Kisah Putri Padmi, Juara Kickboxing Nasional, Dalam Mendorong ‘Body Positivity’
Ketidaksempurnaan adalah bagian dari setiap manusia, namun mencintai apa yang kita punya dan berusaha menjaganya adalah kesempurnaan dalam bentuk yang lain.
Menurut Putri “Ami” Padmi, juara kickboxing nasional yang kini berlaga di panggung dunia ONE Championship, ada bagian dari manusia yang tak bisa diubah – dan hal tersebut tak lantas menjadi dasar bagi seseorang untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Di hari perempuan sedunia, yang jatuh pada tanggal 8 Maret, atlet berusia 26 tahun ini turut mendukung gerakan body positivity, atau sebuah kampanye untuk mengajak orang-orang menerima bentuk tubuh dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Gerakan body positivity juga menjadi salah satu perjuangan kaum perempuan. Mereka tidak lagi ingin terbelenggu oleh standar kecantikan tertentu, dan menurut “Ami,” mencintai tubuh diri sendiri apa adanya akan memberi rasa positif, aman bahkan kebanggan tersendiri.
“Itu merupakan hal yang penting. Hal pertama yang perlu kita lakukan sebelum melakukan hal lain adalah dengan mencintai diri kita terlebih dahulu. Kemudian kita akan melihat sekelilingmu dan duniamu lebih positif,” tuturnya.
- Putri Padmi Taklukkan Berbagai Tantangan Demi Meretas Mimpi
- Setelah Berlaga, Colbey Northcutt Berencana Tetap Aktif
- Deretan Cosplay Terbaik Bintang ONE Championship
Sebagai seorang atlet dengan segudang prestasi, “Ami” pun tak pernah luput dari penilaian orang, terutama terkait bentuk serta postur tubuhnya. Ia menceritakan bagaimana orang-orang pernah meledek bentuk tubuhnya karena dianggap tidak sesuai persepsi umum kebanyakan atlet.
“Apalagi sebagai karyawan dan petarung. Teman-teman selalu bilang, ‘fighter kok gendut? Fighter kok tidak ada otot? fighter kok pahanya bergelambir?’ Kalau mengingat itu ya saya tertawa saja,” tutur srikandi olahraga yang sempat tumbuh besar di Bali ini.
“Pertama, anggap positif istilah yang digunakan. Misalnya ‘eh ukuran celanamu nambah ya, kamu soalnya tambah gemuk.’ Nah, ini tidak perlu tersinggung, karena ia positif. Kalau sudah negatif seperti mempermalukan ukuran tubuh kita di depan khalayak umum, baru boleh murka.”
Meski turut mengajak setiap orang untuk mencintai kondisi yang mereka miliki, Ami tidak lantas membenarkan orang untuk membiarkan tubuhnya tidak sehat dengan meninggalkan berolahraga dan mengonsumsi makanan yang tidak sehat.
“Ya saya bilang, mau bergelambir atau gemuk, setidaknya saya kuat lari! Jadi saya menanggapi mereka dengan bercanda. Saya bilang makan banyak, olahraga banyak bagian dari kebahagiaan yang paling sederhana,” jelasnya.
Selain itu, profesi yang ia miliki memang mengharuskannya untuk tetap dalam kondisi bugar dan prima. Juara karate dan Muay Thai ini juga tidak pernah luput menyempatkan diri untuk berolahraga dan melatih diri, terutama jelang laga yang akan ia hadapi.
“Sadar dulu profesi kita apa. Untuk apa kita mati-matikan menjadi apa yang dianggap bagus oleh orang lain. Tidak semua layak diperjuangkan,” tambah atlet yang berhadapan dengan Colbey Northcutt dalam ajang ONE: EDGE OF GREATNESS pada bulan November tahun lalu di Singapura ini.
Ia percaya jika tubuhnya tidak merasa tersiksa, maka proses pembakaran, metabolisme tubuh dan aktivitas sederhana bisa membantu olah tubuh menjadi lebih baik.
“Bagi yang ingin membentuk tubuh, tentu boleh-boleh saja dan itu merupakan bentuk kebebasan. Namun jangan sampai memerlukan upaya ekstrim yang menyiksa.”
“Intinya buat segala yang kamu lakukan itu menyenangkan, sehingga ketika ada kalimat negatif, anda masih senang dan positif,” pungkas atlet yang sedang melanjutkan studi master dalam bidang Hubungan Internasional di Universitas Indonesia ini.
Baca Juga: 10 Wanita Terbaik Dalam ONE Super Series