‘Semua Orang Anggap Saya Petarung Jelek’ – Cara Thongpoon Ikuti Jalur Menuju Ketenaran Muay Thai
Thongpoon PK Saenchai bertumbuh besar di tengah kemiskinan, maka kontrak senilai ratusan ribu dolar AS dari ONE Championship memang mengubah kehidupannya – dan ia berharap aksi debut catchweight Muay Thai 120 pound yang akan dijalaninya dapat meningkatkan statusnya di atas panggung dunia.
Pria Thailand berusia 26 tahun ini akan menjalani debut tersebut pada jam tayang utama A.S. melawan Ellis Badr Barboza pada 8 Desember, atau Sabtu pagi, 9 Desember waktu Asia di ONE Fight Night 17: Kryklia vs. Roberts.
Beranjak dari tiga kemenangan menarik dalam rangkaian ajang mingguan ONE Friday Fights, Thongpoon siap menunjukkan gaya luar biasa itu di atas panggung terbesar di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand.
Sebelum ia memasuki ring untuk laga terpenting dalam hidupnya itu, simak bagaimana perwakilan sasana PK Saenchai Muay Thai Gym ini menggunakan awalan sederhananya untuk memicu kebangkitan dalam “seni delapan tungkai.”
Masa Muda Bermasalah
Thongpoon bertumbuh besar sebagai anak terkecil dari lima bersaudara di Maha Sarakham, bagian timur laut Thailand.
Sementara kedua orang tuanya bekerja sebagai pedagang di Bangkok untuk menghasilkan uang bagi keluarganya, Thongpoon dan saudara-saudaranya tinggi dengan bibi mereka, tetapi itu terbukti sulit, dan mereka bertumbuh besar dalam kekurangan.
Bintang Thailand ini mengenang:
“Saya datang dari keluarga miskin. Kami menjalani hidup yang sangat sulit. Saya hampir tak pernah tinggal bersama ayah atau ibu saya. Waktu keseluruhan yang saya habiskan dengan mereka di sepanjang hidup saya mungkin hanya berkisar selama tiga tahun.”
“Saya masih sangat kecil saat itu. Saya tidak tahu seberapa sulit hidup itu. Tapi saat saya melihat kembali, saya menyadari bahwa masa kecil sangat sangatlah sulit. Saya tidak punya uang untuk membeli penganan seperti anak-anak lain.”
Mungkin karena keadaan dan dampaknya pada mentalitas pria ini, Thongpoon selalu terlibat masalah di sekolah.
Mendeskripsikan dirinya sebagai “sosok berdarah panas,” anak muda ini akan membolos atau mencari keributan saat ia masuk – walau itu hampir tak pernah berakhir dengan baik bagi dirinya:
“Saat saya berada di sekolah dasar, saya adalah anak yang sangat nakal. Saya membolos sejak taman kanak-kanak. Saya selalu berkelahi dengan teman-teman saya di kelas, tapi saya selalu menjadi yang dipukuli. Saya selalu menangis saat mereka memukul saya.”
Semakin Kuat Lewat Muay Thai
Walau ia memiliki keinginan untuk bertarung, Thongpoon tak memiliki kemampuan, dan itulah yang membawanya mencoba kelas Muay Thai pertamanya di Aewtamsang Gym.
Ia masuk dengan tujuan jelas, berdeterminasi mengungguli siapa pun yang mengalahkannya:
“Saya hanyalah anak bermasalah, selalu berkelahi dengan murid-murid lain. Saat saya pindah sekolah, saya melihat banyak teman saya berlatih Muay Thai. Saya ingin mencobanya untuk berlatih dan bersenang-senang, maka saya meminta mereka untuk mengizinkan saya berlatih di sana.”
“Saya memulai di usia 11 tahun. Saya tak merasa gugup atau takut sama sekali, karena ini adalah tujuan saya – saya ingin belajar Muay Thai untuk mengalahkan teman-teman sekelas saya. Saya berkelahi dengan mereka sebelumnya dan dipukuli.”
“Maka, saya belajar Muay Thai untuk membalaskan dendam pada anak-anak nakal itu.”
Terlepas dari kurangnya pengalaman, Thongpoon menunjukkan kelihaian tersendiri dalam Muay Thai dan segera berkompetisi. Dari titik itu, ia berhasil membawa bakat agresifnya untuk digunakan dengan baik di dalam ring.
Di atas segalanya, pertarungan itu juga memberinya keuntungan dengan penghasilan tambahan untuk membeli berbagai hal yang ia lihat dimiliki orang lain:
“Saat itu, saya masih tidak berpikir serius tentang [masa depan dalam disiplin ini]. Saya hanya berkompetisi karena saya ingin mendapatkan uang jajan dan bermain game seperti anak-anak.”
