Sunoto Jadikan Team Lakay Sebagai Inspirasi Bagi Terminator Top Team
Sebagai salah satu sasana legendaris dari Filipina, Team Lakay merupakan salah satu sumber inspirasi “The Terminator” Sunoto dalam mencari seniman bela diri potensial dari Blora.
Keputusan Sunoto bukan tanpa alasan, nama Team Lakay sudah tersohor hingga ke seantero Asia. Bermula sebagai tempat mengasah seni bela diri wushu, Team Lakay kian berkembang sebagai pusat pelatihan seni bela diri campuran dan telah mencetak banyak atlet berbakat.
Dimotori oleh Mark “The Machine” Sangiao, Team Lakay telah mencetak sejumlah nama besar seperti Juara Dunia ONE Strawweight Joshua “The Passion” Pacio, mantan Juara Dunia ONE Featherweight Honorio “The Rock” Banario dan mantan Juara Dunia ONE Lightweight Eduard “Landslide” Folayang.
Capaian luar biasa Team Lakay itulah yang juga menginspirasi Sunoto. Mimpi terbesarnya saat mendirikan Terminator Top Team sejak pertengahan tahun 2020 silam adalah agar bisa menyamai atau bahkan melebihi sasana asal Baguio City tersebut.
“Memang targetnya seperti itu, semoga. Makanya saya selalu membagikan [hasil latihan] di media sosial. Semoga bisa lebih baik. Kalau bisa menjadi Team lakay dari Indonesia,” ujar sang Juara WKF Indonesia.
Terlepas dari prestasi Team Lakay dalam mengembangkan bela diri di Filipina, Putra daerah Blora tersebut mengaku terinspirasi oleh etos kerja fenomenal serta rasa kekeluargaan yang melekat dari para atlet yang bernaung di bawahnya.
“Nomor satu disiplin, kerja keras, terus kesolidan yang membuat saya senang sama mereka. Respek, benar-benar pekerja keras,” urai Sunoto.
“Solid banget timnya, dan benar-benar saling membantu. Satu mau main, satu bantu. Satu habis main, yang lain tetap bantu nganter yang main. Solid banget.”
- Pelajaran Penting Dari Kebudayaan Muay Thai Bagi Adrian Mattheis
- Rudy Agustian Dan Kereta Angin Yang Menemani Waktu Senggangnya
- Sunoto Memeluk Erat Mimpi Dari Blora
Menurut Sunoto, sosok pelatih Team Lakay Mark Sangiao berperan sangat penting dalam membentuk atlet dari nol. Team Lakay yang ada sekarang, menurut Sunoto, tak akan tercipta tanpa pengorbanan sang pelatih yang menanamkan tonggak disiplin.
“Mark Sangiao itu benar-benar pengorbananya luar biasa. Dia berkorban pensiun dini sebagai atlet, mengembangkan wushu MMA di sana dan akhirnya mengembangkan itu,” urai Sunoto.
“Tahu sendiri dari daerah Baguio itu selain di pegunungan juga kurang. Semangatnya anak-anak sana memang luar biasa, ditambah sudah ada senior-seniornya yang sudah lebih dulu berhasil.”
Sunoto menilai ada sejumlah kesamaan antara tim binaan Mark Sangiao dengan sasana Terminator Top Team yang tengah dibangunnya. Mulai dari lokasi yang sama-sama berjarak dari kota besar, hingga semangat anak-anak mudanya.
Sunoto bercerita, pada kunjungan terdahulu ke Manila, Filipina, ia juga pernah bicara dengan pelatih Team Lakay Mark Sangiao yang berbuah ajakan latihan ke Baguio City.
“Bahkan saya mengobrol sama coach Mark juga gitu. Saya mau dong latihan ke situ. Mereka menyambut, silahkan saja datang ke sana langsung. Mereka terbuka sekali, mereka menyambut sekali. Senang mereka,” ujar sang atlet kelahiran Blora itu.
“Cuma kendalanya itu posisi kita jauh dari Filipina. Dan dari Manila ke Baguio sekitar 6 jam. Kendalanya belum ada pesawat, katanya sudah mau dibangun tapi belum jadi.”
Saat ini, Sunoto tengah membangun mimpinya tersebut di tanah kelahirannya, Desa Jepangrejo. Berawal dari mimpi, sasana Terminator Top Team mulai menjadi rumah bagi para bibit-bibit muda Blora.
Baca juga: Kisah Inspiratif Team Lakay Di Mata Para Atlet Indonesia