Seni Bela Diri Membawa Momotaro Keluar Dari Kepompongnya
Kohei Kodera – yang lebih dikenal sebagai “Momotaro” di negara asalnya Jepang – memiliki keyakinan diri yang besar di dalam ring.
Atlet berusia 29 tahun ini – yang akan menghadapi Singtongnoi Por Telakun dalam ajang ONE: IMMORTAL TRIUMPH hari Jumat ini, tanggal 6 September – adalah salah satu operator terbaik dan berkemampuan tinggi dalam rangkaian ONE Super Series, tetapi mereka yang mengenalnya saat ia muda mungkin mengira hal ini tidaklah mungkin terjadi.
Walau ia selalu menampilkan kemampuan atletik alami yang unggul, ia tidak keluar dari kepompongnya sampai saat dirinya memasuki sebuah sasana kickboxing dan memulai perjalanannya menuju ONE Championship.
Sebelum ia kembali beraksi di atas panggung bela diri dunia di Ho Chi Minh, Vietnam, “Momotaro” berbagi bagaimana ia bertransformasi dari seorang anak lelaki yang pemalu menjadi seorang juara.
Dorongan Kepercayaan Diri
“Momotaro” lahir di Asaka, sebuah area di luar Tokyo, dan adalah seorang anak yang memiliki keunggulan fisik – dimana ia memulai latihan karatenya pada usia lima tahun dan bermain baseball pada usia tujuh tahun.
Walau nilainya di sekolah bukanlah yang terbaik, tetapi ia mengimbanginya dengan penampilannya dalam olahraga – terutama saat ia bergabung dengan tim lari.
“Saya tidak bagus dalam belajar. Saya hanya menyukai kelas olahraga. Saya sangat menyukai lari, dan itulah fokus terbesar saya di sekolah. Saya hanya sangat menyukai saat badan saya bergerak,” kenangnya.
Terlepas dari kemampuan alaminya, ia adalah anak yang penyendiri dan tidak memiliki keyakinan diri untuk berada di lingkungan sosial bersama teman-temannya.
“Saya sangat pemalu dan sulit berhubungan dengan orang lain. Saya hanya dapat bersama mereka yang sangat dekat dengan saya, dan saya hampir tidak pernah berbicara pada para gadis,” akunya.
Cahaya Yang Membimbing
Saat dirinya memasuki universitas, seni bela diri menjadi penyelamatnya saat ia memulai latihan kickboxing di Oguni Gym, yang terletak di distrik Ikebukuro di Tokyo.
Walau ia tidak ingin berkompetisi saat memulai latihan di sasana itu, ia tampil menjanjikan dan pelatihnya Akira Kondo segera meyakinkan dirinya untuk memasuki ring.
“Saya memulai [latihan] kickboxing karena saya ingin memiliki tubuh yang bagus dan menjadi populer di kalangan para gadis!” aku Kohei.
“Saya tidak memulai dengan mimpi menjadi seorang profesional, tetapi pelatih saya merekomendasikan saya bergabung dengan kompetisi amatir setelah bulan pertama. Saya menang, kemudian mengambil ujian profesional enam bulan kemudian.”
“Pada saat itu, saya masih belum mempertimbangkan debut profesional, tetapi saya merasa akan sangat keren untuk setidaknya memiliki lisensi profesional. Saya senang saya mengikuti kata-kata pelatih saya.”
Selagi pelatihnya mengajarkan nilai-nilai bela diri, ia juga memperluas pandangannya dengan mengenalkan dirinya pada tempat dan orang-orang baru.
Ia menjadi lebih mampu berinteraksi melalui pengalaman ini dan mulai berkomunikasi dengan lebih mudah. Adalah dinamika pribadi dan keberhasilan sang pelatih dalam mengeluarkan kemampuan terbaik muridnya di dalam ring yang membuat Akira menjadi bagian utama dalam karir “Momotaro.”
“Ia adalah orang pertama yang mengajarkan saya kickboxing, dan saat ini masih mengerti saya dengan sangat baik. Saya ingin dirinya bergabung bersama saya di ONE, panggung terbesar di dunia,” jelasnya.
