Aung La N Sang Cetak Sejarah Sebagai Juara Dunia ONE Middleweight Di Yangon
Saat lampu dipadamkan di tengah penonton yang memadati Thuwunna Indoor Stadium di Yangon, Vitaly Bigdash dan sang penantang Aung La N Sang akan menyelesaikan sebuah rangkaian aksi bela diri kelas dunia yang berlangsung selama hampir satu jam, setelah dua laga tingkat tinggi antara keduanya.
Dengan pemusatan latihan penuh bagi atlet Myanmar itu, serta gemuruh sorakan penonton yang mendukung tiap gerakannya, “Burmese Python” akhirnya menyelesaikan apa yang menjadi tujuannya, yaitu mengalahkan Bigdash untuk menjadi Juara Dunia ONE Middleweight yang baru.
“Saya tak dapat melakukan ini tanpa Tuhan. Saya tak dapat melakukan ini tanpa rekan-rekan satu tim saya. Saya tak dapat melakukan ini tanpa kalian, Myanmar,” kata Aung La N Sang. “Saya tidak berbakat. Saya tidak bagus. Saya tidak cepat. Namun bersama kalian, saya memiliki keberanian, saya memiliki kekuatan, saya memiliki apa yang saya butuhkan untuk memenangkan gelar Juara Dunia!”
Highlights: Aung La N Sang vs Vitaly Bigdash
The people's champion is now a ONE World Champion. Myanmar, be loud & proud for Aung La Nsang(Burmese Python)!
Posted by ONE Championship on Friday, June 30, 2017
Kedua pejuang ini menggemparkan Yangon dalam laga utama ajang ONE: LIGHT OF A NATION, yang berlangsung pada hari Jumat, 30 Juni.
Bigdash, yang mengunjungi kandang lawan untuk mempertahankan sebuah gelar yang telah digenggamnya setelah meraih kemenangan usai menyusul keunggulan Igor Svirid pada tahun 2015, terjatuh ke sisi yang salah dari kartu penilaian juri. Aung La N Sang meraih kemenangan mutlak setelah lima ronde untuk membawa pulang sabuk emas itu.
Dengan air mata yang menetes, Aung La N Sang berdiri di tengah arena ONE Championship, menerima segala pujian dan semangat yang diberikan dari penonton tuan rumah di Yangon yang meneriakkan namanya. Pemegang gelar baru ini, dengan sabuk yang ada di pundaknya, meneriakkan sebuah retorika menarik sebelum ia berjanji mempertahankan sabuknya melawan penantang mana pun.
“Myanmar, bagaimana rasanya memiliki seorang Juara Dunia?”
Namun, laga itu sendiri pun adalah sebuah laga yang sangat ketat, sama seperti laga klasik melawan Svirid yang melejitkan nama Bigdash ke seluruh dunia. Sebuah ronde pertama yang keras menjadi saksi Aung La yang menggedor Bigdash dengan kombinasi keras. Pahlawan Myanmar ini, yang merasakan lawannya terluka dan siap terhentikan, segera melanjutkan dengan serangan ground tanpa henti.
Terlepas dari hal itu, Bigdash yang dikenal atas kekuatan dan durabilitas luar biasa ini menemukan cara untuk bertahan dari seluruh serangan itu dan berhasil masuk ke stanza kedua. Sejak saat itu, Bigdash mengetahui ia harus memperlambat ritme cepat Aung La – yang nampak memiliki energi lebih banyak dibandingkan pertemuan pertama mereka.
Selama sisa kontes ini, para penonton menyaksikan semangat juang yang tak kenal mundur, saat keduanya mencoba meraih tujuan mereka masing-masing dan menerapkan game plan atas lawannya. Dalam dua ronde terakhir, dimana itu sangat berarti, Aung La N Sang menekan Bigdash dengan baik, serta mencetak poin melalui berbagai kombinasi dan serangan keras yang masuk.
Walau Bigdash menikmati kesuksesan dengan teknik gulat dan takedown miliknya, kurangnya serangan yang dilontarkan tak cukup menghentikan dominasi Aung La N Sang di atas kaki. Lagi pula, seluruh laga ONE dinilai secara keseluruhan dan bukan ronde-per-ronde, berkat kriteria penilaian ONE yang lebih melihat penghentian laga di atas segalanya.
Pahlawan lokal ini meraih gelar Kejuaraan Dunia pertama bagi atlet Myanmar dalam olahraga mana pun, dan mencetak sejarah. Itu sangat ditunggu oleh atlet veteran dengan pengalaman 12 tahun itu. Setelah membawa bakatnya di Amerika Serikat dalam berbagai promotor, Aung La meraih puncak kariernya sebagai seniman bela diri, dan membuktikan kerja kerasnya dengan gelar Juara Dunia ONE Middleweight.
Melalui kemenangan itu, Aung La N Sang membawa rekornya menjadi 20-10, 1 No Contest, sementara Bigdash (9-1) harus kehilangan sabuk dan rekor tak terkalahkannya. Setelah penampilan luar biasa dari kedua pejuang itu, akan sangat salah jika keduanya tidak ingin kembali berhadapan untuk menentukan siapa yang terkuat dalam sebuah laga trilogi.