Hiroki Akimoto Siap Tampilkan Kekuatan, Kemampuan Baru Dalam Debut Bantamweight
Setelah 15 bulan berada jauh dari panggung dunia, Juara Dunia Karate Hiroki Akimoto siap menjalani laga debutnya dalam divisi bantamweight ONE Super Series kickboxing.
Ujian pertamanya akan menjadi sangat sulit, karena Akimoto akan menghadapi penantang peringkat ketiga dalam divisinya, “Muay Thai Boy” Zhang Chenglong, pada hari Jumat, 16 Oktober, di ajang ONE: REIGN OF DYNASTIES II, yang sebelumnya direkam di Singapura.
Jika Akimoto memenangkan laga ini, ia dapat menjadi kompetitor ONE Super Series asal Jepang pertama yang meraih posisi dalam daftar Peringkat Resmi Atlet ONE, dimana hal tersebut jelas akan membawanya selangkah lebih dekat pada tujuan utamanya: menantang gelar Juara Dunia ONE.
“Saya ingin menang, meraih posisi dalam daftar peringkat, serta menjadi penantang kelas atas untuk perebutan gelar Juara Dunia,” kata atlet berusia 28 tahun ini.
Atlet Jepang itu menjalani debut profesionalnya dalam disiplin kickboxing pada tahun 2007 pada usianya yang ke-15, dan segera membangun rekor sempurna 19-0 di tanah kelahirannya.
Namun pada tahun 2014, ia kembali ke akar bela dirinya, karate Kyokushin serta merebut gelar Kejuaraan Dunia Karate WFKO. Lalu, pada tahun 2018, ia pindah ke Singapura untuk mengejar mimpi yang lebih besar lagi dalam disiplin kickboxing sebagai bagian dari ONE Super Series.
Ia menjalani debut promosionalnya pada bulan Januari 2019, dengan mengalahkan pria yang juga menjadi penantang gelar Juara Dunia ONE Strawweight Muay Thai Josh “Timebomb” Tonna melalui sebuah keputusan mutlak.
Termasuk laga di atas ini, Akimoto telah tiga kali tampil dalam jajaran divisi flyweight ONE sebelum ia memutuskan untuk naik ke divisi bantamweight, yang adalah divisi berat badan alaminya.
- Zhang Chenglong Berharap Tampilkan ‘Semangat’ Atlet Tiongkok Saat Lawan Hiroki Akimoto
- 5 Alasan Untuk Tidak Melewatkan ONE: REIGN OF DYNASTIES II
- Cara Menyaksikan ONE: REIGN OF DYNASTIES II
Demi mempersiapkan dirinya untuk divisi yang lebih berat ini, bintang karate Jepang ini mulai bertransformasi setelah mengalahkan Kenny “The Pitbull” Tse pada bulan Juli 2019.
“Saya mematahkan kepalan kiri saya dalam laga [melawan Tse],” kata Akimoto. “Saya merasa seperti saya tak dapat berlaga selama satu tahun, maka saya berharap dapat membangun tubuh saya dan naik satu divisi selama periode itu.”
Setelah mengasah bagian inti tubuhnya dan kekuatan tubuh bagian bawah selama lebih dari satu tahun, Akimoto memiliki keyakinan baru.
“Saya kira saya sangat siap,” ia melanjutkan. “Para pelatih mengatakan bahwa tendangan dan pukulan saya menjadi lebih ‘berat’.”
Kini, petarung asal Jepang ini akan menguji versi baru dari dirinya ini melawan Zhang, yang dikenal memiliki gaya agresif dengan pukulan keras. Gaya itulah yang menjadikan atlet berkuda-kuda southpaw ini menjadi Juara Dunia Top King Muay Thai dengan catatan rekor 49-13-1 dalam disiplin Muay Thai dan kickboxing.
Karena catatan rekor dan kemampuan Zhang yang luar biasa, Akimoto awalnya cukup khawatir tentang laga ini.
“Saya kira ia adalah seorang atlet yang kuat, maka saya tak yakin bagaimana [laga] itu akan berjalan,” akunya. “Saya mendapatkan kesan bahwa ia adalah seorang atlet kuat dengan pukulan yang keras. Ia memiliki rahang dan stamina yang kuat.”
Kesuksesan Zhang berlanjut di ONE Championship. Ia meraih tiga kemenangan impresif setelah menjalani debut pada tahun 2019 dan mengakhiri tahun ini dengan sebuah laga melawan Alaverdi “Babyface Killer” Ramazanov demi gelar Juara Dunia ONE Bantamweight Kickboxing perdana.
Sementara “Muay Thai Boy” harus mengakui keunggulan atlet Rusia itu setelah lima ronde yang sangat menantang, penampilannya itu menarik perhatian Akimoto.
