Tuesday Transformation: Gurdarshan Mangat
Tidak banyak transformasi luar biasa yang terjadi seperti yang dialami oleh seorang pejuang India, Gurdarshan “Saint Lion” Mangat.
Atlet keturunan India-Kanada ini merubah hidupnya melalui seni bela diri, dimana pada usianya yang ke-33 saat ini, ia jauh berbeda dari dirinya dahulu — baik secara fisik maupun mental.
Sejak bergabung bersama ONE Championship tahun lalu, Mangat telah menjadi salah satu kompetitor paling menarik dalam divisi flyweight dan salah satu figur teratas dalam pergerakan bela diri campuran di India.
Tetapi, hal ini sangat berbeda dari masa kecilnya. “Saint Lion” tidak memiliki keyakinan diri dan seringkali disiksa oleh teman sekelasnya.
“Dalam gambaran pertama itu — itu saat saya ada di kelas 10 atau 11 — saya tidak senang dengan diri saya sendiri. Saya memiliki keyakinan diri yang rendah,” akunya.
“Saya adalah seseorang yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Saya seorang pengikut. Saya dengan mudah melakukan apa yang disuruh. Saya tidak mempercayai diri saya sendiri dan saya hanya berusaha keras bertahan, hari demi hari.”
“Saya adalah target yang mudah bagi semua orang yang ingin merasa lebih baik, dengan merundung saya. Itu adalah definisi gambaran tersebut, saya yang bergumul dengan kegelisahan dan depresi.”
- Harapan Besar Bagi Adrian Mattheis Dari Sang Pelatih Di Tigershark
- Perjalanan Emosional Kiamrian Abbasov Menuju Gelar Juara Dunia
- 7 Tips Menjadi Pemegang Boxing Pad Yang Lebih Baik
Sebagai tambahan, Mangat bekerja di sebuah restoran cepat saji dan memakan makanan tidak sehat setiap harinya. Itu hanya membuat kondisinya lebih parah, karena kesehatan tubuhnya anjlok bersama dengan kesehatan mentalnya.
“Saya menderita asma saat itu dan tidak merawat diri sendiri,” tambahnya.
Atlet India yang berbasis di Vancouver, Kanada ini tidak mempercayai bahwa ia ditakdirkan untuk menjadi hebat, maka ia berlanjut mengacuhkan kondisi pikiran dan tubuhnya selama beberapa tahun.
Saat ia memasuki usia ke-22, sesuatu dalam dirinya berubah.
“Saint Lion” menemukan seni bela diri campuran dan menerjunkan diri untuk berlatih. Semangat Mangat terus bertumbuh, dimana ia segera menyadari bahwa ia dapat mengubah kehidupannya melalui kerja keras, pengetahuan dan keyakinan diri.
“Saya menyadari hari demi hari bahwa semangat, pikiran, tubuh dan lingkungan sekitar saya mulai berubah saat saya menyadari saya layak mendapatkan yang terbaik,” sebutnya.
“Saat saya menyadari hal itu, tubuh saya mulai berubah. Saya mengendalikan diri saya, dan apa yang saya berikan pada pikiran dan tubuh saya. Saya tahu saya dapat menjadi salah satu kaum elit.”
“Saya mulai belajar tentang nutrisi. Saya butuh mengerti makanan apa yang saya butuhkan. Makanan khas India berisi banyak garam dan karbohidrat, maka saya harus mengubah semua itu. Saya mulai memasak bagi diri saya sendiri dan mengetatkan diri untuk apa yang saya taruh di dalam tubuh saya.”
Kini, dengan lebih menyadari pilihan makanannya, Mangat mengikuti sebuah menu yang lebih sehat untuk mengimbangi rutinitas latihannya.
Melalui kesadaran dan dedikasi barunya ini, ia memahat tubuhnya, mengubah pemikirannya, serta meraih reputasi sebagai seniman bela diri kelas dunia.
Seluruh perubahan penting ini membawanya meraih kesuksesan dan memberinya kesempatan kedua untuk menjadi seseorang yang selalu ia inginkan dulu.
“Pria yang kalian lihat di gambar berikutnya adalah seseorang yang akhirnya menemukan suaranya, seseorang yang yakin ia dapat menjadi apapun yang dirinya pikirkan,” tegas Mangat.
“Daripada menjadi domba seumur hidup saya, saya ingin menjadi singa yang dapat membawa dirinya dengan respek luar baisa, yang dapat menginspirasi orang lain, serta menjadi singa dalam kehidupan ini.”
“Itulah sesuatu yang, sampai hari ini, saya genggam dengan erat, dimana itu mengingatkan saya akan pria sebelumnya 22 tahun yang lalu di gambar pertama. Saya tidak ingin menjadi pria itu lagi.”
“Saya tidak pernah menyimpulkan bahwa saya layak mendapatkan kehidupan yang lebih dari rata-rata. Kini, saya menyimpulkan saya layak mendapatkan yang terbaik. Kini, saya bersedia mengeksplorasi kemungkinan yang tak terbatas, untuk menyakini hal-hal terliar, serta untuk tidak pernah menutup diri saya bagi ide apa pun.”
Baca juga: Tuesday Transformation: Shannon Wiratchai