Stefer Rahardian Berbagi Tentang Panggilan ‘Captain Indonesia’ Yang Diberikan Rekannya
Stefer “The Lion” Rahardian tidak hanya dikenal sebagai seorang pejuang Indonesia yang tak kenal menyerah, namun pria asal Jakarta ini bahkan mampu menjadi inspirasi dan acuan bagi rekan-rekan senegaranya.
Nampaknya, sebuah kalimat yang berbunyi, ‘Surround yourself with people who have dreams, desire and ambition, and they’ll help you push for, and realize your own’, telah menjadi sebuah kenyataan bagi Stefer, dimana ia berkumpul bersama orang-orang hebat yang memiliki tujuan sama sehingga dirinya mampu meraih mimpi yang dicita-citakannya.
Beberapa atlet dari berbagai belahan dunia, termasuk “The Lion,” berkumpul dan berlatih dibawah naungan sasana Bali MMA yang berlokasi di Canggu, Bali. Bahkan, kita dapat melihat beberapa atlet luar biasa seperti Gianni dan Keanu Subba, Andrew Leone, Elipitua “The Magician” Siregar, dan tentunya Stefer, yang memiliki dedikasi untuk menimba ilmu dan mempertajam kemampuan di sana.
Hal ini tentunya menjadi magnet bagi para atlet Indonesia lainnya, untuk berlatih di sasana yang digawangi oleh Andrew dan Anthony Leone serta Don Carlo-Clauss ini. Salah satu contoh adalah Fajar “Macho,” atlet asal Banten yang menjadikan Bali MMA sebagai kamp pelatihannya saat menghadapi Egi Rozten di ajang ONE: WARRIOR’S CODE Februari silam.
Sebelumnya, Fajar mengatakan bahwa Stefer adalah sosok panutan bagi para atlet Indonesia yang berlatih di Bali MMA, dimana sang spesialis submission ini akhirnya mendapatkan julukan “Captain Indonesia” di sana.
Tentunya, hal ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi atlet yang sangat rendah hati ini.
“Saya sangat bersyukur mendengar hal itu, bahwa mereka terinspirasi dari saya. Saya merasa kerja keras berupa darah dan keringat saya ada hasilnya, membuat orang menjadi terinspirasi,” kata Stefer saat diwawancarai di sela-sela latihan rutinnya.
“Tetapi sebagai pribadi, saya tidak mematok bahwa saya harus menjadi inspirasi bagi mereka. Saya [hanya] senang dengan hasil kerja keras dan dengan apa yang telah saya lakukan.”
Tak hanya Fajar, atlet Bali MMA lainnya pun mengatakan hal yang serupa, dimana Stefer menanggapi bahwa hal tersebut disebabkan oleh dirinya yang selalu mendorong semua rekan satu tim dan satu negara itu untuk tetap terfokus meraih tujuan mereka, terlepas dari beratnya rintangan yang menghadang.
“The Lion” pun berbagi kenyataan bahwa dirinya sudah cukup lama berlatih dalam sasana ini – dimana ia telah melewati berbagai permasalahan yang kini dihadapi oleh para juniornya.
Kenyataan ini pun membuatnya mampu menawarkan saran dan masukan pada para atlet muda ini.
“Kalau saya berbincang dan bercerita, masalah yang mereka hadapi hampir sama dengan yang saya alami dulu. Jadi, dulu saya juga sempat mengalami hal itu, seperti contohnya saat saya di sini [Bali MMA] di sini tidak ada orang Indonesia, [dimana] saya mengalami kendala bahasa dan latihan yang keras,” jelas pemegang sabuk coklat Brazilian Jiu-Jitsu ini.
“Jika ditanya mengenai hal itu, saya menitik beratkan bahwa mereka harus berkorban, karena untuk berada di posisi seperti saya sekarang ini tidaklah mudah. [Karena] yang namanya atlet pasti mengalami masalah dan perjuangan [tersendiri].”
Dua hal yang sering ditekankan oleh Stefer kepada para juniornya adalah untuk selalu mengikuti anjuran pelatih, serta selalu belajar dari setiap orang – baik atlet pemula hingga atlet senior.
“Menurut saya pribadi, banyak atlet Indonesia – termasuk diri saya sendiri – sering membantah anjuran pelatih. Karena pelatih dari luar itu biasanya memiliki ekspektasi tinggi, mereka biasanya lebih disiplin dan sangat keras,” sebut atlet berusia 32 tahun silam ini. “Jadi yang saya lakukan ialah tidak membantah ketika memang hal itu memang untuk kebaikan kita dalam berlatih.”
“Menurut saya, jika pelatih yang menyuruh, hal itu masih wajar. Maka, lakukan saja. Tetap rendah hati dan anda juga harus [selalu] belajar dari orang-orang sekitar, contohnya dengan rekan satu tim, baik yang secara tingkatan di bawah anda atau di atas anda.”
“[Bagaimanapun], anda tetap harus dengar masukan mereka.”