Jonathan Haggerty Siapkan Kejutan Bagi Rodtang Jitmuangnon
Mantan Juara Dunia ONE Flyweight Muay Thai Jonathan “The General” Haggerty telah memetik pelajaran dari pertemuan pertamanya dengan Rodtang “The Iron Man” Jitmuangnon.
Ia percaya bahwa pelajaran yang ia dapatkan itu dapat menjadi senjata utama demi mengalahkan bintang Thailand ini dalam pertandingan ulang mereka hari Jumat, 10 Januari nanti.
Atlet Inggris ini dijadwalkan menantang sang juara bertahan dalam laga puncak ONE: A NEW TOMORROW di Impact Arena, Bangkok, Thailand.
Rodtang merebut sabuk emas dari genggaman “The General” dalam laga lima ronde keras di Mall Of Asia Arena, Manila, Filipina, Agustus lalu.
Sejak saat itu, Jonathan berusaha menyesuaikan diri baik secara teknis atau psikologis, dengan harapan dapat menebus kekalahan saat keduanya kembali berjumpa di ibukota Thailand itu nanti.
Jelang laga ulang ini, priaberusia 22 tahun dari London ini menguraikan bagaimana mereka pertama kali bertemu, pelajaran yang diambilnya, serta bagaimana ia dapat memenangi laga keduanya nanti.
ONE Championship: Bagaimanakah perebutan gelar Juara Dunia yang juga menjadi sebuah laga ulang ini dapat tercipta?
Jonathan Haggerty: Mereka segera memberi saya laga ulang [beberapa bulan lalu], yang sangat saya syukuri. Namun saya harus menolaknya, karena dalam kepala saya, saat itu saya belum siap. Saya berada dalam masa pemulihan setelah kekalahan itu. Saya dapat saja langsung menerima tawaran itu, tetapi tidak berada dalam kondisi 100 persen. Saya pernah mengalami hal serupa dan akhirnya tidak mendapatkan hasil yang saya inginkan.
Menolak laga ulang adalah hal yang sulit bagi saya, namun kali ini adalah waktu yang tepat. Saya tahu itu [keputusan] yang tepat, dan jika anda datang pada tanggal 10 Januari, akan terbukti bahwa [saya telah mengambil] keputusan tepat.
ONE: Penyesuaian apa yang akan anda lakukan saat kembali menghadapi Rodtang?
JH: Saya akan lebih mampu mengendalikan emosi, karena saat berlaga melawan Rodtang, ia akan memancing emosi anda. Dia ingin anda bertarung dengannya. Ia ingin anda mengeluarkan insting perang yang membuat anda tidak nyaman.
Saya akan bertahan dengan jab dan teep. Saya akan membuatnya frustrasi. Biarkan dirinya bertarung – seperti biasa – dan saya berharap dapat menyerangnya dengan sesuatu yang kami persiapkan.
ONE: Anda mengatakan bahwa anda terlalu emosional saat laga pertama. Dapatkan anda menceritakan apa yang terjadi?
JH: Tidak ada alasan – pria terbaiklah yang memenangkan laga. Saya merasa nyaman pada ronde pertama. Pada ronde kedua, saya kira akan lebih mudah. Namun atlet Thailand itu mengambil [banyak inisiatif serangan] di beberapa ronde akhir. Saat ini, dengan lebih banyak pengalaman, saya akan mengingatnya baik-baik.
Pada ronde ketiga, wasit menyatakan waktu rehat [injury time]. Bukan bermaksud tidak menghormati, tak ada yang berubah, namun ia menyentuh bagian belakang saya. Saya rasa saya terkena sikut dan kaki saya kehilangan keseimbangan. Saya mencoba berjalan. Saya menjadi emosional, kembali bertarung dan melemparkan serangan dengan lengan saya, sesuatu hal yang tak biasa saya lakukan.
