Stefer Rahardian Bertekad Untuk Mengejar Kesempatan
Stefer Rahardian teguh dalam mengincar sukses di dunia seni bela diri campuran.
Pemenang Turnamen ONE Flyweight Indonesia ini akan berjuang untuk mempertahankan rekornya saat melawan Jerome S. Paye di ajang ONE: QUEST FOR POWER, yang akan ditayangkan live di Jakarta Convention Center di Indonesia Sabtu, 14 Januari.
“Saya harus fokus untuk memenangkan pertandingan ini,” kata sang atlet berumur 30 tahun ini, berfokus ke pertandingan di depan mata.
“Karena ini adalah segalanya untuk saya.”
Untuk melakukan itu, sang pemegang sabuk coklat Brazilian Jiu-Jitsu aliran Carlson Gracie ini merantau dari Jakarta ke Bali, dan menghabiskan waktunya untuk mempersiapkan diri di Bali MMA dengan tim kelas dunia gym itu.
Beberapa atlet yang termasuk dalam tim itu adalah penantang ONE Flyweight Andrew Leone, Juara GLORY Women’s Super-Bantamweight Tiffany Van Soest, serta dua atlet berbakat ONE Gianni dan Keanu Subba, dan masih banyak lagi.
Di sasana tersebut, sang juara turnamen berharap untuk terus mendorong kemampuannya dan menjadi unggul.
Perjalanan Stefer dalam mendalami ilmu bela diri dimulai tahun 2008 ketika seorang teman membawanya ke kelas Brazilian Jiu-Jitsu. Setelah sesi itu, dia tertarik dan berkata “saya tidak bisa lepas dari waktu itu.”
Pria asli Jakarta ini mendedikasikan diri ke “seni bertarung halus” ini dan bertanding dalam sebuah turnamen pada tahun 2009, dimana dia mendapatkan peringkat kedua di Kejuaraan Submission Indonesia.
Dia terus bersaing, dan dengan seni bela diri campuran yang mulai tumbuh di dalam negara ini, ia bertanding di beberapa pertarungan amatir sebelum berpindah ke olahraga tersebut.
Walaupun orangtuanya tidak begitu nyaman dengan anaknya bertanding dalam ring, mereka tetap mendukungnya.
“Ibu saya sering khawatir dengan saya, melihat saya bertarung dan melihat prospek kedepan karir saya yang terbatas,” Stefer mengaku.
“Tapi ketika ia melihat kemajuan saya dalam karir, ia lebih berani mendukung saya.”
Namun pada tahun 2013, rencananya tertunda. Saat berlatih untuk penampilan perdananya di ONE Championship, dia terkena musibah.
“Penampilan perdana saya di 2013 harus ditunda karena saya cidera waktu saya berlatih dan memerluka operasi lutut. Itu membutuhkan waktu yang lama untuk pulih,” katanya.
“Itu adalah masa yang sulit untuk saya.”
Masa pemulihan ini memaksanya tidak bertanding selama dua tahun. Tidak hanya untuk memulihkan kondisi lututnya, tetapi ia juga harus melewati rintangan mental akibat cideranya.
Keadaan membaik bagi Stefer di awal tahun 2015. Dia kembali ke akar BJJ-nya, dan setahun kemudian dia memenangkan Kejuaraan Submission Indonesia dalam divisi 65kg. Ditambah lagi, dia meraih posisi kedua di SEA Grappling Challenge dan juara tiga di Kejuaraan Asian Jiu-Jitsu IBJJF divisi sabuk ungu.
Dengan penampilannya yang memukau dan hasil latihannya, ia pun mendapatkan promosi ke sabuk coklat BJJ.
Stefer juga akhirnya tampil perdana di olah raga bela diri campuran tahun itu. Sejak saat itu dia telah memenangkan empat pertandingannya, termasuk diantaranya di ONE: TITLES AND TITANS Agustus lalu sebelum meraih kemenangan di ONE Flyweight Indonesian Tournament.
Semua kemenangan ini menjadi bukti dari kerja keras dan kemauan sang atlet asal Jakarta ini untuk meraih kesuksesan.
“Saya harus berjuang dengan keras untuk memulihkan kondisi fisik dan mental saya, setelah itu dapat diatasi dan dengan kerja keras, saya mendapatkan empat kemenangan berturut-turut,” katanya.
“Saya berterima kasih karena ONE memberi saya kesempatan kedua untuk kembali bergabung ke dalam arena ONE, saat mereka menawarkan saya untuk mengikuti Turnamen Indonesia, dan saya masih punya banyak hal yang dapat ditunjukkan.”
Ia memiliki kesempatan untuk unjuk gigi pada hari Sabtu malam, 14 Januari, saat dia melawan Jerome S. Paye pada aja ONE: QUEST FOR POWER.
Jerome adalah penduduk Jakarta asal Liberia, dia memegang sabuk hitam dan tiga di taekwondo yang memegang rekor 2-2. Dia dikenal sebagai petarung yang agresif, dan dijuluki “Rapid Strike The Predator,” atau “RSTP.”
Walaupun Jeroma adalah lawan yang tangguh, Stefer percaya dengan kemampuannya dan ia menata hidupnya sedemikian rupa supaya dapat berlatih dengan giat. Selain bekerja paruh waktu sebagai kurir untuk membayar biaya hidup, dia adalah seorang instruktur di Jakarta Muay Thai & MMA, dan berlatih juga dengan Leons di Balo.
Meski bekerja dan berlatih sangat melelahkan, Stefer tetap tabah karena dia fokus dengan tugas yang ada di depannya dan tujuan akhirnya.
“Saya harus belajar mementingkan suatu tujuan. Tujuan paling utama saya adalah karir saya di bela diri campuran, jadi saya memilih pekerjaan yang dapat masuk dalam waktu berlatih saya,” jelasnya.
“Pada tahun 2017, saya ingin menjadi orang yang lebih baik dan memperbaiki kemampuan saya di bela diri campuran dan BJJ, supaya saya bisa tetap bertarung, bertanding, dan meraih kemenangan.”