Troy Worthen ‘Akan Meraih Bintang’ Dalam Laga Kontra Lineker

Troy Worthen 590A6506

Sepanjang hidupnya, Troy “Pretty Boy” Worthen telah berusaha keras untuk menjadi atlet profesional. Kini, ia bersiap untuk kesempatan terbesar dalam karier bela diri campurannya.

Kamis pagi, 22 April ini, atlet sensasional asal Amerika Serikat ini akan menghadapi penantang teratas divisi bantamweight John “Hands of Stone” Lineker dalam laga utama “ONE on TNT III.”

Jelang penampilan besarnya di jam tayang utama televisi AS itu, Worthen menjelaskan bagaimana ia keluar dari masa kecil yang sulit di sebuah kota kecil Amerika untuk meraih impiannya.

Keluarga Yang Retak

Troy Worthen ONE KING OF THE JUNGLE DA 0322.jpg

Pria berusia 27 tahun ini bertumbuh di Lakeland, Florida, dimana kesulitan seringkali datang dengan mudah pada anak-anak yang tak memiliki dukungan kuat di sekeliling mereka.

Dan sayangnya, sebuah kecelakaan mengejutkan membuat ibu Worthen tak mampu membimbingnya pada tahun-tahun awal itu.

“Ibu saya ada dalam kecelakaan mobil saat saya berusia 1 atau 2 tahun,” katanya. 

“Itu menyebabkan dirinya menderita stroke, dan ia kehilangan 35 persen, saya kira, fungsi otaknya. Ia harus kembali belajar bagaimana cara berbicara, makan, berjalan, berbicara dan banyak hal selama masa kecil saya.” 

Setelah beberapa tahun, sang ibunda pulih secara fisik, tetapi ia menjadi alkoholik dan tak menjadi wanita yang sama.

Penyakit itu berdampak besar pada seluruh keluarganya, dan tak lama kemudian, ia berpisah dari ayah “Pretty Boy,” yang mengambil hak asuh anaknya.

Ada banyak argumen dan perkelahian setiap malam, maka ayah saya berusaha mengatasi itu sebaik mungkin untuk tetap menjaga keluarga ini bagi saya,” tambah Worthen. 

“Namun saya kira, setelah beberapa lama, ia hanya tak dapat menerima itu lagi, karena ia selalu pulang dari pekerjaannya dan polisi ada di rumah saya, maka ia berpikir akan lebih baik jika mereka berdua berpisah.”

Ayah Dan Anak

Troy Worthen 590A6432.jpg

Worthen meninggalkan ibu dan saudara tirinya untuk tinggal bersama ayahnyaTetapi untuk mencukupi kebutuhan, sang kepala keluarga menghabiskan sebagian besar waktunya di industri konstruksi, yang berarti ia tak dapat berada sesering yang ia inginkan bersama anaknya.

“Ia harus menjalani jam kerja yang panjang untuk mencukupi kebutuhan saya. Ia akan bekerja 12 jam sehari dan pulang dan memasak makan malam cepat untuk saya, serta segera tidur supaya ia dapat bekerja pada hari berikutnya,” kenang Worthen.

“Pretty Boy” seringkali ditinggal dengan orang tua teman-temannya, tetapi ayahnya masih memastikan dirinya mendukung anaknya itu saat ia sangat membutuhkannya.

Itu termasuk berada di tiap ajang olahraga dan memastikan anaknya berada di jalur yang benar.

“Ayah saya selalu memimpin dengan contoh, dan ia selalu ada di sana bagi saya. Ia melakukan tugas seorang ayah dan ibu – ia ada di sana untuk segalanya,” kata atlet bantamweight ini.

“Ia tak pernah membuat saya melewatkan apa pun dan tak pernah mengabaikan saya. Dibesarkan seperti cara ayah saya itu – dan menemukan seni bela diri – menjaga saya ada di jalur yang tepat. Saat ia tak ada, saya memiliki gulat dan seni bela diri untuk menyibukkan diri.”



Menemukan Gairahnya

Worthen sempat berlatih taekwondo saat kecil, dan ia ingin bermain American football lebih dari segalanya, tetapi terlalu kecil untuk meraih kesuksesan di antara para atlet bertubuh besar.

Untungnya, saat ia dipersatukan kembali dengan kakaknya, Eric, ia diperkenalkan pada gulat di sekolah menengah atas.

Sang adik ikut ke dalam sesi latihan untuk menonton dan bahkan maju ke atas matras untuk bergulat dengan beberapa murid bertubuh kecil – terlepas usianya yang enam tahun lebih muda.