Saya menjadi frustrasi. Saya tak bergerak selayaknya ronde pertama dan kedua. Saya merasa kehilangan kaki saya dan tak mampu bergerak secepat biasanya. Saya hanya ingin berdiri dan melayangkan serangan, namun ternyata itu bukan ide yang bagus.
Menjelang akhir ronde ketiga, dan pada ronde keempat, saya kira, ‘saya terperangkap ke dalam permainannya.’ Namun di kepala saya, saya merasa saya tak dapat mundur, karena itu artinya saya melarikan diri. Saya lebih tenang pada ronde kelima. Saya rasa saya unggul pada ronde itu, namun sudah terlambat untuk mencetak knockdown, tentu saja. [Para juri] menilai dari luka yang diterima.
ONE: Apa yang membuat anda kembali berada di jalur yang tepat di ronde kelima?
JH: Saya hanya teringat ayah saya dan Chris [Knowles, pelatih saya] berteriak ke arah saya, ‘Kamu harus memenangkan ronde ini.’ Saya tak merasa letih, saya tidak kelelahan. Ini tentang maju dan mengetahui bahwa anda harus berdiri saat anda tak mampu menggerakan kaki dengan baik.
ONE: Sudahkah anda menonton kembali laga tersebut? Jika sudah, bagaimana pendapat anda terkait hal itu?
JH: Ya, saya telah menonton kembali laga tersebut. Saya suka memutar kembali ronde pertama dan kedua, karena saya merasa itu adalah pertunjukkan sempurna. Saya merasa tak percaya. Namun tentu saja, anda harus melihat laga secara keseluruhan.
Sulit untuk menyaksikan ronde keempat saat saya terjatuh. Saya rasa itulah pertama kalinya saya dijatuhkan, namun saya tak terburu-buru. Saya ingat menatap ke atas dan melihat nama saya di atap. Ibu saya berada di kerumunan penonton. Saya menghela nafas panjang, meletakkan tangan di kepala, bangkit, menggunakan teknik jab dan teep saya, serta mengandalkan sudut [dalam menyerang].
ONE: Apakah pelajaran yang anda ambil dari laga tersebut?
JH: Jangan terjebak di sana. Jangan terbawa pada rencananya saat dia duduk dan memukul-mukul dagunya. Jangan terprovokasi, karena itu yang dia inginkan. Cukup tertawa saja. Mungkin itu yang penonton ingin lihat, namun seringkali, kesederhanaan adalah yang utama. Saya akan tetap menggunakan jab dan [melihat] dari berbagai sudut sehingga kaki saya tetap berdiri seimbang.
ONE: Adakah yang dapat anda simpulkan dari penampilan Rodtang saat ia mempertahankan gelar Juara Dunia menghadapi Walter Goncalves di ajang ONE: CENTURY?
JH: Itu adalah laga yang tepat. Itu juga sebuah pertarungan sengit. Saya tak dapat banyak menyimpulkan, karena [Walter] Goncalves tidak bertarung seperti saya. Gaya bertarungnya mirip Rodtang. Namun anda dapat melihat bahwa Rodtang menjadi frustrasi saat anda banyak bergerak. Dia ingin berdiri disana, menepuk-nepuk dagunya dan mengajak anda bertarung, namun itu tak akan terjadi.
ONE: Apakah laga ulang nanti akan lebih mudah, karena anda telah mempelajari apa yang akan terjadi, atau justru lebih sulit karena anda berdua telah mempersiapkan diri dengan baik?
JH: Lebih mudah, karena saya kira kita mengetahui apa yang akan terjadi. Saya tidak merasa dia istimewa. Dia memang berhasil memukul saya dengan beberapa pukulan bagus – seingat saya tiga kali, namun secara teknis, saya pernah berlaga dengan atlet yang lebih baik. Ini tentang sedikit mengubah hal yang tak diduganya dan mempertajam beberapa hal lain.
Baca juga: Laga Ulang Epik Demi Gelar Juara Dunia Jadi Puncak Gelaran Pertama Di 2020