Joshua Pacio Ungguli Naito, Rebut Gelar Juara Dunia ONE Strawweight
Selama dua tahun, Joshua “The Passion” Pacio dari Team Lakay hanya memikirkan satu hal, yaitu kembali menghadapi Juara Dunia ONE Strawweight Yoshitaka “Nobita” Naito.
Joshua Pacio put in a phenomenal performance against Yoshitaka Naito to win the ONE Strawweight World Championship in an epic rematch! TV: Check local listings for global broadcast
Posted by ONE Championship on Saturday, September 22, 2018
Di ONE: CONQUEST OF HEROES, yang berlangsung pada hari Sabtu, 22 September, di Jakarta Convention Center, atlet Filipina ini akhirnya mendapatkan kesempatan kedua untuk merebut sabuk emas itu.
Pria berusia 22 tahun ini menampilkan aksi penuh kesempurnaan. Ia menampilkan teknik striking yang unggul serta takedown dan pertahanan grappling fenomenal untuk mengalahkan “Nobita” melalui keputusan mutlak (unanimous decision) untuk merebut sabuk emas.
“Saya tak dapat berkata-kata, tetapi saya ingin berterima kasih pada Tuhan Yesus Kristus dan ONE Championship untuk keistimewaan [memenangkan gelar Juara Dunia], dan perasaan yang tak terlukiskan ini,” kata Pacio pada Mitch Chilson di dalam arena setelah laganya.
Pacio membuka laga dengan tendangan rendah ke sisi luar yang keras, yang memastikan sebuah malam panjang bagi “Nobita.”
Naito – seorang pegulat dan grappler – mencoba lima takedown pada ronde pertama, yang seluruhnya dihentikan oleh kemampuan sprawl efektif dari pria Filipina itu.
Perwakilan Paraestra Matsudo berusia 34 tahun itu mencoba untuk menyarangkan single-leg takedown setelah pukulan overhand kanan, namun Pacio membaca taktik itu dan mengantisipasinya.
Menetapkan dominasinya dalam ranah striking di awal laga, “The Passion” melukai Naito dengan sebuah tendangan keras ke arah tengah tubuhnya, serta menghujaninya dengan pukulan keras. Namun, sang atlet Jepang itu menunjukkan kekuatannya dan segera bangkit.
Ronde kedua berlangsung mirip, dengan Pacio yang berlanjut memberi kerusakan besar ke kaki depan Naito, yang nampak mengganggu sang juara asal Jepang ini.
Segera setelahnya, warga Matsudo ini akhirnya mampu mencetak poin melalui sebuah takedown yang sukses setelah berkali-kali mencoba. Namun, “Nobita” gagal untuk menjaga sang penantang tetap ada di ground saat bintang Filipina itu segera kembali berdiri.
Momentum mulai beralih pada pertengahan ronde, saat sang pemegang gelar menyeret lawannya dengan lebih mudah ke atas kanvas.
Pada ronde ketiga, Naito melanjutkan misinya untuk meraih takedown lainnya, tetapi tak selalu berhasil. Walau ia mampu menyeret lawannya itu ke atas kanvas, ia sulit melewati pertahanan (passing guard) dan tak dapat mencetak kerusakan besar.
Di sisi lain, Pacio menampilkan pertahanan luar biasa dari posisi guard, saat ia menyerang atlet Jepang itu dengan pukulan dan serangan siku. Di satu titik, ia bahkan membalikkan keadaan dengan teknik butterfly sweep.
Walau jelas bahwa “Nobita” perlahan menyarangkan lebih banyak takedown secara efektif, ia mengalami tantangan yang lebih berat dari pejuang asal Baguio itu, dibandingkan pertemuan pertama mereka di Oktober 2016.
Kali ini, Pacio menunjukkan pengendalian diri dan ketenangan yang lebih jauh, serta bertahan dengan baik melawan serangan Naito.
Dalam ronde-ronde kejuaraan, laga ini secara efektif bertransisi ke permainan grappling teknis yang menegangkan.
Sementara Naito adalah grappler yang lebih berpengalaman saat keduanya bertemu hampir dua tahun lalu, perbedaan kemampuan mereka semakin menipis dalam laga ulang ini. “The Passion” jelas menghabiskan waktu untuk meningkatkan kemampuan gulat dan jiu-jitsu miliknya untuk tampil di tingkatan tertinggi, dimana peperangan ground ini berakhir dengan imbang.
Namun, stanza terakhir menjadi saksi bagaimana keduanya tak sudi menyerah kalah.
Pacio menampilkan keunggulannya dalam striking, dengan kombinasi cepat pada menit awal ke arah Juara Dunia asal Jepang ini. Sementara Naito mampu kembali menyeret perwakilan Team Lakay itu ke atas kanvas beberapa kali, kisah ini tetap sama – karena “Nobita” tak mampu mencetak kerusakan besar atau masuk ke posisi dominan.
Pada akhirnya, Pacio mengungguli rivalnya asal Jepang itu di kartu penilaian juri dengan sebuah kemenangan mutlak, serta mewujudkan impiannya menjadi Juara Dunia ONE Strawweight.
Dengan catatan rekor 13-2 pada usianya yang ke-22, pria Filipina ini memastikan statusnya sebagai salah satu seniman bela diri terbaik di muka bumi.