Tanah Kelahiran Saygid Guseyn Arslanaliev Bentuk Semangat Juangnya
Saygid Guseyn Arslanaliev adalah salah satu seniman bela diri campuran terkuat, paling berdeterminasi dan pekerja paling keras dalam permainan ini, dimana ia memberi penghormatan bagi caranya dibesarkan di Dagestan.
“Dagi” – yang akan kembali beraksi melawan Ev “E.T.” Ting di ONE: CALL TO GREATNESS pada 22 Februari nanti – mengambil julukan yang mewakili tanah kelahirannya itu.
Republik yang terletak di kawasan pegunungan Kaukasus Utara, Rusia, dikenal atas semangat juang masyarakatnya yang berakar dari sejarah dan gen yang dimiliki penduduknya.
Sejarah dari kawasan Kaukasus Utara dipenuhi oleh ketegangan rasial dan agama, yang menjadikan area tersebut menjadi pusat konflik bersenjata di masa lalu. Selama berabad-abad, Kaukasus didiami oleh berbagai suku yang berebut mendapatkan kawasan dan sumber daya alam.
Berbagai turbulensi dalam sejarah itu mengawali lahirnya “Identitas Dagestan” – yang menjadikan para penduduk daerah ini sangat kuat dan selalu siap membela kehormatan mereka.
“Saya bangga disebut sebagai ‘Dagi’,” kata Arslanaliev.
“Dagestan adalah rumah saya, pondasi saya, akar saya – dimana diri saya itu tiba dari semangat tanah kelahiran saya ini. Kami terlahir untuk menjadi kuat, mengapa bertarung itu ada dalam darah kami.”
Pejuang berusia 24 tahun ini telah membuktikan hal itu melalui karier bela diri campuran yang luar biasa. Ia memiliki catatan rekor 6-1, dengan lima kemenangan bersama ONE Championship, dan seluruhnya melalui penyelesaian.
Pada September lalu, ia mencetak kemenangan terbesar sampai saat ini setelah mencetak TKO atas seorang pencetak KO asal Siberia, Timofey Nastyukhin.
Namun, kesuksesan Arslanaliev di dalam arena tak hanya menjadi salah satu produk dari kemampuan genetiknya.
Etos kerja itu telah tertanam sejak usia muda, yang memberinya kemampuan untuk melejit dengan cepat saat ia mulai tampil di “The Home Of Martial Arts.”
Itu juga menjadi sifat yang dimiliki oleh masyarakat Dagestan. Generasi pendahulu mereka telah memberi contoh untuk diikuti oleh para penerusnya, dan cara tradisional ini terus memberi hasil yang luar biasa.
“Kesuksesan yang saya nikmati saat ini tak terjadi melalui keajaiban, saya harus bekerja keras untuk itu. Menjadi pekerja keras adalah bagian dari cara berpikir Dagestan,” tegasnya.
“Lihatlah wajah dari seorang pria tua asal Dagestan, dan anda akan berkata bahwa ia telah bekerja keras sepanjang hidupnya. Inilah bagaimana anda dapat meraih penghormatan di keluarga dan komunitas anda.”
“Respek bagi para tetua dan kerja keras adalah sebuah tradisi, dan tak seperti negara-negara lainnya, kami hidup sesuai dengan tradisi kuno kami. Saya tak mengatakan itu lebih baik atau lebih buruk, saya tak mengatakan bahwa Dagestan itu lebih baik dari tempat-tempat lainnya juga. Namun saya dapat yakin bahwa saya mencintai Dagestan.”
Keunggulan “Dagi” juga dapat dikatakan berawal dari bagian khusus dari kawasan asalnya itu – kota kelahirannya yang bernama Buynaksk.
Walau itu adalah kota kecil dan hanya memiliki 40.000 penduduk, tempat ini selalu dikenal dengan sekolah gulat dan tinjunya.
“Di Rusia, Buynaksk itu masih menjadi sinonim dari olahraga,” tegas Arslanaliev.
“Semua orang mengetahui bahwa kami itu lebih dari sekadar ‘atlet Dagestan keras’ – kami memiliki kemampuan karena para pelatih kami ada di antara para spesialis terbaik di Rusia.”
Olahraga menempati posisi spesial dalam tatanan budaya Dagestan, dan seluruh atletnya menjadi anggota masyarakat yang paling dihormati.
Hadiah bagi kesuksesan mereka dapat pula menjadi sangat hebat. Selain memenangkan medali dan sabuk kejuaraan, pemerintah terkadang menawarkan mobil dan apartemen bagi para penampil terbaik untuk mengakui kemampuan mereka, dan sebagai rasa terima kasih telah membawa kejayaan bagi kawasan ini.
Hal itu berarti, selama berbagai dekade – terutama sebelum hadiah uang itu bertambah – seni bela diri dapat memberi jalur untuk mendapatkan penghidupan layak di Dagestan.
“Banyak orang di sini sangatlah kuat, dan seringkali kehidupan di sini juga sangat keras – anda harus siap untuk berusaha demi meraih keunggulan. Menjadi atlet adalah salah satu cara melakukan itu,” kata “Dagi.”
“Di Dagestan, orang-orang menghormati anda jika anda kuat. Saya masuk ke olahraga karena saya ingin menjadi lebih kuat dan mampu membela diri saya sendiri.”
“Itu membawa saya memasuki seni bela diri, dan kini saya dapat melakukan apa yang saya sukai dan mendapatkan penghasilan – itu sempurna.”
“Pekerjaan sebagai petarung benar-benar sesuai bagi saya, karena saya adalah atlet Dagestan tulen – menjadi kuat, agresif dan tak punya kompromi benar-benar berguna di dalam arena.”
“Pada akhirnya, banyak orang yang datang untuk melihat aksi yang bagus, dan saya dapat memberi mereka ketegangan besar.”
Para penggemar jelas akan dapat melihat itu saat Arslanaliev menghadapi Ting pada tanggal 22 September dalam babak perempat final ONE Lightweight World Grand Prix.
Sebuah kemenangan di Singapore Indoor Stadium akan membawa “Dagi” menuju sebuah laga dengan pemenang dari pertandingan lain dalam turnamen itu – antara Amir Khan atau Ariel Sexton – dan sebuah kesempatan lain untuk membanggakan negaranya di atas panggung bela diri dunia.