“Pelatih pertama saya adalah pemilik sasana, dan ia mengajarkan saya bagaimana cara memukul. Dalam pertarungan pertama dan kedua saya, saya meraih KO dengan pukulan, maka saya tahu kekuatan saya adalah kedua tangan saya.”
Mentalitas Tepat, Gaya Yang Salah
Sementara ia awalnya bertarung untuk alasan pribadi, Thongpoon juga mengetahui bahwa dirinya dapat membantu keluarganya saat karier itu mulai bergerak maju.
Penghasilannya perlahan meningkat, dan itu membawa uang tambahan ke rumah untuk memberi makan kedua orang tua dan saudara-saudaranya:
“Karena saya berasal dari keluarga miskin, saya ingin membantu orang tua saya membawa makanan ke atas meja.”
“Semakin saya bertarung, semakin banyak bayaran tanding yang saya terima. Dari 200, 500, 700, 1500, 3000, sampai saya mendapat 10.000 baht (US$285) per laga. Lalu, saya pindah ke Bangkok untuk menjalani karier ini lebih serius lagi.”
Pukulan keras dan agresi luar biasa dari Thongpoon membawa kesuksesan di tingkat regional, dan ia pun memasuki sirkuit stadion elite di ibu kota Thailand.
Namun, ia awalnya berjuang keras untuk beradaptasi dengan gaya Muay Thai baru di antara para petarung teratas disiplin ini.
Itu lebih kepada olahraga yang dimainkan untuk mendapat poin daripada pertarungan yang dahulu terbiasa dijalaninya. Ia seringkali terlalu banyak memukul sampai kelelahan, sementara lawan-lawannya tahu cara bermain panjang.
Hal ini membawa serangkaian kekalahan – tetapi pemukul kuat asal Maha Sarakham ini tak pernah kehilangan harapan:
“Semua orang menganggap saya petarung jelek karena saya hanya menekan maju tanpa berpikir dua kali. Dan gaya saya tak disukai oleh Muay Thai lima ronde. Maka, saya tidak sukses dalam bidang ini.”
“Alasan lain adalah bahwa saya masih anak kecil dengan kepala yang panas. Saya masih cukup impulsif saat itu. Karena gaya saya itu serangan total dari awal, saya selalu kelelahan pada ronde keempat dan kelima. Saya banyak dikritik karena terlalu cepat kelelahan.”
“Saya merasa jatuh saat itu. Tapi saya adalah sosok yang dapat mengatur emosi saya dengan cepat. Saya dapat bangkit untuk melakukan pekerjaan saya dengan cepat. Seperti menekan tombol reset.”
Mencapai Panggung Dunia
Thongpoon berkomitmen mengembangkan kemampuannya demi menjadi petarung berkemampuan menyeluruh – sementara tetap tak melupakan gaya penuh aksinya itu.
Melihat contoh dari Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai Rodtang “The Iron Man” Jitmuangnon, ia tahu ada kemungkinan untuk meraih kesuksesan di tingkatan elite ini dengan gaya seagresif itu.
Ia melihat banyak kesamaan dari dirinya dan Rodtang, dan dengan basis penggemar miliknya, ia juga berharap dapat menawarkan hal yang sama karena ia kini berada di organisasi seni bela diri terbesar di dunia itu:
“Idola saya adalah Rodtang. Ia adalah sosok yang gigih seperti saya. Hal terpenting adalah kegigihan dan usahanya itu. Dan ia adalah pria yang baik, berteman dengan semua orang. Ia adalah panutan saya dalam hidup.”
“Bagi mereka yang melihat saya sebagai pahlawan, saya ingin kalian menjadi gigih dan berusaha keras seperti saya. Saya adalah orang yang sangat berdeterminasi. Ingat ini: fokus, coba dengan keras, dan bersabarlah. Usahamu takkan terbuang sia-sia.”
Kini, sebelum debutnya di ONE Fight Night setelah sepasang kemenangan KO dan kandidat Fight of the Year di ONE Friday Fights, Thongpoon ingin membawa intensitas yang sama pada jam tayang utama A.S.
Kontraknya bersama ONE telah mengubah kondisinya saat ini, tetapi ia takkan berhenti melakukan yang terbaik untuk menggemparkan penonton agar ia dapat mengamankan masa depannya juga.
Bintang baru ini menambahkan:
“Saya sangat bangga pada diri saya karena saya berdeterminasi dan mencoba sampai saya mencapai titik ini. Dan saya bersumpah untuk mendorong diri saya lebih keras lagi dan terus mengembangkan diri agar semua orang dapat menikmati penampilan saya dalam waktu yang cukup lama.”