Temui Wei Rui: Superstar Kickboxing Yang Siap Buktikan Kekuatan Striking Tiongkok Di ONE Championship
ONE Fight Night 22: Sundell vs. Diachkova akan menjadi saksi bagi salah satu kickboxer pound-for-pound terbaik di muka bumi yang mencetak debutnya bersama ONE Championship.
Pada 3 Mei di jam tayang utama A.S., superstar Tiongkok “Demon Blade” Wei Rui akan mempertaruhkan 20 kemenangan beruntunnya saat ia melawan mantan Juara Dunia ONE Bantamweight Kickboxing Hiroki Akimoto di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand.
Sementara banyak penggemar mungkin sudah mengetahui prestasi luar biasa Wei dan gaya striking yang sangat menegangkan itu, banyak yang masih belum mengenal siapa pendatang baru ONE ini..
Sebelum pencetak KO berusia 32 tahun ini beradu dengan Akimoto, mari kita lihat lebih dekat lagi perjalanannya menuju organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini.
Berkelahi Di Sekolah
Wei terlahir dan dibesarkan di provinsi Henan – tempat kelahiran dari peradaban Tiongkok.
Saat bertumbuh dewasa, keluarganya berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, terkadang tidak menikmati kenyamanan modern yang dianggap remeh oleh banyak orang.
Namun, walau ia seringkali menemukan dirinya berada di tengah perkelahian di sekolah, Wei muda adalah anak yang baik di rumah.
Pada akhirnya, kegemarannya untuk berkelahi ini membawanya ke kehidupan olahraga tarung dalam kesehariannya:
“Ya, saya terlibat dalam perkelahian di sekolah, tetapi orang tua saya tidak mengetahui itu karena saya adalah anak baik di rumah. Karena perkelahian di sekolah dan prestasi belajar yang buruk, saya disarankan untuk pindah ke sekolah seni bela diri.”
Dengan hanya sedikit latihan formal di bawah sabuknya, Wei menunjukkan hal yang menjanjikan dalam disiplin tradisional Tiongkok, sanda, yang dikenal atas perpaduan tinju, kickboxing, aksi clinch dan tendangan eksplosif.
Sejak usia muda, ia selalu sepenuhnya menekuni seni bela diri. Ayah dan ibunya, menurut ingatannya, tak pernah meragukan jalur yang dipilihnya ini:
“Kedua orang tua saya selalu menghormati keputusan saya. Jika saya memutuskan apa yang ingin saya lakukan, mereka akan mendukung saya. Mereka memberi saya hak untuk mengambil keputusan sendiri. Satu-satunya syarat dari ibu saya adalah untuk menjadi orang yang baik.”
Peralihan Besar Ke Kickboxing
Dengan bakat atletis yang luar biasa ini, Wei segera muncul sebagai salah satu praktisi terbaik sanda di Tiongkok.
Tetapi, kesuksesan itu tidak sebanding dengan keamanan finansial yang diinginkannya dan keluarga, maka ia beralih dari sanda ke kickboxing:
“Saya tak punya pilihan selain mengambil keputusan untuk bertransisi. Saat saya masih di tim sanda, saya tidak memiliki sumber pendapatan kecuali saat saya meraih hasil luar biasa dalam laga. Maka, saya merasa bahwa tak ada masa depan untuk saya.”
Bintang yang sedang bersinar itu menyadari bahwa popularitas kickboxing yang bertumbuh pesat dapat saja berarti bayaran yang semakin besar, dimana hal ini dapat memampukannya untuk mendukung keluarga itu.
Pada akhirnya, itulah motivasi utama Wei untuk terjun ke dalam disiplin yang baru ini:
“Di saat itu, kickboxing memiliki pasar tertentu di sisi komersil. Banyak orang yang dapat bertarung di dalam berbagai ajang itu bisa mendapatkan uang yang bagus. Untuk mengurangi tekanan finansial dari keluarga saya, saya memutuskan untuk bertransisi ke dalam kickboxing.”
‘Tonggak Pencapaian’ Bagi Striking Di Tiongkok
Peralihan ke kickboxing terbukti sangat bijak, karena Wei menghabiskan satu dekade terakhir untuk mengumpulkan rekor profesional impresif 69-3 demi memastikan dirinya sebagai salah satu petarung terbaik di dunia.
Pada 2017 lalu, “Demon Blade” memenangi turnamen K-1 Lightweight World Grand Prix yang cukup berat untuk menjadi Juara Dunia K-1 pertama dari Tiongkok – pencapaian terbaik bagi kariernya saat itu.
Prestasi tersebut memastikan statusnya di antara para striker jajaran teratas, tetapi Wei berkata itu juga membuktikan kekuatan dari negaranya dalam disiplin ini:
“Saya kira ini adalah tonggak pencapaian yang tak hanya untuk saya, tetapi juga bagi kickboxing di Tiongkok – bagi dunia untuk mengakui saya dan kickboxing Tiongkok.”
Ia kemudian menemukan berbagai kesuksesan dalam organisasi lain di tingkatan dunia, meraih berbagai KO tak terlupakan dan membangun rangkaian kemenangannya yang diawali pada 2018.
Tentu saja, karier Wei juga tak lepas dari kesulitan. Seperti petarung profesional lainnya, ia mengatasi berbagai cedera, tetapi kegigihan dan determinasi tanpa henti selalu membawanya melewati itu semua.
Ia menegaskan:
“Saya kira sebagai atlet profesional, halangan terbesar adalah cedera dan kegagalan. Saya beberapa kali terkena cedera sebelum ini. Terkadang, saya khawatir apakah saya dapat pulih dengan sempurna.”
“Terkait kegagalan, saya tahu beberapa atlet tak bisa bangkit kembali bahkan saat mereka baru sekali gagal. Tapi saya tahu bagaimana cara memulai kembali.”
Tiba Di ONE Championship
Selama enam tahun terakhir, “Demon Blade” membangun timnya, Da Dong Xiang Fight Club, untuk menjadi pemusatan latihan striking terbaik di Tiongkok.
Ia kini berharap bahwa dengan berkompetisi di platform global ONE yang sangat masif melawan para petarung paling berbahaya akan membawa lebih banyak ketenaran dan pengakuan lainnya:
“Pertama, saya ingin bertarung bagi tim saya, dan saya harap saya dapat membawa lebih banyak kehormatan lain bagi tim saya.”
Di luar misinya melejitkan tim itu, Wei berkata bahwa berkompetisi di ONE hanya berarti bahwa ia tak dapat disangkal sebagai salah satu petarung yang ada di puncak rantai makanan itu – bertarung bersama para atlet terbaik di antara yang terbaik.
Dan saat ia beradu dengan Hiroki Akimoto di ONE Fight Night 22 bulan depan, ia akan menikmati kesempatan terbesar ini untuk menunjukkan seberapa besarnya kickboxing Tiongkok itu:
“Saya kira ONE Championship adalah organisasi olahraga paling berpengaruh dan bernilai dalam ranah striking di seluruh dunia. Saya harap saya dapat membuktikan diri saya dalam gelaran internasional ini dan menunjukkan pada dunia tentang kekuatan Tiongkok.”