Transformasi Agilan Thani, Dari Remaja Yang Dirundung Menjadi Pahlawan Malaysia

Agilan Thani at ONE CENTURY

Atlet Malaysia Agilan “The Alligator” Thani harus melewati masa kecil yang traumatis, namun itu memberinya motivasi untuk mengubah kehidupannya dan menjadi seorang pahlawan nasional.

Pria berusia 24 tahun ini ditelantarkan ibunya, lalu menderita obesitas dan mengalami perundungan di masa mudanya, tetapi saat dirinya menemukan seni bela diri, ia memulai perjalanan yang akan menjadikannya salah satu pionir dari negaranya bersama ONE Championship.

Saat ia bersiap kembali ke dalam Circle untuk penampilan besarnya nanti, warga Kuala Lumpur ini mengungkapkan bagaimana ia dapat menjadi inspirasi bagi para kompatriotnya.

Perjalanan Keras Di Sentul

Ibunda Thani menelantarkan keluarganya saat ia masih kecil, dan ia pun dibesarkan sendirian oleh ayahnya, yang mencari nafkah bagi anaknya sebagai seorang manajer restoran. 

“Ibu saya melarikan diri saat saya masih kecil, jadi kapanpun seseorang bertanya, saya mengatakan pada mereka bahwa ia pergi ke Olimpiade dan tidak pernah kembali,” sebutnya.

“Itu tidak mengganggu saya sama sekali, karena saya tidak pernah melihat wajah ibu saya dan tidak pernah berinteraksi dengannya.”

Saat “The Alligator” berusia 8 tahun, ia pindah ke apartemen-satu-kamar di Sentul, Kuala Lumpur, yang ia deskripsikan sebagai area yang keras dan marak dengan kriminalitas.

“Orang-orang akan melihat anda berbeda seperti anda datang dari kelas yang lebih tinggi atau rendah, jika anda seorang anak yang kaya dan miskin, jika anda berkulit gelap atau terang, dan semua itu,” katanya.

“Saya datang dari area untuk kelas rendah, maka saya seringkali dirundung. Jika anda adalah anak yang baik, anda juga akan sering dirundung, dan saya adalah anak yang baik. Saya anak yang malas di sekolah, namun saya tidak pernah mengganggu siapapun, maka mereka mulai mengganggu saya. Saya adalah anak yang baik dalam lingkungan yang keras.”

Perundungan Dan Kekerasan Fisik

Agilan Thani 13487393_1404740079542387_421662001_n.jpg

Kehidupan juga tidak bertambah mudah bagi Thani di sekolah. Ia mencapai berat 139 kilogram saat remaja, dimana teman-teman sekelasnya mulai mengganggunya karena berat badannya itu.

Ia dirundung dengan julukan seperti “anak gemuk” dan “Kung Fu Panda” saat mereka mencoba mempermalukannya dalam tiap kesempatan.

“Karena saya adalah anak yang gemuk, saya seperti memiliki dada seorang wanita,” katanya sambil tertawa.

“Saya tidak memiliki dada seorang anak lelaki, maka banyak orang gemar mengolok-olok tentang hal itu. Mereka mengatakan kamu akan mendapatkan susu stroberi dari kiri dan susu cokelat dari kanan. Hal-hal itu adalah bagian dari berbagai cara mereka merundung saya secara verbal di sekolah, dan jika saya mengatakan sesuatu, mereka mencubit dada saya dan lari.”

Walau ia saat ini tertawa, Thani mengakui bahwa perundungan konstan tersebut membuatnya tertekan.

“Jenis perundungan itu terjadi 90 persen di setiap waktu,” katanya.

“Kadangkala, saya menangis. Itu seperti, ‘Mengapa mereka mengatakan semua itu kepada saya?’ karena ini terjadi cukup lama. Banyak orang hanya selalu mengolok-olok saya.”

Pada satu saat, ia berbicara pada ayahnya dan mengharapkan saran dari dirinya, namun ia tidak menerima banyak simpati. Ia menganggap bahwa anaknya harus mempertahankan diri.

“Pertama kali saya mengeluh pada ayah saya tentang perundungan verbal itu, ayah saya berkata, ‘Lain kali kamu kembali dengan masalah ini, saya akan menampar kamu karena kamu tidak mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah kamu, tetapi saya akan menolong jika keadaan tidak dapat ditangani,’” kenang Thani.

Thani tidak membawa permasalahannya kepada ayahnya setelah itu. Tetapi, ia mendorong dirinya sendiri untuk mengurangi berat badannya.

Menemukan Keselamatan Dalam Seni Bela Diri

Agilan Thani IMG_6605.jpg

Thani menyukai film seperti yang dibintangi Donnie Yen, SPL: Sha Po Lang, maka ia terinspirasi untuk menggunakan seni bela diri untuk menjadi lebih sehat.