“Dalam laga [perebutan] gelar Juara Dunia, caranya bertarung itu sangat berbeda dengan atlet normal lainnya,” kata striker Jepang ini.
“Ia terkena knockdown, dan saya rasa ia terdampak. Beberapa atlet mungkin mencoba mengulur waktu dalam situasi seperti itu, namun ia tetap bergerak maju. Lagipula, saya melihat bahwa ia bahkan mengincar serangan balik. Dengan karakteristik itu, saya kira ia adalah [lawan] yang sulit.”
Terlepas dari respek yang ia miliki bagi Zhang, Akimoto juga memiliki keyakinan akan dirinya sendiri. Hal itu datang dari masa selama hampir dua tahun yang dihabiskannya di sasana terbesar di Singapura, Evolve MMA, dimana ia mendapatkan beragam kemampuan.
“Sejak saya pindah ke Singapura, saya telah berlatih kickboxing sembari mempelajari Muay Thai,” katanya.
“Baru-baru ini [karena restriksi akibat pandemi COVID-19], saya juga memiliki kesempatan lebih banyak untuk berlatih bersama para atlet bela diri campuran, dimana saya mempelajari beberapa gerakan yang tak ada di kickboxing, karate, atau Muay Thai.”
“Saya kira [tendangan dalam bela diri campuran] sama sekali berbeda terkait cara menggerakkan kaki dan cara mereka menyambungkan dengan trik lainnya. Saya mengerti mekanismenya dan mencoba mengambil apa yang saya dapat gunakan.”
Di Evolve, atlet berbakat asal Jepang ini juga cukup beruntung untuk menemukan rekan latihan legendaris, sang Juara Dunia dua disiplin ONE, Sam-A Gaiyanghadao.
“Ia berada di divisi yang lebih ringan, namun saya sering melakukan sparing bersama Sam-A. Ia memiliki reaksi yang cepat dan IQ bertanding yang tinggi. Saya dapat belajar banyak dari dirinya,” tegasnya..
Setelah seluruh kerja keras yang ia tampilkan, Akimoto merancang sebuah game plan yang baik untuk laga melawan Zhang.
“Saya melihat pukulannya sangat kuat, namun kira saya memiliki keunggulan dalam tendangan dan [serangan] jarak jauh. Saya kira ia akan menutup jarak dari tendangan saya, namun saat itu terjadi, saya akan membalas dengan pukulan dan tendangan,” kata bintang Jepang ini.
“Saya kira pada stanza pembuka, sejauh yang saya lihat dari laga-laga sebelumnya, ia nampak seperti ingin mencetak KO sementara membaca pergerakan lawan. Saat itu, saya akan banyak menyerang di sana-sini dan mencari senjata yang baik untuk dirinya. Sejak ronde kedua, saya kira ia akan benar-benar menutup jarak, maka saya ingin mengincar serangan balik untuk mengalahkannya.”
Walau Akimoto adalah spesialis tendangan, ia juga menunjukkan keinginan untuk melangkah keluar dari zona nyamannya dan berlaga dalam area dimana Zhang unggul.”
“Saya terutama menggunakan tendangan dalam laga-laga ONE, namun kali ini, saya kira saya akan menggunakan pukulan melawan spesialis tinju ini. Ini adalah sesuatu yang saya ingin para penonton amati dengan baik,” katanya.
“Saya membangun tubuh saya dengan kuat dan mendapatkan kekuatan. Maka, tentunya, saya mengincar serangan yang dapat menjatuhkannya untuk mencetak kemenangan KO.”
Game plan penuh presisi, latihan dan kekuatan fisik Akimoto akan menjadi faktor kunci dalam pemikiran positif yang ia miliki untuk laga ini.
“Terbiasa untuk [menjalani] kehidupan di sini [di Singapura], tubuh dan teknik saya telah berevolusi, sama seperti nama sasana itu,” katanya.
“Saya tidak dapat berkompetisi [selama restriksi COVID-19], dan saya kira ada penonton yang menunggu saya. Maka, saya harap untuk menampilkan versi diri saya yang telah berkembang.”
Dan mungkin, versi terbaru tersebut dapat membawanya merebut gelar Juara Dunia ONE Bantamweight Kickboxing satu hari nanti.
“Untuk mengincar gelar Juara Dunia berarti saya memiliki seseorang untuk dijadikan patokan,” kata atlet Jepang ini. “Saya ingin menjadi Juara Dunia ONE, mempertahankan sabuk, serta menjadi seseorang yang dijadikan patokan.”
Langkah pertama dalam perjalanan itu dimulai saat dirinya melawan Zhang. Pada hari Jumat, para penggemar di seluruh dunia akan mengetahui jika Akimoto dapat mendekati mimpi terbesarnya itu.
Baca juga: Singapura Jadi Tuan Rumah ONE: INSIDE THE MATRIX, Kartu Pertandingan Resmi Diumumkan