Nurdila Agusta, Pendamping Setia Eko Roni Saputra Menempuh Jalan Terjal
Sebelum dikenal sebagai salah satu atlet elit tanah air, Eko Roni Saputra hanyalah seorang pria miskin dari Samarinda, Kalimantan Timur, yang harus puas menyantap nasi bercampur garam hampir setiap harinya.
Atlet seni bela diri campuran (MMA) asal Indonesia dengan spesialisasi gulat dan tinju ini tinggal di rumah sangat sederhana dengan delapan anggota keluarga lainnya. Ketika hujan melanda, tak jarang rumahnya kebanjiran, ditambah kesulitan mereka mendapatkan akses air bersih dan aliran listrik.
“Kadang saya sedih saat masih kecil ketika masih kecil saya harus melihat ibu makan nasi dengan garam saja,” ujar peraih medali perak di ajang SEA Games berusia 27 tahun ini.
Ayah Eko adalah seorang penjual ikan, sedangkan sang ibu mengurus rumah tangga.
Selain menjual ikan, sang Ayah juga merupakan mantan atlet tinju amatir. Setelah usaha menjual ikan bangkrut, sang Ayah mulai bertransisi menjadi pelatih tinju demi menyambung hidup keluarga.
Tak ayal, Eko kecil pun sering ikut serta bersama Ayah berkeliling kota untuk melatih dari satu sasana tinju ke sasana lainya.
Di usia 5 tahun, Eko sudah mengenal tinju dan mulai terjun di kompetisi yunior sejak sekolah dasar.
Menjadi seorang atlet adalah cara Eko untuk lepas dari jerat kemiskinan, namun sang ayah sadar bahwa peluang untuk menjadi juara di ajang gulat lebih terbuka.
Akhirnya, ia pun berlatih gulat sejak usia remaja dan harus rela berjalan sejauh enam kilometer setiap hari untuk sampai ke tempatnya berlatih. Jika beruntung, Eko sesekali dapat menumpang kendaraan milik orang tua temannya.
Di usia remaja tersebut pun, Eko mulai menemui tambatan hatinya, Nurdila Agusta Fatmawati. Wanita ini kini menemani kesehariannya, dimana mereka pun telah dikaruniai seorang anak laki-laki.
Baginya, sang istri adalah sumber inspirasi yang tak pernah lelah mendukung perjuanganya.
“Dia adalah sumber semangat saya ketika lelah. Tempat saya kembali,” ujar Eko.
Sebelum meraih kesuksesan dan tinggal di Singapura untuk mengembangkan karirnya bersama Evolve MMA, Eko harus bertahan dengan hidup di tengah kesederhanaan. Tak jarang, ia dan istrinya harus mengandalkan bantuan dari sang mertua untuk mengisi perut.
“Saya kan sama dia [Eko] sudah hampir 11 tahun, sejak usia 17 tahun. Jadi, kami sempat merasakan susah dan senang,” ujar sang istri.
“Di Indonesia ini kan agak sulit mencari uang, jadi [kami] sempat tinggal di orang tua saya, karena orang tua saya dibilang cukup mampu di bandingkan keluarga Eko.”
Keadaan tersebut tidak membuat pasangan muda ini patah arang. Nurdila, yang juga merupakan atlet atletik provinsi, mengatakan bahwa hubungan keduanya tidak selalu lancar.
Seperti pasangan lain pada umumnya, terkadang mereka berada diatas maupun dibawah. Namun, keuletan Eko dan semangat pantang menyerahnya telah mengantarkanya pada posisi saat ini.
“Eko adalah pria yang bertanggung jawab dan penyayang keluarga,” tegas Nurdila.
“Namun dulu, kita belum bisa mandiri dan untuk makan pun kita sering bergantung pada orang tua saya.
Pasangan yang menikah di tahun 2014 ini kini tengah menikmati kebahgiaan, setelah kelahiran anak mereka tahun lahu. Adam Alliyev Cleon Saputra lahir di usia pernikahan mereka yang menginjak usia ke empat.
Saat ini, Eko sedang mengasah kemampuannya dan menunggu jadwal pertandingan berikutnya. Pria yang kini berlatih dan melatih bersama Evolve MMA ini tetap memiliki semangat juang yang tinggi, walaupun kesehariannya sudah sangat berubah – mengikuti pergerakan yang serba cepat di Singapura.