Jeremy Miado Berharap Perubahan Suasana Akan Beri KO Epik
Jeremy “The Jaguar” Miado ingin membuktikan bahwa terjangan lutut spektakuler miliknya bukanlah kebetulan.
Bintang muda Filipina itu akan bertemu dengan pria yang ia jatuhkan saat itu – Miao Li Tao – dalam ajang ONE: NEXTGEN di Singapura pada Jumat, 29 Oktober, dan ia berdeterminasi untuk menghantam kedua kalinya.
Saat kedua seniman bela diri campuran ini awalnya berhadapan pada November 2019, Miao menekan “The Jaguar” dengan serangan tinju keras pada ronde pertama. Namun saat atlet Tiongkok itu mendesak maju, Miado melompat dan menyambungkan sebuah serangan lutut ke rahang lawan, yang segera menidurkan rivalnya itu.
Kini, pria Filipina berusia 28 tahun itu ingin menampilkan sebuah penampilan yang lebih dominan dalam laga ulang itu dan menggunakan laga ini sebagai batu loncatan untuk mencapai hal yang lebih besar lagi.
Dalam wawancara eksklusif ini, Miado melihat kembali laga keduanya melawan Miao, berlatih dengan Zamboanga bersaudara di Marrok Force, Thailand, serta masih banyak lagi.
ONE Championship: Dua tahun setelah mencetak KO Miao Li Tao dengan serangan lutut di udara, anda akan menghadapinya kembali dalam sebuah laga ulang. Apakah anda berharap itu terjadi secepat ini?
JM: Sebenarnya, saya tak berharap akan menghadapinya sekali lagi secepat ini. Namun, sebagai atlet profesional, saya hanya harus melawan siapa pun di hadapan saya. Sudah cukup lama sejak saya terakhir berlaga, maka saya meraih kesempatan itu dan mengalahkannya. Mungkin ia meminta laga ulang, maka itulah ini terjadi.
ONE: Miao telah berlaga beberapa kali sejak kalian bertemu. Apakah ia telah berkembang?
JM: Kemampuan gulatnya sangat berkembang. Pertahanan submission-nya sangat bagus. Posturnya juga berubah. Ia tak hanya menerjang lawannya – ia tak seagresif itu lagi. Masih ada agresi, namun ia tak seceroboh itu lagi.
ONE: Sesuatu yang menarik adalah bahwa anda telah berlatih di Marrok Force, Bangkok, selama satu tahun terakhir. Bagaimana perjalanan itu?
JM: Istri saya dan Denice [Zamboanga] adalah sahabat baik. Kami mendengar bahwa Marrok membuka pintu, maka istri saya berbicara pada Denice untuk melihat apakah kami dapat mendaftar sebagai murid di sasana itu dan ada bersama Marrok Force untuk pemusatan latihan berikutnya. Beruntung, dengan bantuan Denice dan Drex [Zamboanga], mereka menerima kami.
Tahun lalu, di bulan November, saya terbang dengan istri saya, namun bayi kami harus tinggal di Filipina. Istri saya kembali ke sana beberapa bulan lalu untuk memeriksa bayi kami, namun setelah laga saya, saya kira ia akan kembali ke sini bersama anak kami.
ONE: Apakah keuntungan berlatih di Marrok Force?
JM: Keuntungan di sini adalah bahwa saya dapat terfokus pada latihan saya. Saat saya berada di Filipina, bahkan selama latihan, prioritas saya adalah untuk berlatih dan mengajar.
Di Thailand, kami hanya berlatih setiap waktu. Pagi hari, malam hari, kami hanya berlatih. Kami hanya terfokus pada latihan kami. Para pria-pria yang lebih besar ini juga membantu sebagai rekan berlatih di Marrok. Mereka tak hanya besar, namun juga rekan berlatih yang berkaliber tinggi. Saya kira itu adalah keunggulan besar.
ONE: Bagaimana tentang perjuangan terberat anda?
JM: Berada jauh dari istri dan anak saya. Itu sangat sulit. Tentu, saya selalu ingin memiliki waktu bagi mereka, tetapi itulah hidup. Mungkin lebih baik jika mereka ada di dekat saya karena setelah anda berlatih, anda hanya dapat pulang dan beristirahat dengan mereka.
Itu sulit karena ini pertama kalinya saya berada jauh dari keluarga saya. Saya menggunakan waktu luang saya hanya untuk memerangi kerinduan saya pada rumah. Saya tahu bahwa apa yang saya lakukan adalah untuk masa depan keluarga saya. Saya hanya harus bersabar.
ONE: Bagaimana perkembangan anda setelah pindah ke Thailand?
JM: Dalam satu tahun saya di sana, saya kira kemampuan gulat sayalah yang berkembang pesat. Kemampuan striking saya juga berkembang karena terdapat banyak striker hebat di sasana ini. Itu sangat membantu.
Memiliki atlet Filipina di sekeliling saya seperti Denice, Drex dan Fritz [Biagtan], mereka membuat hidup saya lebih mudah. Mereka telah membantu saya, dan kami telah berbagi teknik tentang bagaimana berkembang ke depannya.
Saya kira langkah ini dapat menjadi perubahan terbesar dalam karier saya, karena saya mengembangkan banyak hal di sini, di Marrok. Latihan di sini sangat konsisten. Kami terfokus pada itu. Kamu hampir selalu berlatih.
ONE: Apa yang anda harapkan dari Miao kali ini? Bagaimana anda ingin laga ini berakhir?
JM: Saya tahu ia telah berlatih keras untuk menghadapi saya, namun saya dapat memastikan bahwa saya bekerja sekeras dirinya. Akan ada penyesuaian dalam latihannya, dan ia akan mendedikasikan diri untuk mengalahkan saya.
Berbicara tentang kemampuan, saya tahu saya dapat menyesuaikan diri, karena selama kemampuan kardio saya berada [di] puncaknya, saya dapat melawan apa pun yang ia ingin lontarkan.
Saya tak merasa tertekan. Saya kira ronde terkeras akan menjadi ronde pertama – tak mengetahui game plan miliknya dan berusaha membaca apa yang ia ingin lakukan. Saya kira ronde pertama akan sangat krusial.
Saya akan melakukan yang terbaik. Saya tahu ini akan menjadi laga fantastis. Jika ia memutuskan tak mencoba menyeret saya ke bawah dan tetap berdiri melawan saya, saya tahu itu akan menjadi laga yang epik. Saya sangat ingin menampilkan yang terbaik. Saya hanya tak ingin maju dan tampil tanpa memberi aksi terbaik.
ONE: Bagaimana anda ingin menang melawan Miao?
JM: Saya tak hanya ingin menang melawan Miao, saya ingin menang dengan cara meyakinkan. Bahkan jika itu ada di tangan juri, saya ingin itu menjadi sangat meyakinkan sampai tak ada lagi keraguan di mata mereka. Saya yakin penampilan saya di sini akan menjadi ukuran apakah saya layak melawan salah satu pria di jajaran lima besar.
Saya harus mendominasi. Saya tak ingin berakhir di tangan juri dalam laga yang tipis, maka akhirnya adalah sebuah penyelesaian atau mendominasi jika itu berakhir pada keputusan.
ONE: Kami harus tahu, apakah anda akan kembali mengincar dengan terjangan lutut?
JM: Saya masih akan mengincar serangan lutut di udara itu jika diberi kesempatan. Saya akan mengincar cara untuk menempatkan itu sekali lagi. [Namun juga], saya kira tangan saya akan memberinya permasalahan – terutama pukulan uppercut dan jab saya, karena saya kira saya memiliki keunggulan jangkauan atas dirinya.