Seni Bela Diri Bawa Reece McLaren Ke Akarnya, Filipina
Menjadi murid dalam seni bela diri telah mengubah kehidupan Reece “Lightning” McLaren dengan berbagai cara. Itu memberinya sebuah karier, penggemar luar biasa, serta tujuan dalam hidup.
Sebagai tambahan, itu juga memberinya kesempatan kedua untuk akhirnya dapat menjadi Juara Dunia. Hari Jumat, 9 Maret ini, ia akan berlaga dengan pahlawan Malaysia Gianni Subba dalam ajang ONE: VISIONS OF VICTORY di Kuala Lumpur, dengan pertaruhan sebuah kesempatan memasuki Kejuaraan Dunia ONE Flyweight.
Kesempatan itu sebenarnya sudah menjadi milik McLaren, karena ia seharusnya menghadapi sang juara bertahan Adriano Moraes sebelum atlet Brasil itu terpaksa mundur karena sebuah cedera. Tetapi, McLaren menerima sebuah laga melawan Subba, yang mempertaruhkan statusnya sebagai penantang hanya untuk memastikan ajang ini masih memiliki laga utama.
Sebuah hadiah lain yang telah diberikan padanya adalah kesempatan untuk menjelajahi akarnya, sesuatu yang mungkin tak menjadi kesempatan atau keinginan bagi dirinya jika ia tidak bergabung bersama ONE Championship.
McLaren adalah keturunan Australia dari sisi ibunya, namun ayah biologisnya berasal dari Filipina. Walau tak pernah mengenalnya, “Lightning” selalu mengetahui bahwa ia selalu menjadi setengah Filipina.
Selain itu, ia tidak pernah ingin menggali sisi tersebut.
“Saya belum pernah bertemu ayah biologis saya atau apa pun, maka saya tak mengetahui terlalu banyak tentang sisi Filipina saya,” kata atlet berusia 26 tahun ini.
Dengan dua orang tua yang membesarkannya dan memberinya berbagai nilai-nilai positif, ia belum pernah terlepas dari bimbingan yang baik, maka itu tidak menjadi sesuatu yang ia inginkan. Ia memiliki figur ayah yang dapat diandalkan dalam hidupnya, yang membantunya menjadi pria yang lebih baik.
“Ayah tiri saya adalah salah satu pekerja paling keras yang pernah saya temui, dan saya berani mengatakan bahwa saya mendapatkan banyak etos kerja saya dari dirinya,” jelas atlet flyweight ini. “Itu menjadi inspirasi bagi saya untuk tetap mendorong dan berjuang demi kejayaan.”
Tetapi, setelah menjalani debut melalui pemberitahuan singkat bagi ONE Championship di Filipina pada bulan Desember 2015, minatnya terhadap akar keturunannya pun memuncak.
McLaren mengingat sorakan penonton yang mengelukan Mark Striegl, dan hanya sedikit memberinya dukungan. Namun saat para penggemar di Manila itu menyadari hubungannya dengan kota mereka itu, mereka mengubah nada mereka. Sejak itu, baik sang seniman bela diri dan para penggemarnya membentuk sebuah ikatan hakiki ini.
“Bagi saya, itu adalah hubungan yang personal,” kenangnya, saat ia berada di jalanan ibukota itu utnuk pertama kalinya. “Ayah biologis saya berasal dari Manila. Ada minat untuk pergi ke sana dan melihatnya, sebuah keingintahuan. Untuk pergi ke sana dan berlaga, itu luar biasa.”
“Namun, saya berlaga melawan atlet favorit tuan rumah Mark Striegl, yang menjadi superstar di Filipina, maka itu adalah area musuh. Namun, saat informasi itu beredar bahwa saya setengah Filipina, saya sangat diterima pada kali kedua dan ketiga [saya berlaga di sana]. Itu hampir seperti bertanding di rumah, sekarang.”
Beralih dari status musuh masyarakat nomor satu ke atlet favorit para penonton dalam satu malam memang tak disangka, terutama setelah ia mengalahkan Striegl. Namun ini membantu McLaren untuk mulai merasa terhubung dengan akarnya, serta menjadi lebih selaras dengan saudara-saudaranya, yang menjadi orang asing sebelum laga itu berlangsung.
“Lightning” menerima lebih banyak pujian dari penonton saat ia mengalahkan Muin Gafurov di bulan April 2016, serta memenangkan hati para penggemar saat kekalahannya melalui keputusan terbelah, atau split decision, atas Juara Dunia ONE Bantamweight Bibiano “The Flash” Fernandes bulan Desember itu.
Alih-alih memupuk kebencian, McLaren merasa diterima.
“Mereka benar-benar menyambut saya,” ungkapnya terkait dengan kompatriot barunya ini. “Saya rasa itulah cara Filipina. Mereka benar-benar mendukung bagian dari mereka, dan itu sangat indah.”
Karena kehidupan McLaren saat ia bertumbuh dewasa terkadang menempatkannya di posisi sebagai orang luar – keturunan Australia yang satu-satunya di Pulau Natal, serta pria Asia satu-satunya saat ia kembali ke daratan utama – melihat banyak orang menerimanya di dalam hati sebagai salah satu dari mereka memiliki arti luar biasa bagi dirinya.
Mungkin atlet flyweight ini harus menunggu sampai ia dewasa untuk mulai merasa terikat pada Filipina sebagai bagian dari identitasnya, namun berkat kebaikan dan keramahan yang ditunjukkan, kini semua itu tak akan meninggalkannya.