Juara Dunia BJJ Bruno Pucci Lakukan Perubahan Krusial Dalam Permainannya

Bruno Pucci DUXC7472 e1496720509919

Juara Dunia BJJ No-Gi dua kali, Bruno Pucci, mungkin telah terjungkal dalam laga terakhirnya hampir 10 bulan yang lalu, namun ia tetap memiliki pemikiran yang bergerak maju, serta berencana mengambil langkah besar dalam kariernya pada hari Jumat, 30 Juni.

Atlet Brasil berusia 26 tahun ini, yang dikenal sebagai “Puccibull,” akan kembali ke dalam arena untuk berlaga melawan atlet pencetak KO Filipina Jimmy Yabo di ajang ONE: LIGHT OF A NATION, yang disiarkan langsung dari Thuwunna Indoor Stadium di Yangon, Myanmar.

“Tentunya anda tak akan dapat meramalkan hal-hal seperti ini, namun anda harus selalu positif,” katanya. “Jika anda berpikir positif, maka hal-hal positif akan terjadi pada anda. Saya tidak pernah memikirkan tentang kekalahan. Saat saya menutup mata saya, saya yakin saya memiliki seluruh kemampuan untuk memenangkan laga ini.”

Bruno Pucci IMG_2271.jpg

Kekuatan dari pemikiran positif ini telah membawanya jauh dalam kehidupan dan kariernya.

Setelah didiagnosa dengan defisiensi hormon pertumbuhan pada usianya yang ke-10, Pucci diberikan suntikan harian untuk mengatasi masalah itu. Dokter juga merekomendasikan dirinya untuk menekuni olahraga sebagai cara membantu kondisinya. Ia mencoba berbagai aktivitas fisik, seperti skateboarding dan berenang, namun tak ada yang menarik minatnya.

Tetapi, pada tahun 2004, ia menemukan Brazilian Jiu-Jitsu di sebuah sasana di lingkungannya, serta jatuh cinta dengan keindahan teknik grappling yang diberikan disiplin ini. Ia berkomitmen menjalani itu, dan berkat mantranya, “berlatih keras, kerja keras,” ia akhirnya menjadi Juara Dunia BJJ No-Gi pada tahun 2009 dan 2010.

Sementara ia menjalani kesuksesan di atas kanvas, “Puccibull” selalu mengincar disiplin bela diri campuran. Faktanya, ia melewatkan sirkuit amatir dan langsung maju ke tingkat profesional pada bulan Oktober 2011.

Bruno Pucci IMG_4854.jpg

Ia memenangkan tiga laga perdananya — termasuk debut promosionalnya melawan Bashir Ahmad di ajang ONE: CHAMPIONS AND WARRIORS pada bulan September 2013 — melalui kuncian rear-naked choke. Kali ini, ia telah bergabung bersama sasana terkenal di Singapura, Evolve MMA.

Setelah atlet Brasil itu menderita kekalahan perdananya atas Major Overall pada bulan Mei 2014, ia sayangnya harus beristirahat karena cedera. Ia harus menghabiskan 18 bulan untuk memulihkan diri dari operasi mata dan punggung untuk memperbaiki tubuhnya. Namun, ia mencetak penampilan kembali yang luar biasa di bulan Desember 2015 dengan mengalahkan atlet Belanda-Indonesia Anthony Engelen dengan kuncian rear-naked choke andalannya.

Nampaknya kesulitan Pucci telah berakhir, namun ia menderita sebuah kemunduran lainnya di bulan September 2016, saat Nuerdebleke Bahetihan mencetak KO atas dirinya dalam waktu delapan detik di ONE: UNBREAKABLE WARRIORS.

“Saya mengenainya dengan pukulan, lalu ia menyerang saya kembali dan saya tak sadarkan diri,” kenangnya. “Banyak orang berkata, ‘Kamu salah melakukannya,’ namun saya mempelajari banyak hal. Saya belajar bahwa saya dapat saja menjadi lebih sabar.”

“Saya akan mengatakan bahwa itu adalah permasalahan saya. Saya adalah orang yang sangat tidak sabaran. Bahkan di dalam arena, saya tidak sabar. Saya ingin menyelesaikan banyak hal dengan cepat, maka itu adalah kesalahan saya. Tiap laga adalah proses pembelajaran, dan itulah yang terjadi.”

Pucci, dengan rekor 4-2, berharap menampilkan apa yang telah dipelajarinya dari pengalaman luar biasa itu dan menampilkan beberapa teknik baru tanggal 30 Juni nanti. Ia juga akan harus lebih bersabar saat ia berlaga melawan Yabo, pria yang dijuluki sebagai “The Silencer” karena ketenangan dan kemampuan mencetak KO yang luar biasa.

Jimmy Yabo IMG_9053.jpg

Sebagai pemegang sabuk hitam taekwondo, atlet Filipina berusia 36 tahun itu berlatih di Mactan Combat Sports dan memiliki rekor profesional 5-4 (1 No Contest) dengan tiap kemenangan diraihnya melalui KO. Saat berlaga bersama ONE, ia mencetak KO atas Ahmad — lawan yang sama dengan Pucci — dalam waktu 21 detik di ajang ONE: TRIBE OF WARRIORS,

“The Silencer” ingin mencetak pernyataan tegas di Yangon dan mematahkan dua kekalahan beruntunnya, dimana lawannya asal Brasil itu juga mengetahui bahwa ia memiliki kemampuan tersebut.

“Pukulan kerasnya, latar belakang tinju dan fakta bahwa dirinya adalah penyerang balik menjadikan itu berbahaya, karena jika saya ingin menerapkan grapple, saya harus masuk dan menutup jarak. Itu adalah daerah berbahaya bagi saya,” kata Pucci.

“Tentunya, saya meyakini kemampuan grappling saya — itulah kelemahannya dan kekuatan saya. Dalam laga ini, itu tentang siapa yang maju, tampil lebih baik dan bertahan dengan game plan malam itu.”

Bruno Pucci IMG_2421.jpg

Pucci berharap menjadi pria yang dapat tampil lebih baik malam itu. Ia memiliki motivasi untuk menempatkan kekalahan KO-nya dalam delapan detik jauh di belakang, serta berkonsentrasi membangun karier menuju gelar Kejuaraan Dunia ONE FeatherweightKekurangannya di masa lalu hanyalah sebuah pembelajaran yang dapat menjadikannya lebih baik.

“Hal-hal buruk terjadi untuk alasan tertentu. Saya kalah sebelumnya, dan itu bukanlah hal yang bagus. Namun, itu membuat saya semakin haus, dan saya belajar dari kesalahan saya,” akunya. “Saya mengetahui apa yang harus saya waspadai, maka saya sangat optimis tentang laga ini.

“Saya bekerja keras. Saya merasa kerja keras itu akan terbayar. Itulah apa yang saya alami sepanjang hidup saya, dan itu tidak akan berbeda saat ini.”

Selengkapnya di Berita

77942
250220 DOH ONE171 Article_Banner 1200x800px
75289
DC 7978
2120
73127
AnatolyMalykhin ReugReugOumarKane Faceoff 1920X1280
Yodlekpet ONE Friday Fights 85
Yodlekpet Or Atchariya Komawut FA Group ONE Friday Fights 68 46
ChristianLee AlibegRasulov 1200X800
Kade Ruotolo Blake Cooper ONE 167 72
Muangthai and Kongsuk