Elipitua: Jika Masih Prima, ‘Body Shot’ Itu Pasti Bisa Saya Atasi
Dalam ajang perdana tahun 2022 ini, ONE: HEAVY HITTERS, salah satu bintang muda Indonesia Elipitua “The Magician” Siregar menjalani laga sengit melawan veteran asal Jepang Senzo Ikeda.
Walau “The Magican” tidak membawa pulang kemenangan pada ajang yang tayang secara langsung dari Singapore Indoor Stadium itu, ia berhasil memberi penampilan yang cukup menawan.
Dengan kemampuan gulatnya, Elipitua nampak beberapa kali menjatuhkan Ikeda ke atas kanvas, walau akhirnya pukulan ke arah tubuh atau body shot sang rival berusia 39 tahun itu mampu menjatuhkan perwakilan Bali MMA pada ronde ketiga.
Dalam wawancara eksklusif bersama ONEfc.com/id kali ini, peraih medali perunggu PON 2016 itu berbagi tentang pengalaman dan pelajaran yang dapat diambilnya dari pertarungan sengit melawan Juara Pancrase Flyweight itu.
- Minowa Miliki ‘Gaya Untuk Kalahkan Brooks’ Dan Beberapa Cara Lain
- Pertaruhan Terbesar Bagi Petarung Kartu Utama ONE: ONLY THE BRAVE
- Zhang Lipeng Ingin Kendalikan Uulu, Tembus Peringkat Lightweight
ONE: Pada ronde pertama dan kedua, Ikeda melemparkan pukulan keras ke rahang anda. Seberapa keras pukulan itu?
Elipitua Siregar: Kalau memang pukulannya keras sekali, mungkin saya sudah goyang [saat itu]. Menurut saya pukulan Senzo Ikeda biasa saja, sewaktu di Circle tidak begitu terasa. Begitu pertandingan usai, baru terasa.
ONE: Bagaimana strategi anda untuk mendapatkan takedown?
ES: Karena Ikeda sangat berpengalaman, ia memiliki defense takedown yang baik. Maka, saya harus menunggu momen yang tepat untuk melakukan takedown.
Momen yang tepat itu saat saya menyerang, karena dia pasti melakukan serangan balik. Ketika dia menyerang balik, pada momen itu saya mengambil takedown. Ini merupakan strategi yang diterapkan oleh para pelatih Bali MMA.
ONE: Dapatkah anda menceritakan ulang kejadian pada ronde ketiga?
ES: Pada ronde tiga, Ikeda baru mengincar body shot. Mungkin dia sadar sudah tertinggal poin dan harus mengganti arah pukulan. Akhirnya, pada ronde itu, dia melemparkan banyak serangan ke arah tubuh.
Saya juga tidak terpikir bahwa dia akan mengincar body shot pada ronde itu. Kalau kondisi saya masih fit dan prima, pasti saya bisa menangkal body shot Ikeda. Namun stamina saya sudah turun karena terlalu banyak bergerak di ronde pertama dan kedua.
ONE: Pelajaran apa yang dapat anda ambil dari pertandingan tersebut?
ES: Pentingnya menjaga stamina, [itu yang] paling utama. Intinya, jangan menghabiskan stamina sebelum ronde ketiga. Dan, jika ingin mengincar penyelesaian, saya harus mampu menyelesaikan.
Selain itu, [saya menyadari] ketika sudah kelelahan, double cover atau pertahanan saya menjadi terbuka.
ONE: Setelah laga usai, adakah pesan atau nasihat dari cornerman di tim pojok anda, Stefer Rahardian?
ES: Dia berkata, ‘Jangan sedih, kamu sudah hebat.’ Akhirnya, ia juga memberi tahu prestasi Senzo Ikeda. Seperti Ikeda yang pernah menjadi Juara Pancrase, mengalahkan Yuya “Little Piranha” Wakamatsu, dan lain sebagainya.
Dari situ, saya menyadari mengapa Senzo Ikeda memiliki cara bermain seperti itu.
ONE: Apakah laga ini menjadi bukti bahwa Elipitua Siregar dapat bersaing melawan jajaran petarung terbaik dunia?
ES: Dari pertandingan ini, jelas dapat menjadi bukti bahwa saya mampu melawan orang-orang hebat.
Baca juga: Cara Menyaksikan ONE: ONLY THE BRAVE