Bagaimana Kotetsu Boku Menjadi Ikon Bela Diri Penuh Aksi

Kotetsu Boku ADUX2454

Hanya beberapa atlet bela diri campuran asal Jepang yang dapat menjadi sangat populer, seperti Kotetsu “No Face” Boku.

Pria yang menjadi Juara Dunia ONE Lightweight untuk pertama kalinya saat divisi ini dibuka telah melihat semuanya, selama 41 pertandingan dan dua dekade bertanding dalam dunia profesional. Tetapi, tujuannya masih sama – memanaskan dan menghibur para penggemar.

Ia juga masih mengejar sabuk emas, dan berharap untuk mengambil langkah besar di hadapannya untuk kembali menjadi penantang elit dalam pertandingan yang akan menyajikan aksi luar biasa di ajang ONE: DREAMS OF GOLD – sebuah kontes divisi featherweight melawan Thanh Le.

Sebelum ia kembali beraksi Jumat ini, tanggal 16 Agustus di Impact Arena, mari kita melihat lebih dalam tentang atlet veteran pencetak KO ini saat ia berbicara mengenai masa kecilnya, bagaimana seni bela diri mengubah hidupnya, dan mengapa ia ingin selalu menghibur para penggemar. 

Dari Kekacauan Menuju Disiplin

Kotetsu adalah keturunan keluarga Korea Selatan, tetapi ia lahir di Gunma, Jepang, dimana ia tumbuh besar bersama kedua orang tuanya, saudara kembar perempuan dan dua kakak lelaki.

Ia memiliki hubungan yang kurang baik dengan kakak-kakaknya, dan juga tertekan oleh ekspektasi lingkungan di Jepang, dimana sistem pendidikan di negara itu menuntut banyak hal dari anak didiknya.

“Ayah saya sangat keras dan jarang sekali berada di rumah. Ibu saya mengambil kendali, tetapi ia tidak pernah benar-benar memaksa saya untuk belajar. Saya tidak terlalu pandai secara akademis,” akunya.

“Tidak pandai secara akademis mungkin adalah hal terberat saya saat bertumbuh. Saya adalah seorang perusuh, guru saya selalu mengomeli saya dan saya sering dikeluarkan dari kelas. Sekolah, bagi saya, hanyalah tempat dimana saya sering diomeli.”

“Saya selalu terlibat perkelahian. Kedua kakak saya selalu merundung saya, dan saya membawa tekanan tersebut ke sekolah, tetapi kini kami baik-baik saja!” 

Ia sangat tertarik pada seni bela diri sebagai cara melepaskan stres, dan hal itu membantunya untuk merasa tenang dan menyeimbangkan diri.

“Saya awalnya berlatih tinju pada usia 18 tahun, selama tiga tahun. Saya ingin mencoba seni bela diri campuran, tetapi saat itu tidak ada sasana seperti itu, maka saya hanya bertinju,” kenangnya.

“Saya tidak benar-benar berkompetisi, hanya di tingkat amatir. Saya menyukainya karena hal itu menyenangkan dan saya memiliki fokus dan arah.”

Momen Terpenting

Kotetsu menempatkan dasar bagi karirnya saat bertemu dengan almarhum Norifumi “KID” Yamamoto. 

Legenda bela diri campuran Jepang ini mengajarkannya kemampuan yang ia butuhkan untuk meraih kesuksesan, serta cara pikir seorang ksatria.

“Saya mengenal ‘KID’ pada tahun 2002, saat kami berpesta di Shibuya. Kami menjadi teman baik dan mulai berlatih bersama di sasananya yang bernama Killer Bee,” katanya.

“’KID’ ada di situ, begitu pula para petarung kuat lainnya. Ia mengajarkan saya gulat dan striking, mengurangi berat badan, dimana sebelum sebuah pertandingan ia akan meninjau kembali game plan saya dan bagaimana saya dapat menang. Saya belajar untuk bertarung dengan hati dari dirinya.”

“’KID’ mengajarkan saya mentalitas sebelum sebuah pertarungan – anda harus menyelesaikannya, anda harus menjatuhkan lawan dengan KO. Menang melalui keputusan [juri] itu tidak cukup. Itu membosankan dan tidak ada yang akan melihat anda.”

Ia menemukan rumahnya, kedamaian hati dan arah bagi kehidupannya yang selalu tidak nampak saat ia masih berada di lingkungan sekolah. 

