‘Itu Akan Sangat Emosional’ – John Wayne Parr Harap Raih Kemenangan Ke-100

DC 1910

Setelah hampir tiga dekade sebagai petarung profesional, pionir Muay Thai Australia John Wayne Parr akan mengenakan sarung tinju untuk terakhir kalinya.

Pada Sabtu, 26 Maret nanti, “The Gunslinger” akan menghadapi mantan Juara Dunia ONE Lightweight dua kali, Eduard “Landslide” Folayang, dalam laga terakhir sebelum masa pensiunnya di ONE X.

Jika ia menang, striker berusia 45 tahun ini akan membawa catatan kemenangan profesionalnya dalam Muay Thai ke tiga digit – sesuatu yang hanya dapat dicapai oleh beberapa atlet dari belahan barat.

John Wayne Parr enters the arena for his ONE Championship debut

Untuk itu, “The Gunslinger” jelas dapat memastikan penampilan berkesan dalam gelaran bersejarah perayaan 10 tahun berdirinya ONE.

“Jika saya gemar bertaruh,” kata pria Australia yang ramah ini, “Saya akan menaruh satu dolar pada diri saya sendiri – satu dolar penuh.”

“Saya mengincar KO. Saya ingin menyelesaikan karier saya dengan penyelesaian yang menjadi sorotan. Dan jika tidak, saya hanya menginginkan kemenangan itu. Saya memiliki 99 kemenangan. Saya hanya membutuhkan satu lagi untuk mencapai 100.”

“Saya akan sangat ingin menyingkirkan beban itu, akhirnya meraih potensi saya dan pensiun dengan puas, mengetahui saya telah memberi segalanya dalam karier saya.”

Akankah Teknik Wushu Folayang Jadi Ancaman Sulit Terakhir?

Yang sangat menarik adalah bahwa Parr akan berlaga dengan Juara Wushu Eduard Folayang, yang juga merebut sabuk emas lightweight MMA ONE beberapa kali.

Sementara mereka akan bertemu di bawah peraturan Muay Thai di ONE X, “The Gunslinger” akan mengantisipasi sebuah laga unik di dalam Circle.

Ia mengungkap:

“Ini adalah laga Juara Dunia ONE versus Juara Dunia Muay Thai, dan tak ada yang lebih besar lagi.”

“Saya sangat bersemangat melihat kesempatan berbagi Circle dengan Eduard Folayang. Saya bersemangat mengakhiri karier saya dalam tingkatan tertinggi melawan juara yang terbukti. Ini membuat saya termotivasi untuk bangun di pagi hari dan berlatih keras.”

“Mr. Folayang adalah seorang legenda, superstar di Filipina. Dan apa yang ia bawa ke atas meja bukanlah gaya striking klasik Muay Thai. Saya berharap dirinya untuk berputar mungkin sekali atau dua kali.”

Berbagai hal yang tak dapat ditebak itu menjadikan Folayang seorang lawan berbahaya, bahkan bagi seseorang yang sangat berpengalaman seperti Parr.

Dengan itu, pria Australia ini tak berencana untuk terlalu bersemangat menyerang. Ia berencana menempatkan sebuah sorakan terakhir bagi para penonton – tetapi ia juga harus memilih serangannya dengan seksama melawan ikon Filipina itu.

“Saya harus menempatkan waktu saya dengan tepat agar tidak terjebak oleh apa pun. Tidak terlalu berhati-hati, tetapi saya harus menyadari posisi saya sepanjang waktu – jarak, pengukuran,” kata Parr.

“Saat saya menyerang, saya harus memastikan saya menyerang dengan tujuan. Masuk, keluar. Jangan terlalu lama berada di jarak dekat supaya saya tak terkena sesuatu yang gila.”

Scenes from Nieky Holzken vs. John Wayne Parr at "ONE on TNT III"

Kegilaan adalah sesuatu yang dapat diharapkan dari Folayang, yang sangat dikenal dengan serangan memutarnya.

Namun, karena laga ini dipertandingkan di bawah peraturan andalan Parr, ia berharap dapat mengatasi ancaman tersebut dan mengendalikan ritme dari awal sampai akhir.

“Jika saya dapat menjaganya dalam permainan Muay Thai murni, saya akan sangat sulit dikalahkan,” kata perwakilan Boonchu Gym itu.

“Maka, keunggulan laga ini adalah bahwa ia memasuki dunia saya, daripada saya yang memasuki dunianya. Saya akan memilih serangan saya dan mendapatkan kemenangan.”

‘Itu Akan Sangat Emosional’

“The Gunslinger” telah melewati berbagai hal dalam olahraga tarung, dari mengalahkan atlet legendaris Orono Por Muang Ubon sampai memenangkan 10 gelar Juara Dunia Muay Thai dan Kickboxing.

Namun, perjalanannya menuju sabuk emas ONE Super Series berakhir tahun lalu saat superstar Belanda Nieky “The Natural” Holzken mencetak KO atas dirinya pada ronde kedua. Kekalahan berat itu memberi pelajaran bahwa walau manusia dapat dikalahkan, Parr tak dapat mengalahkan waktu.

Kini, hanya beberapa bulan jelang ulang tahunnya yang ke-46, ia menerima kenyataan bahwa dirinya tak akan mungkin mencapai puncak disiplin ini sekali lagi. Sebaliknya, ia kini terfokus mempersiapkan generasi berikut bagi ONE Super Series.

Namun, hal ini tak berarti dirinya tak dapat merasakan kemenangan sekali lagi – terutama dalam ajang kolosal seperti ONE X.

Parr berkata:

“Saat anda menang, dan anda mendengar penonton menyorakkan nama anda, anda mendapatkan adrenalin dan bergidik, dimana saat anda pulang, dan anda terlalu bersemangat, anda tak dapat tidur selama dua atau tiga hari karena perasaan ‘high‘ dari laga itu.”

“Saya akan memastikan bahwa segala sesuatunya tak ada yang terlewat, dan bahwa saya melakukan apa pun untuk memastikan saya mengendarai unicorn itu ke arah matahari terbenam.”

Menang atau kalah, ini akan menjadi hari yang penuh emosi bagi dunia Muay Thai.

Parr telah menjadi nama besar dalam olahraga ini sejak era 1990an, dan sementara nama sang legenda ini akan tetap hidup, 26 Maret akan menjadi kali terakhir ia berdiri di tengah Circle dan menikmati atmosfer yang diimpikan oleh tiap petarung.

“Mungkin akan ada air mata yang terjatuh,” akunya.

“Itu mungkin dapat menjadi sangat sedih. Bibir bawah saya dapat saja bergetar. Itu akan sangat emosional.”

“Saya hanya akan mencoba menikmati semuanya. Inilah terakhir kalinya saya akan mendengan tepukan tangan itu, maka saya ingin memanfaatkannya dengan sangat baik.”

Selengkapnya di Berita

77942
250220 DOH ONE171 Article_Banner 1200x800px
75289
DC 7978
2120
73127
AnatolyMalykhin ReugReugOumarKane Faceoff 1920X1280
Yodlekpet ONE Friday Fights 85
Yodlekpet Or Atchariya Komawut FA Group ONE Friday Fights 68 46
ChristianLee AlibegRasulov 1200X800
Kade Ruotolo Blake Cooper ONE 167 72
Muangthai and Kongsuk