Upaya Mei Yamaguchi Untuk Diterima Sebagai Atlet Bela Diri Campuran

Mei Yamaguchi DSCF0093

Saat Mei “V.V” Yamaguchi berlaga untuk pertama kalinya sebagai seniman bela diri professional di bulan Maret 2007, dia tidak mendapatkan kesetaraan dengan atlet pria.

Namun, banyak hal yang berubah sejak saat itu, dan saat ini atlet Jepang berusia 36 tahun ini akan berlaga di ajang terbesar dalam sejarah bela diri melawan Jenny “Lady GoGo” Huang, di perhelatan ONE: CENTURY PART II.

Lebih dari satu dekade lalu, “V.V” dan banyak wanita lain dalam olahraga ini tidak mendapatkan kesempatan seperti saat ini. Mereka harus berusaha keras untuk diterima dan dihormati seperti para atlet pria lain.

“Ketika saya mulai berlaga di Jepang, saya hanya dapat bersaing dalam turnamen khusus wanita dan ajang seperti Smackgirl,” jelasnya.

“Saya mulai bertanding di Pancrase, dan saat itu kartu pertandingan wanita diselipkan diantara laga [para pria]. Ketika itu terjadi, saya ingat semua atlet pria bertanya, ‘Kenapa saya bertanding sebelum kartu wanita?'”

Di masa itu, perwakilan Riki Gym ini merasa sulit melakukan hal seperti itu. Wanita masih baru menerima pemikiran bahwa mereka dapat masuk ke dalam dunia bela diri campuran. Bagi mereka yang sudah memilih jalan ini, mereka tidak selalu mendapatkan lawan yang seimbang.

“Atlet wanita harus memperlihatkan bahwa laga kami juga menarik,” kata Mei.

“Kami harus menunjukkan agresi kami. Kita harus menampilkan bahwa kartu [pertandingan] wanita juga menegangkan. Saya kira banyak atlet yang merendahkan petarung wanita.”

“Hanya ada beberapa petarung wanita di masa itu, dan kemampuan mereka tidak terlalu tinggi. Sangat sulit menunjukkan kemampuan kita ketika disamakan dengan para pria.”

Mei menemukan dirinya berlaga dalam dua pertandingan – satu di dalam ring dan satu lagi untuk menarik perhatian ke arah atlet bela diri campuran wanita.



Dengan tidak terlalu banyak sorotan, biaya untuk latihan pun lebih besar dari pendapatan yang dihasilkan Mei. Namun, kecintaan atlet Jepang ini terhadap bela diri membuatnya terus berjuang.

“Jika saya harus bersiap untuk sebuah laga – dan mungkin saya mengalami cedera – saya harus ke dokter untuk dirawat. Saya yang harus membayarnya, dan itu lebih dari apa yang saya dapat dari pertandingan!” kenangnya.

“Sangat tidak masuk akal. Saya tidak dapat bertanding untuk uang. Saya berlaga karena saya suka, dan itulah hidup saya.”

Seiring waktu berjalan, dan lebih banyak wanita yang bergabung dalam olahraga ini, kesempatan bagi Mei dan yang lain pun semakin terbuka.

Pada tahun 2011, ia membuat sejarah sebagai bagian dari laga utama wanita pertama di Pancrase, saat ia menjadi sorotan utama setelah laga yang menampilkan 20 pria. Ini membuka pintu bagi kontes besar lainnya.

“Saya kira acara besar pertama adalah Pancrase. Saya bertanding di laga utama melawan Tomomi Sunaba,” katanya.

“Ia adalah petarung legendaris yang berlaga bersama Pancrase sejak lama. Saya juga melawan Megumi Fujii [di Vale Tudo Jepang].”

Kedua [ajang tersebut] adalah awal bagi saya, dan pada waktu yang bersamaan di seluruh dunia, laga wanita mulai digelar sebagai acara utama dan kartu utama.”

Ketekunan Mei pun terbayar. Atlet kelahiran Tokyo ini dapat berkompetisi dalam laga utama bersama organisasi bela diri terbesar di dunia, dan ia pun menjadi salah satu bintang utama di ajang terbesar organisasi ini.

Namun, walau dirinya membantu memberikan laga wanita menjadi sorotan dan memberi jalan untuk generasi berikutnya seperti Itsuki Hirata bersama ONE, ia mengatakan bahwa dirinya hanya melanjutkan apa yang dilakukan oleh para kompetitor yang menjadi idolanya.

“Saya sangat bangga saat banyak orang mengatakan saya adalah seorang pionir, tapi sebelum saya, ada banyak atlet luar biasa yang tetap melakukannya, dan mereka tidak berhenti saat tidak ada yang ingin menonton laga wanita,” tambahnya.

“Mereka mungkin hanya ditonton oleh 50 atau 60 orang, namun mereka terus melakukannya. Figur seperti Megumi Fujii [dan] semua atlet wanita yang mulai berlaga di Jepang – mereka adalah pionir. Saya sangat senang memiliki orang-orang seperti itu sebelum saya.”

Baca Lagi: Itsuki Hirata Menolak Biarkan Rintangan Pupuskan Mimpinya

century_tokyo_logo.png

Tokyo | CENTURY | Pergelaran Ke-100 ONE Championship | Tiket: Dapatkan disini

  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Indonesia, tanggal 13 Oktober pukul 7:00 WIB – serta BAGIAN II, tanggal 13 Oktober pukul 15:00 WIB
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Amerika Serikat, tanggal 12 Oktober pukul 20:00 EST – serta BAGIAN II, tanggal 13 Oktober pukul 4:00 EST
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di India, tanggal 13 Oktober pukul 5:30 IST – serta BAGIAN II pukul 13:30 IST
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Singapura on 13 October pukul 8:00 SGT – serta BAGIAN II pukul 16:00 SGT
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Filipina on 13 October pukul 8:00 PHT – serta BAGIAN II pukul at 16:00 PHT
  • Tonton BAGIAN PERTAMA di Jepang on 13 October pukul 9:00 JST – serta BAGIAN II pukul 17:00 JST

ONE: CENTURY adalah ajang Kejuaraan Dunia bela diri terbesar dalam sejarah dengan 28 Juara Dunia yang tampil dalam berbagai disiplin bela diri. Belum ada organisasi dalam sejarah yang pernah mempromosikan dua ajang Kejuaraan Dunia di hari yang sama.

“The Home Of Martial Arts” kembali membuka babak baru dengan menyajikan beberapa laga perebutan gelar Juara Dunia, tiga babak final Kejuaraan World Grand Prix, serta serangkaian Juara Dunia yang akan melawan Juara Dunia lainnya di lokasi ikonik Ryugoku Kokugikan, Tokyo, Jepang, tanggal 13 Oktober.

Selengkapnya di Fitur

Amy Pirnie Shir Cohen ONE Fight Night 25 51
John Lineker Asa Ten Pow ONE 168 32
Regian Eersel Alexis Nicolas ONE Fight Night 21 37
Superbon Marat Grigorian ONE Friday Fights 52
Tawanchai PK Saenchai Jo Nattawut ONE 167 93 1
Superlek Kiatmoo9 Takeru Segawa ONE 165 15 scaled
Jaising Sitnayokpunsak Thant Zin ONE Friday Fights 52 3 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 20
Jonathan Haggerty Felipe Lobo ONE Fight Night 19 122 scaled
Liam Harrison Muangthai ONE156 1920X1280 31
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE Friday Fights 72 6
Johan Estupinan Zafer Sayik ONE 167 9