia akan merasa beruntung karena didukung oleh banyak penggemar bahkan disaat kariernya di pentas dunia baru akan dimulai.
Namun atlet berusia 28 tahun terebut tetap rendah hati dan tahu bahwa jalannya masih sangat panjang untuk bisa mencapai titik yang telah dicapai oleh atlet-atlet besar yang pernah berlatih dengannya.
“Tujuan saya saat ini adalah untuk memenangi laga pada tanggal 28 Februari, dan saya belum berpikir jauh,” tuturnnya.
“Saya memikirkan satu persatu laga. Sebelum saya memiliki tujuan yang lain, saya harus melewati ini dulu.”
Baca Juga: Stamp Fairtex Ungkap Bagaimana Ia Mengendalikan Tekanan Berat