Seni Bela Diri Bawa Chen Rui Kejar Impian Terbesarnya
Jika jalur yang ditempuh “The Ghost” Chen Rui menuju ONE Championship dapat memberi pelajaran, satu hal terpenting adalah anda dapat meraih kebahagiaan jika mengikuti impian anda.
Jalan menuju pemenuhan diri itu mungkin nampak jauh dan sulit, tetapi seperti dijelaskan oleh pria asal Chongqing, Tiongkok ini, semuanya akan terbayar pada akhirnya.
Sebagai salah satu atlet bantamweight muda yang sangat menarik di “The Home Of Martial Arts,” Chen bermimpi untuk meraih kejayaan sebagai Juara Dunia di ONE, dimana langkahnya sampai saat ini memang tepat.
Jika dirinya mampu mempertahankan rekor sempurna 7-0 pada Jumat, 12 Juli ini, di ONE: MASTERS OF DESTINY, dengan kemenangan atas Troy “Pretty Boy” Worthen, ia akan mengambil sebuah langkah yang sangat besar menuju perebutan gelar Juara Dunia tersebut.
Sebelum ia melawan salah satu bintang baru tak terkalahkan lainnya, Chen berbagi tentang bagaimana ia terinspirasi untuk mengikuti kata hatinya dan mengejar kejayaan di atas panggung dunia.
Menemukan Sebuah Obsesi
Chen lahir di Chonqing, tetapi ia pindah ke Guangdong saat berusia 6 tahun ketika orang tuanya mendapatkan pekerjaan di industri manufaktur.
Pekerjaan mereka memberi penghasilan tetap bagi keluarga, tetapi “The Ghost” melihat bahwa ayah dan ibunya tak bergairah menjalani apa yang mereka lakukan, dan berkeinginan untuk tidak melakukan itu.
“Keluarga saya bekerja sangat keras, namun mereka tidak melakukan apa yang mereka sukai,” katanya.
“Saya melihat bahwa mereka terkadang depresi karena tidak menjalani kehidupan yang mereka inginkan – hanya satu yang harus mereka jalani. Inilah yang memberi saya inspirasi untuk melakukan apa yang saya benar-benar sukai. Kini saya adalah seseorang yang mengikuti kata hatinya.”
Hatinya terpincut pada kehidupan dalam seni bela diri. Mimpi ini muncul saat ia masih kanak-kanak, awalnya melalui serial anime Dragon Ball Z, ditambah dengan film aksi dari Bruce Lee.
Saat bertumbuh dewasa, ia sangat terkesima melihat seni bela diri campuran, dan menghabiskan berjam-jam untuk mempelajari para legenda olahraga ini melalui video online.
“Saya suka menonton film kung fu – saya menyukai Bruce Lee. Lalu, saya mengenal seni bela diri campuran,” jelasnya.
“Saya mulai mencari video di internet tentang seni bela diri campuran, dan menjadi terobsesi dengan itu.”
Kenyataan Pahit
Chen memang berkomitmen untuk menirukan para pahlawannya, namun saat ia mulai berlatih menuju karier sebagai atlet profesional, ia segera menyadari seberapa sulitnya menjadi kompetitor baru.
Ia harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya, dan tidak mendapatkan banyak dukungan dari mereka yang dikasihinya sementara ia menjalani hidup yang melelahkan.
“Waktu tersulit dalam hidup saya adalah hari-hari awal dimana saya mulai berlatih,” kata pria berusia 22 tahun ini.
“Saya harus menghidupi diri dan berlatih pada saat yang sama. Orang tua saya menentang itu, dan saya mengorbankan banyak waktu [jauh] dari keluarga saya.”
“Saya berlatih di pagi hari dan bekerja sebagai penjaga pintu di malam hari. Saya membutuhkan uang, maka saya hanya memasak gandum dengan air panas saat lapar.”
Namun jika Chen mengira ia telah menjadi lebih disiplin, ia mendapat kejutan baru saat melihat kebiasaan para rekan latihannya di Chengdu Ashura Fight Club.
“The Ghost” biasanya tidur setelah menjalani jam kerja di malam hari – terutama saat musim dingin mengubah pagi yang cerah menjadi sangat buruk. Tetapi, para atlet lainnya bertahan melawan kebekuan itu dan memulai resimen latihan harian mereka.
Jika ia ingin mencapai tingkatan tertinggi, Chen mengetahui bahwa ia harus bergabung dengan mereka.
