‘Ini Adalah Mimpi Saya’ – Nabil Anane Bangga Atas Kemenangan Krusial Dari Superlek Di ONE 172

Pada Minggu, 23 Maret, Nabil Anane menampilkan performa sensasional untuk menyamakan skor dengan “The Kicking Machine” Superlek Kiatmoo9 dalam kontes bantamweight Muay Thai di ONE 172: Takeru vs. Rodtang.
Selama tiga ronde penuh aksi di Saitama Super Arena di Jepang, atlet berusia 20 tahun ini membuat sang rival dari Thailand kewalahan berkat kombinasi indah, tendangan tinggi mengerikan, serta pukulan bertenaga.
Kemenangan lewat putusan itu juga menebus kekalahan sebelumnya abgi Anane, yang kini menyandang Gelar Juara Dunia Interim Bantamweight Muay Thai.
Dalam debutnya di ONE sekitar dua tahun lalu, bintang Thailand-Aljazair ini menderita kekalahan knockout ronde pertama atas Superlek. Anane bangkit dan tak terkalahkan setelahnya. Kemenangan telak di ONE 172 membuktikan evolusi besar dalam dirinya sebagai petarung.
Setelah laga, Anane berbicara pada media. Striker jangkung ini segera berterima kasih kepada tim serta pelatihnya, mantan bintang ONE Mehdi Zatout, sembari menepis gagasan untuk naik ke divisi featherweight:
“Semuanya sesuai dengan rencana berkat Mehdi Zatout dan tim, yang telah menyusun rencana dan melatih saya dengan sangat keras untuk pertandingan ini. Saya ingin semua orang tahu bahwa ketika saya menjalani camp pelatihan, berat saya adalah sekitar 70 sampai 71 kilogram, dan saya merasa tidak perlu untuk segera naik kelas.”
Bagi Anane, mengalahkan striker pound-for-pound hebat seperti Superlek adalah prestasi besar.
Namun, kemenangannya terasa sedikit pahit. Laga ini awalnya dijadwalkan sebagai pertarungan penyatuan Gelar Juara Unia ONE Bantamweight Muay Thai, tetapi karena “The Kicking Machine” gagal memenuhi batas timbangan, gelarnya harus dicopot.
Walalu Gelar Juara Dunia lineal tak lagi dipertaruhkan, Anane wajib merasa bangga bisa mendominasi seseorang yang dianggap sebagai striker paling bertalenta di muka bumi saat ini:
“Ya, menang atas Superlek sangat berarti bagi saya. Sangat-sangat berarti bagi saya karena ini adalah mimpi dan tujuan pertama saya, dan kini saya menggapainya.
“Dan terkait gelar, saya kecewa laga ini bukan untuk perebutan gelar. Tapi apa yang bisa saya lakukan? Saya mengorbankan banyak hal untuk pertarungan melawan Superlek ini … untuk bertarung dan mengalahkannya adalah salah satu tujuan saya. Seharusnya saya memiliki sabuk itu, tapi tak mengapa. Bisa lain kali.”
Anane sadar betul kemenangan krusial atas Superlek tidak datang begitu saja. Yang luar biasa, ia bisa melakukan apa yang para megabintang global seperti Rodtang Jitmuangnon, Jonathan Haggerty, dan Takeru Segawa tidak bisa lakukan, yakni meraih kemenangan atas “The Kicking Machine.”
Anane menyebut bahwa ini adalah buah dari kerja keras, disiplin tingkat tinggi, dan tekad kuat yang dibangun selama bertaruh-tahun.
“Saya merasa senang. Malam ini, saya melakukan tugas dengan baik, dan saya bangga pada diri sendiri. Saya bangga pada tim, bangga pada semua orang. Terima kasih banyak untuk semua orang yang selalu ada di belakang saya.
“Saya melakukan banyak pengorbanan untuk pertarungan ini selama bertahun-tahun, dan sebelum laga ini … [ada] persiapan berat dan banyak pengorbanan. Malam ini, saya berhasil. Saya bangga pada diri sendiri. Terima kasih, tim dan semuanya.”
Anane Beberkan Latihan Berat Selama Ramadan
Dalam setiap persiapan jelang laga, Nabil Anane selalu berusaha maksimal. Namun khusus jelang melawan Superlek Kiatmoo9, tantangannya lebih berat dari biasanya.
Hal ini karena sebagai seorang Muslim, ia harus berpuasa menahan haus dan lapar dari sejak matahari terbit hingga terbenam selama bulan Ramadan.
Ia menjelaskan:
“Saya berlatih selama Ramadan. Sangat sulit bagi saya untuk beradaptasi dengan jadwal baru. Ada banyak hal yang harus saya korbankan demi meraih kemenangan. Saya merasa bisa tampil lebih baik, tapi saya mengorbankan banyak hal demi meraih kemenangan atas Superlek.”
Memaksa tubuhnya untuk tetap prima selama Ramadan adalah salah satu contoh etos kerja luar biasa yang Anane tunjukkan.
Hal ini mungkin bisa jadi jawaban tentang tentang kritikan di luar sana yang menganggap dirinya hanya unggul dari segi postur.
Dengan tinggi 195 cm, ia punya jangkauan serangan yang jauh di atas Superlek, tetapi hal itu bukan satu-satunya keunggulan yang membawanya tak terkalahkan dalam empat tahun terakhir:
“Superlek sebetulnya lebih berat dari saya, dan saya ingin mengatakan ini pada semua orang karena mereka menyangka bahwa jika kamu berpostur tinggi, maka kamu diuntungkan.
“Itu tidak benar. Saya berlatih dengan keras. Jika punya postur tinggi adalah satu-satunya alasan untuk meraih kemenangan, maka saya mengundang semua orang berpostur tinggi untuk datang bertarung dan menjadi juara.”