“No Face” menjadi salah satu atlet yang terpopuler dalam pertandingannya di beberapa organisasi terbesar di Jepang karena kepribadiannya dan kemampuannya untuk menghibur penonton. Ia juga turut ambil bagian untuk membangun sasana Krazy Bee di area Ota, Tokyo pada tahun 2008, dimana ia akhirnya menjadikan sasana tersebut markasnya.

Perjalanan Karir

Pada tahun 2012, Kotetsu menjalani debutnya di dalam “The Home Of Martial Arts” dalam ajang ONE: RISE OF KINGS dan mencapai momen terbaik dalam karirnya – dimana ia juga mencetak sejarah.

Ia meraih gelar perdana dalam Kejuaraan Dunia ONE Lightweight dengan tangannya yang kuat, saat ia menghentikan Zorobabel Moreira Jr. melalui TKO pada awal ronde ketiga.

“Malam itu saya merasakan perasaan yang terbaik,” katanya dengan senyum lebar. 

“Itu adalah perasaan terbaik saat tangan anda diangkat dan wasit mengatakan, ‘Pemenang!’ Anda menjadi ketagihan akan momen tersebut, dan selalu mencari rasa yang sama. Ini memberikan anda kebanggaan.”

“Dan mengingatkan saya mengapa saya melakukan ini,” katanya sambil mengangguk.

Tahun berikutnya, Kotetsu harus merelakan gelarnya direbut oleh sesama atlet legendaris dari olahraga ini – Shinya “Tobikan Judan” Aoki – tetapi kekalahan ini hanya mempercepat kesuksesan berikutnya.

Ia menyadari bahwa ia memiliki postur yang terlalu kecil untuk divisi tersebut, maka masuk ke dalam divisi featherweight – dimana ia kembali meraih kesuksesan dan kemenangan spektakuler sampai saat ini.

Tujuan Baru Bersama ONE

Kotetsu masih menjalani hidupnya dengan cara tradisional – ia berada di sasana tiap hari supaya ia dapat menggapai mimpinya untuk menjadi Juara Dunia dua divisi sebelum ia menggantung sarung tinjunya.

“Saya ingin menjadi Juara Dunia ONE sekali lagi, tetapi saya harus menjadi penantang teratas terlebih dahulu,” katanya.

“Saya ingin melaju selama saya mampu, tetapi kalah lalu pensiun, dibandingkan dengan menjadi Juara Dunia kemudian pensiun, sangatlah berbeda. Jika tubuh dan semangat saya masih ada, saya ingin tetap maju. Saya masih menyukai penemuan hal baru dalam seni bela diri. Saya masih menikmatinya.”

Jika ia dapat mengalahkan Thanh, ia akan mengambil langkah besar menuju impiannya, tetapi jika tidak, ia akan mundur dengan jantan.

“No Face” tidak akan memberikan kompromi apapun dalam caranya bertanding, karena ia ingin menampilkan yang terbaik.

“Jika anda menang, anda dapat terus maju, tetapi tidak ada seorang pun yang akan kalah terus menerus. Maka perasaan untuk selalu ingin menang itu selalu lebih kuat,” katanya.

“Bahkan saya masih tidak ingin memenangkan pertandingan yang membosankan. Saya harus membuatnya tetap menarik. Saya ingin tetap berada di atas dan menghibur para fans. Saya ingin menjadi seseorang yang orang lain tak ingin lawan!”

“Saya akan menghadapi siapapun. Saya tidak pernah mengatakan tidak. Jika ia kuat, itu akan lebih baik.”

Selengkapnya di Berita

Seksan Or Kwanmuang River Daz ONE Friday Fights 46 52 scaled
Rodtang Jitmuangnon Takeru Segawa ONE 172 12 scaled
Nabil Anane Superlek Kiatmoo9 ONE 172 40 scaled
Rodtang Jitmuangnon ONE 172 4 scaled
Rodtang and Takeru face off for ONE 172 at Sataima Super Arena in Japan scaled
Takeru Segawa Thant Zin ONE Friday Fights 81 49 scaled
Rodtang Jitmuangnon Jacob Smith ONE 169 11 scaled
Jonathan Haggerty Superlek Kiatmoo9 ONE 168 84 scaled
Tawanchai PK Saenchai Superbon ONE 170 125
Rodtang Jitmuangnon Jacob Smith ONE 169 51
DC 5946
DC 35033