“Latihan itu sangat keras, dan saat memasuki musim dingin, cuaca berubah menjadi sangat dingin,” kenangnya.
“Cuaca itu membuat saya malas. Suatu pagi, saat saya bangun untuk ke toilet, saya melihat [semua rekan latihan saya] sudah mulai berlatih.”
“Saya sangat terkejut dengan apa yang saya lihat. Saya menyadari perbedaan di antara kami bukanlah tentang keunggulan dalam latihan, tetapi dari sikap kami.”
Sikap Yang Baru
Chen pun terjun ke olahraga ini dengan ketekunan yang baru, dimana ia melihat bahwa tak hanya kemampuan teknisnya yang berkembang.
“Saya belajar bahwa anda harus tetap berlatih, bahkan saat tubuh anda lelah, mendorong diri anda menjadi sesiap mungkin. Selain sakit fisik, bagian terberat adalah kendali mental anda – anda harus mengulangi latihan yang sama setiap harinya,” jelasnya.
“Seni bela diri mengajarkan saya untuk menjadi disiplin, bekerja keras dan terus mendorong maju. Dulu, saya adalah seorang introvert, tetapi saya kini lebih percaya diri.”
Spesialis stand-up ini membawa pemikiran positif itu ke dalam kompetisi. Setelah sebuah kemenangan dalam debut profesionalnya pada bulan Desember 2015, “The Ghost” langsung memasuki organisasi bela diri terbesar di dunia ini dan memenangkan dua laga dalam satu malam demi merebut gelar Juara ONE Jakarta Tournament di ONE: TITLES & TITANS.
“Saya bukan siapa-siapa saat itu, namun saya tak kenal takut. Saya kira itulah alasan mengapa saya menang,” katanya.
“[Dalam babak final] saya menghadapi seorang lawan [Cheng Zhao] yang memiliki lebih banyak pengalaman, tetapi saya tidak menyerah. Memenangkan gelar itu memberi saya keyakinan besar.”
Ia membawa keyakinan itu kembali ke sirkuit domestik di Tiongkok, dimana ia meraih tiga kemenangan berikutnya, sebelum panggung dunia kembali memanggilnya. Ia sangat senang untuk kembali beraksi di bulan Maret dengan sebuah kemenangan tegas atas Roman Alvarez untuk menempatkannya pada jalur menuju puncak divisi.
“ONE adalah kanal yang sangat bagus untuk menunjukkan pada dunia seorang petarung bagus seperti saya, dan bagi saya untuk membuktikan nilai saya,” tegas Chen.
“Tiap petarung membutuhkan tujuan yang jelas dan kuat, dan bagi saya, itu adalah menantang sang Juara Dunia.”
Memberi Contoh
Selain kesuksesannya di dalam Circle, Chen ingin menyebarkan berita bahwa pemenuhan diri itu ada saat anda mengejar mimpi anda.
Ia berharap bahwa dengan mengikuti jejaknya, anak-anak muda di seluruh dunia dapat menemukan kebahagiaan dengan mengejar impian mereka. Mungkin akan dibutuhkan usaha keras, tetapi hasilnya itu sepadan.
“Saya tak menjanjikan di awal. Tak ada yang memiliki ekspektasi besar pada saya,” katanya.
“Saya tak memiliki kemampuan dasar atau pondasi yang baik, dan saya hanya mulai berlatih saat berusia 18 tahun, tetapi saya bekerja keras untuk mencapai posisi saya saat ini.”
“Saya ingin mengatakan pada anda bahwa seberapa sulitnya keadaan sekarang, jangan menyerah. Anda harus memiliki tujuan yang jelas, dan untuk tetap mengejar itu. Apa pun hasilnya, proses tersebut adalah perjalanan yang harus anda banggakan.”
“The Ghost” tak mengatakan bahwa seni bela diri adalah jawaban bagi semua orang, namun bagaimana itu telah mempengaruhi kehidupannya memang tak terbantahkan.
Walau ia harus berada jauh dari keluarganya dan harus mengalami periode yang sulit, itu memiliki dampak yang sangat positif bagi kehidupannya.
“Saya beralih dari seorang anak yang selalu diam di rumah menjadi seseorang yang memiliki keyakinan besar. Itu mengubah hidup saya,” pungkasnya.
Kuala Lumpur | 12 Juli | 17:00 WIB | TV: Periksa daftar tayangan lokal untuk siaran global | Tiket: http://bit.ly/onedestiny19