Saat Worthen cukup umur, sang pelatih tak ragu untuk merekrutnya ke dalam tim dan melatihnya untuk mendapatkan beasiswa kuliah. Namun saat “Pretty Boy” tak diterima oleh salah satu program gulat terbaik di negara tersebut, ia sangat kecewa dan hampir menggantungkan impiannya untuk selamanya.

Terlepas dari gulat, ia memilih untuk berlatih sebagai pemadam kebakaran dan masuk ke dalam bela diri campuran untuk berlaga sebagai atlet amatir. Tetapi, tak lama kemudian sebuah arah baru membawanya kembali ke matras gulat.

“Kehidupan itu memiliki cara yang lucu untuk membawa anda kembali,” kata Worthen.

“Saya mematahkan rahang saya saat berlatih untuk sebuah laga, dan saya tak dapat kembali ke sekolah kejuruan saat itu, tetapi saya dapat mulai belajar di sekolah tinggi. Maka, saya seperti, ‘Mengapa tak mengambil beberapa kelas sementara rahang saya masih patah?’

“Saya kembali ke sekolah tinggi, dan hal berikutnya, saya masuk ke sekolah tinggi untuk bergulat.”

Worthen meraih gelar Sports and Exercise Science di University of Central Florida. Sementara ia di sana, ia mengasah kemampuan grappling-nya untuk menjadi seorang Juara NCWA All-American dan Southeastern Conference.

Berikan Semua Untuk Impiannya

Troy Worthen defeats Chen Lei at ONE EDGE OF GREATNESS YKZ_0523 1.jpg

Kemampuan grappling Worthen memberinya dasar yang sempurna bagi seni bela diri campuran, namun ia berjuang demi mendapatkan kariernya di ranah ground itu karena ia mengalami kesulitan berkompetisi. Pada satu titik, ia menjalani sembilan bulan dengan 16 laga yang seluruhnya dibatalkan.

Terlepas dari kemalangannya itu, “Pretty Boy” menguatkan kemauannya dan memutuskan untuk melakukan apa pun semampunya untuk berhasil sebagai atlet profesional. 

“Saya menaruh cukup uang di bank untuk mendedikasikan satu tahun untuk berlaga penuh waktu dan menjadi sebagus mungkin,” katanya.

“Dan keberuntungan pun berpihak, dimana setelah enam bulan menjalani itu, Uji Coba Global Evolve terjadi. Itu membuat mimpi saya menjadi kenyataan.”

Pada 2018, Worthen direkrut untuk berlatih bersama beberapa seniman bela diri terbaik dunia di sasana Singapura itu, dan ia pindah ke belahan dunia yang lain untuk bergabung dengan tim itu.

Ia lalu bergabung bersama ONE Championship, mencetak debutnya pada tahun berikutnya, serta memulai laga tak terkalahkan yang sangat impresif.

Pertama, atlet AS ini mengalahkan “The Ghost” Chen Rui dengan menggunakan teknik gulat dan ground-and-pound untuk meraih kemenangan TKO ronde kedua. Ia lalu melanjutkan itu dengan mengalahkan “Rock Man” Chen Lei dengan cara serupa sebelum mendesak atlet kuat Mark “Tyson” Fairtex Abelardo selama tiga ronde penuh demi sebuah kemenangan mutlak.

Worthen menikmati waktunya di Singapura, tetapi ia akhirnya kembali pindah ke Florida pada tahun 2020 dan mulai berlatih di sasana terkenal Sanford MMA, bersama Juara Dunia ONE Light Heavyweight Aung La “The Burmese Python” N Sang dan mantan Juara Dunia dua divisi ONE Martin “The Situ-Asian” Nguyen.

Walau ia mengalami satu-satunya kekalahan tipis dalam catatan rekornya dari penantang peringkat ketiga bantamweight Yusup “Maestro” Saadulaev, Worthen dapat mengambil kembali momentumnya dan memasuki jajaran teratas dalam daftar Peringkat Atlet ONE dengan mengalahkan penantang teratas Lineker di “ONE on TNT III.”

Atlet AS ini telah mengatasi kesulitan besar seumur hidupnya, dan kini, ia memiliki kesempatan untuk menjadi nama besar di laga utama Kamis pagi ini.

“Dalam pertarungan, anda tak dapat meramalkan apa yang akan terjadi,” kata Worthen.

“Anda dapat menang atau kalah, anda dapat cedera – ada jutaan hal yang dapat terjadi. Namun saat ini, saya ingin meraih bintang-bintang.”

Baca juga: 5 Alasan Terbesar Untuk Menonton ‘ONE On TNT III’

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9