Apa Yang Membedakan Lethwei Dari Seni Bela Diri Lain?
Lethwei, yang dahulu dikenal sebagai tinju Burma atau Burmese boxing, mampu menyisakan impresi tersendiri bagi siapapun yang pernah menyaksikan praktisi disiplin ini beraksi.
Karena seni bela diri sangatlah menarik dan sarat dengan nilai tradisional Asia, nilai-nilai dari Lethwei telah menemukan rumahnya bersama ONE Championship.
Banyak dari Juara Gold Belt – termasuk Mite Yine, Ye Thway Ne dan Tha Pyay Nyo – telah mengaplikasikan kemampuan kelas dunia mereka ke dalam kompetisi bela diri campuran dan mengalami kesuksesan. Tren ini dapat berlanjut di masa depan.
Berikut adalah beberapa hal yang membedakan “Olahraga Para Pejuang” ini dari disiplin lain seperti kickboxing dan Muay Thai.
Sejarah Yang Panjang Dan Kaya
Lethwei berasal dari kebudayaan kuno dimana seni bela diri digunakan untuk melindungi dan mempertahankan perbatasan Myanmar.
Laga tradisional Lethwei dilakukan tanpa sistem penilaian, dimana sebuah pertandingan akan terus berlangsung sampai seorang atlet menyerah, terkena KO, atau tak dapat melanjutkan karena cedera.
Selama masa-masa awal Lethwei, kemampuan atletis dan teknik menjadi sangat penting, dimana para praktisinya merayakan kekuatan dan keteguhan hati.
Bertahun-tahun kemudian, terlepas dari naik-turunnya olahraga ini, Lethwei berhasil bertahan dengan bantuan para penggemar garis keras dan atlet yang membawa tradisi ini bersama mereka.
Phoe “Bushido” Thaw adalah salah satu dari mereka. Atlet featherweight yang berbasis di Yangon ini memadukan latihan Lethwei ke dalam teknik bela diri campurannya, dan oleh karena itu, ia telah mencetak rekor profesional 8-2 bersama ONE Championship.
Peraturan Lethwei
The Art of 9 Limbs.
Posted by ONE Championship on Saturday, January 6, 2018
Dalam laga tradisional Lethwei, seorang petarung hanya dapat menang melalui KO, atau pertandingan itu akan dianggap seri. Tetapi, jika seorang atlet terkena KO, ia dapat meminta waktu pemulihan selama dua menit dan masih dapat kembali bertanding demi mengejar kemenangan.
Saat ini, ada peraturan dan regulasi yang ditujukan untuk melindungi para atlet dan meningkatkan nilai hiburan dari Lethwei.
Para praktisi Lethwei akan mengenakan pelindung mulut, atau mouthguard, dan pelindung area selangkangan. Tetapi, mereka tidak memakai sarung tinju untuk melindungi tangan mereka, melainkan hanya pembalut lengan dan kain kasa saat berkompetisi.
Atlet diperbolehkan menggunakan serangan kepala, pukulan, serangan siku, serangan lutut, tendangan, clinch, sapuan [atau sweep], dan lemparan untuk memenangkan sebuah laga, yang berlangsung selama tiga sampai lima ronde.
Jika sebuah KO tidak terjadi selama laga, wasit akan menentukan siapa pemenangnya.
- 6 Fakta Menarik Yang Wajib Diketahui Tentang Lethwei Dari Myanmar
- Mitch Chilson Jelajahi Seni Bela Diri Kuno Myanmar, Lethwei
- Phoe Thaw Wakili Seni Bela Diri Myanmar, Lethwei
Serangan Kepala Di Lethwei
Sementara Muay Thai dikenal sebagai “seni delapan tungkai,” Lethwei lebih dikenal sebagai “seni sembilan tungkai.” Disiplin ini menambahkan satu serangan penting – serangan kepala, atau dikenal sebagai hkaung tike.
Para atlet Lethwei menggunakan tiga jenis serangan kepala. Sebuah serangan dari posisi clinch disebut choke hkaung tike, sebuah terjangan dengan kepala dikenal sebagai hkaung sount tike, sementara serangan kepala di udara dikenal sebagai hkun hkaung tike.
Karena semua atlet ini pastinya tidak ingin menyebabkan cedera pada diri mereka sendiri, tiap serangan kepala membutuhkan teknik dan kemampuan luar biasa untuk dikuasai.
Praktisi Lethwei memastikan mereka menggunakan bagian terkuat dari kepala mereka, untuk mencetak lebih banyak kerusakan pada lawan dan melindungi diri mereka sendiri.
Serangan kepala dapat merubah jalannya laga dalam sekejap. Inilah mengapa para pejuang Lethwei sangat dihormati dan sangat ditakuti sebagai seorang lawan.
Walau serangan kepala diizinkan dalam disiplin Lethwei, jenis serangan ini dilarang pada sebagian besar olahraga tarung lainnya – termasuk bela diri campuran, kickboxing dan Muay Thai.
Lekkha Moun Dan Lethwei Yay
Walau para pejuang Lethwei dikenal atas agresi dan kegigihan mereka di dalam Circle, mereka juga dikenal atas kebaikan hati mereka di luar arena.
Lethwei sarat dengan tradisi yang ditujukan untuk menghormati tiap lawan.
Salah satu tradisi Lethwei yang paling dikenal adalah Lekkha Moun. Sang atlet menampilkan gestur tertentu, yaitu dengan menekuk lengan kiri mereka dan menempatkanya di ketiak kanan. Mereka kemudian merapatkan tangan kanan mereka dan menepuk lengan kiri mereka tiga kali.
Gestur Lekkha Moun ini terinspirasi oleh kepakan sayap dari seekor burung, dimana ini digunakan untuk menantang seorang lawan dengan penuh penghormatan. Gestur ini biasanya dilakukan sebelum laga dimulai, tetapi ini juga dapat digunakan selama laga berlangsung.
Sebuah tarian perang yang disebut Lethwei Yay biasanya menemani Lekkha Moun. Tarian ini biasanya ditampilkan sebelum sebuah laga, tetapi juga setelahnya sebagai bentuk perayaan kemenangan.
Baik Lekkha Moun dan Lethwei Yay memang berbagi kesamaan dengan Wai Kru dari Thailand dan Kun Kru dari Kamboja, tetapi kedua tradisi ini menjadi keunikan yang dimiliki Myanmar.
Baca juga: 10 Disiplin Bela Diri Yang Dapat Anda Lihat Di Dalam ONE Circle