Kembali Ke Seni Bela Diri
Diluar keraguannya, Kohei menyelami dunia olahraga tarung, dimana ia berkompetisi di dalam disiplin kickboxing, Shootboxing dan Muay Thai di bawah nama ring-nya – yang diberikan oleh pelatihnya karena kesamaannya dengan karakter legenda Jepang tersebut.
Ia menjadi seorang atlet yang populer dan sukses setelah meraih kemenangan demi kemenangan. Ia pun merebut gelar Juara NJKF Kickboxing Featherweight dan sabuk emas WBC Muay Thai Japan Featherweight, dan komitmennya pada seni bela diri yang digelutinya membuat dirinya sebagai salah satu seniman bela diri terbaik di negaranya.
“Perasaan yang saya dapatkan memenangkan laga setelah serangkaian latihan berat itu sangat luar biasa. Setelah laga, saat saya dapat merayakan dan makan-makan bersama teman-teman saya adalah yang terbaik,” katanya.
“Itu membuat saya tetap melakukan itu – saya tidak dapat menyerah. Seluruh siklus ini seperti sebuah adiksi!”
Ia tetap menang, dan ini membawanya ke sebuah kesempatan berlaga dalam Kejuaraan WBC Muay Thai International Featherweight di Korakuen Hall yang terkenal di Tokyo.
“Momotaro” mengalahkan atlet Spanyol Carlos Coello Canales melalui sebuah KO pada ronde kedua untuk merebut sabuk tersebut, dan ia mengatakan bahwa ini adalah pencapaian terbesar dalam karirnya sejauh ini.
“Laga perebutan gelar itu adalah yang tersulit bagi saya. Begitu banyak waktu dan usaha yang tercurah untuk itu. Mereka yang berada di sekitar saya membantu saya berlatih dan merawat saya, dan banyak tekanan pada saat itu,” jelasnya.
“Sebelum laga, saya sempat berpikir bagaimana jika saya kalah setelah semua orang berusaha keras. Saya sangat lega untuk meraih kemenangan itu tanpa cedera, dan menyandang sabuk di pinggang saya.”
Menggapai Bintang
“Momotaro” telah meraih sebuah kemenangan bersama “The Home Of Martial Arts” – sebuah kemenangan mutlak yang impresif saat melawan Kenny “The Pitbull” Tse – tetapi ia kini ingin membawa karirnya ke tingkatan berikutnya.
Walau atlet berusia 29 tahun ini telah meraih beberapa pencapaian luar biasa, seni bela diri selalu menjadi ambisi keduanya, dimana saat ini hal itu telah berubah.
Ia memastikan bahwa ia tidak teralih dengan apapun saat bersiap menghadapi pria yang beberapa kali menjadi Juara Dunia Muay Thai, Singtongnoi, dan melejit ke posisi puncak.
“Pada bulan Mei tahun ini, saya berhenti dari pekerjaan saya untuk terfokus pada kemenangan di dalam ONE, dan sekarang saya berlatih penuh waktu dua kali sehari,” katanya.
“Divisi flyweight ini sarat dengan bakat luar biasa, dan tujuan saya adalah untuk menyematkan sabuk tersebut di pinggang saya.”
Selagi ia berjuang menuju puncak, pria asal Tokyo ini juga ingin mengambil keuntungan dari panggung barunya dan menguji dirinya sendiri melawan para kompetitor terbaik dari seluruh dunia.
Ia memiliki pengalaman cukup untuk menyulitkan tiap lawannya, serta badan yang kuat, teknik luar biasa dan kemampuan atletis yang dapat menyajikan kontes yang lebih menarik lagi.
“Saya ingin berlaga dengan Joseph Lasiri, yang mengalahkan Hiroki Akimoto. Saya sangat terkejut saat ia memberikan [Hiroki] Akimoto kekalahan pertamanya, jadi saya ingin menguji diri saya melawannya,” tambahnya.
“Juga, Jonathan Haggerty atau petarung Eropa lainnya, mereka dapat menjadi lawan yang hebat bagi saya secara statistik.”