Namun, ia membutuhkan sedikit waktu lebih sebelum meraih kesuksesan. Ia memulai karate untuk mempelajari seni pertahanan diri, namun karena ia tidak pernah mendapatkan hasil yang diinginkannya karena jarang menghadiri kelas. Setelah itu, ia terkesima oleh Brazilian Jiu-Jitsu, tetapi ia tidak memiliki biaya untuk berlatih di sasana pertama yang ia datangi.

Untungnya, itu bukan menjadi masalah saat ia menemukan Monarchy MMA pada usia yang ke-16.

“Saya datang ke sana dan banyak hal benar-benar berubah bagi saya,” sebutnya.

“Saya datang untuk dua kelas pertama saya dan saya mempelajari berbagai hal dengan cepat, dan pada akhirnya, saya seperti memiliki semangat itu, anda tahu? Saya hanya mengikuti alurnya dan menjadi lebih baik, dan lebih baik, dan lebih baik.”

“Alligator” berhasil mengurang 6 kilogram dalam dua bulan pertama latihannya, serta mendapatkan keyakinan yang membuatnya bertahan melawan para perundung, yang memaksa mereka membiarkannya sendiri. Kemudian, ia juga mulai bekerja di dalam sasana tersebut. Sejak saat itu, ia siap berlatih bela diri campuran hampir tiap hari, dan berat badannya semakin menurun.

Saat ia berusia 18 tahun, ia siap mencoba kemampuannya dalam berbagai kompetisi amatir dan dalam satu tahun, ia memenangkan lima laga berturut-turut, termasuk empat melalui penyelesaian, untuk meraih gelar Juara MIMMA Welterweight. Itulah tiketnya untuk bergabung dengan ONE Championship.

Walau ia hanya memiliki rekor 1-0 sebagai seorang profesional saat ia menjalani debutnya dalam organisasi bela diri terbesar di dunia ini dalam ajang ONE: AGE OF CHAMPIONS pada bulan Maret 2015, ia tidak terpengaruh oleh hal tersebut.

Sebuah TKO pada ronde pertama menjadi awal dari enam kemenangan berikutnya melalui penyelesaian di atas panggung dunia, dimana hal ini membawa Thani dalam sebuah laga perebutan gelar Juara Dunia ONE Welterweight melawan superstar Amerika Serikat Ben “Funky” AskrenNamun, laga ini terlalu berat untuk “Alligator” dan ia harus mengalami kekalahan pertama dalam kariernya

“Saya berada dalam keadaan emosi yang tidak stabil,” aku atlet muda ini.

“Saat saya melihat Askren, saya terpana. Saya berlaga melawan seseorang yang menjadi salah satu atlet terbaik dunia, dan saya tidak memiliki keyakinan diri yang seharusnya saya miliki.”

Kembali Bersama Atlet Jajaran Teratas

Terlepas dari kekalahannya, Thani memberi inspirasi bagi negaranya dengan kisah hidupnya dan menjadi panutan bagi generasi muda di Malaysia.

Organisasi Malaysian Indian Congress (MIC) mengakui pencapaiannya dan menghadiahkan sebuah perjalanan ke Amerika supaya dirinya dapat berlatih bersama Team Quest dan kembali menang.

Sejak saat itu, ia telah berlanjut mengadopsi kemampuan dari kompetitor berkualitas lainnya dan menyempurnakan latihannya saat kembali ke negaranya, dimana hal ini membantunya bangkit kembali dan meraih empat kemenangan berikutnya untuk berada di jajaran teratas.

“Saya berada dalam posisi dimana saya melawan atlet-atlet besar – saya haurs melawan pria-pria kuat dalam divisi ini, maka saya harus bersiap secara mental dan fisik,” sebutnya.

Kini, kemampuan dan mentalitas Thani berada tepat pada posisi yang diinginkannya, dan ia pun berharap untuk tetap menjadi panutan bagi generasi berikutnya dari atlet-atlet Malaysia dan menunjukkan mereka bahwa segala sesuatu itu memungkinkan dengan kerja keras dan dedikasi.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan satu kesempatan lainnya untuk memenangkan gelar Juara Dunia dan mengenakan sabuk emas, namun dibalik itu semua, ia juga ingin meninggalkan warisan yang akan menginspirasi seluruh rekan senegaranya dan memberikan cara bagi mereka untuk mengikuti jejaknya.

Saya harus tetap menang supaya saya [dapat] menempatkan negara ini menjadi sorotan. Dengan itu, lebih banyak orang akan mendapatkan kesempatan di negara ini untuk mengejar apa yang saya kejar saat ini,” sebutnya.

Saya hanya ingin diingat sebagai [sosok] yang membantu seni bela diri campuran berkembang di Malaysia dan memberikan jalur bagi mereka yang akan tampil. Saya ingin masyarakat Malaysia dapat tampil dalam olahraga ini di masa depan, dan berkata, ’Ya, kita dapat melakukan ini juga.’ 

“Tujuan utamanya adalah untuk tampil sebanyak mungkin, sebagai anak kecil dari Sentul yang berlaga bersama ONE Championship, di atas panggung terbesar di dunia.”

Baca juga: 5 Momen Terbaik Agilan Thani Bersama ONE Championship

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9