Shinya Aoki Tentang Askren, Ini ‘Laga Paling Intens Yang Akan Terjadi Dalam 10 Tahun Terakhir’
November is going to be ONE incredible month.
Posted by ONE Championship on Friday, September 22, 2017
Mantan Juara Dunia ONE Lightweight Shinya “Tobikan Judan” Aoki (39-7, 1 NC) ingin mencetak sejarah.
Hari Jumat, 24 November, pria berusia 34 tahun asal Tokyo, Jepang ini memiliki kesempatan untuk menjadi pria pertama yang mengalahkan Juara Dunia ONE Welterweight Ben “Funky” Askren, merusak rekor sempurna atlet Amerika Serikat itu dalam laga terakhirnya jelang masa pensiun, serta merebut posisi juara dunia dua divisi yang sangat langka terjadi.
Kedua ikon seni bela diri dunia ini dijadwalkan untuk berlaga demi sabuk Askren yang prestisius dalam laga pendukung utama ONE: IMMORTAL PURSUIT, langsung dari Singapore Indoor Stadium.
Saat hal ini diumumkan beberapa minggu yang lalu, kabar itu diterima dengan baik karena tingkatan elit dari kedua petarung berprestasi ini. Namun, laga itu jelas tak diduga.
Lagipula, Aoki akan kembali naik ke divisi welterweight untuk menghadapi pegulat Olimpiade AS berusia 33 tahun itu, dan keduanya adalah rekan latihan di Evolve MMA selama beberapa tahun terakhir, yang berarti mereka telah berbagi matras dalam berbagai kesempatan.
Setelah grappler Jepang ini didesak terkait hal yang terakhir itu, seperti biasanya ia mengalihkan kekhawatiran itu dengan cara yang halus. “Saya tak pernah menolak sebuah laga,” tegasnya.
Perlu diketahui bahwa anggota dari tim yang sama sangatlah jarang berhadapan di dalam arena, karena ikatan yang mereka bentuk selama sesi latihan yang melelahkan, serta seluruh isu logistik dan emosional yang dapat terimplikasi pada pihak-pihak yang terkait.
Pada akhirnya, baik Aoki dan Askren kembali ke negara mereka masing-masing di sela-sela kamp pelatihan, maka mungkin itulah cara mereka memisahkan diri dari segala keterikatan.
Saat ditanya apakah Askren adalah temannya, Aoki dengan cepat menjawab: “Ia adalah rekan satu tim.” Inilah dimana mantan pemegang gelar divisi lightweight itu menarik garis.
“Banyak seniman bela diri tak suka berkompetisi melawan teman-teman mereka,” katanya. “Namun, menurut saya seorang seniman bela diri, saat anda memiliki lawan, di luar anak atau ayah anda, anda harus berkompetisi.”
“Itulah yang saya yakini tentang pekerjaan ini. Saya tidak memiliki keraguan untuk berlaga melawan seseorang di tim saya.”
Bagi “Tobikan Judan,” itu semua tentang bisnis. Sebagai master submission yang ditakuti, lengkap dengan sabuk hitam judo dan Brazilian jiu-jitsu, banyak lawan yang telah mengalami kemampuan penyelesaian luar biasa miliknya. Dari ke-39 kemenangannya, 25 di antaranya diraih melalui tap-out.
Salah satu aspek paling menarik dari laga ini adalah bahwa keduanya sangat mengenal satu sama lain, mengerti kekuatan dan kelemahan masing-masing, serta telah mengasah itu semua saat mereka berlatih bersama di Evolve MMA, Singapura.
Selain itu, gaya mereka juga menjadi refleksi keduanya. Askren mengincar takedown dan secara efektif bekerja dari posisi atas, sementara Aoki memiliki salah satu permainan guard yang paling efektif dalam dunia bela diri.
Yang sangat jelas adalah bahwa pria Jepang ini sangat menghormati kemampuan dari rekan satu tim yang kini menjadi lawannya itu. Setelah meraih rekor tak terkalahkan dalam 18 laga, Juara Dunia ONE Welterweight ini layak mendapatkan penghormatan tersebut.
“Saya kira ia adalah seniman bela diri yang spektakuler, dan ia menginspirasi saya,” kata Aoki. “Saya juga diajarnya, walau ia lebih muda dari saya, dan ia adalah atlet yang sangat saya hormati.”
Namun, hal itu tidak sama dengan rasa hormat yang lengkap dari sang penantang gelar. Aoki memastikan bahwa tak akan ada salam atau pelukan saat mereka berhadapan di dalam arena.
Terlepas dari ikatan mereka sebelumnya, laga ini memiliki pertaruhan yang sangat besar, dimana seorang atlet welterweight terbaik dunia menjajal kemampuan mantan Juara Dunia ONE Lightweight dan pria yang dianggap sebagai yang terbaik dalam dunia bela diri Asia.
Keduanya adalah pemimpin dalam bidang mereka tersendiri, namun pada kenyataannya, tekanan yang lebih besar ada dalam diri atlet Amerika itu, yang akan ingin mengakhiri karier dengan kemenangan di laga terakhirnya itu. Terlebih lagi, Aoki juga memiliki determinasi tinggi untuk kembali menyandang sabuk emas ONE di pinggangnya sekali lagi.
Kurangnya ikatan emosional Aoki terhadap Askren hanya berarti bahwa ia tak memiliki keraguan untuk mematahkan keinginan lawannya. Ia tak berada di sana untuk menjadi hiburan terakhir bagi seorang atlet hebat. Dengan pengalamannya, ia juga tak akan gentar menghadapi tugas beratnya itu.
Satu yang dapat ia janjikan adalah bahwa ini akan menjadi salah satu laga terbesar dalam sejarah bela diri.
“Ini adalah laga paling intens yang akan terjadi dalam 10 tahun terakhir,” kata Aoki. “Saya kira banyak orang mengerti. Ini akan menjadi laga bersejarah. Anda akan kehilangan jika melewatkannya.”