‘Kami Lewati Banyak Hal’ – Perjalanan Felipe Lobo Dari ‘Favela’ Di Sao Paulo Sampai Raih Kejayaan Di ONE Championship
Petarung sensasional Brasil Felipe “Demolition Man” Lobo dapat berada di puncak kesempatan lain demi merebut gelar Juara Dunia ONE Bantamweight Muay Thai.
Pada jam tayang utama A.S., 8 Desember nanti, atau Sabtu pagi, 9 Desember waktu Asia, penantang #2 ini akan kembali melawan penantang #3 Saemapetch Fairtex dalam aksi krusial yang menjanjikan adu serangan panas di ONE Fight Night 17: Kryklia vs. Roberts.
Itu akan menjadi laga kelima Lobo bersama organisasi seni bela diri terbesar di dunia ini, dimana ia dengan tegas memastikan statusnya sebagai salah satu striker terbaik dan paling menghibur di muka bumi.
Sebelum ia mencoba mengalahkan Saemapetch sekali lagi di Lumpinee Boxing Stadium, Bangkok, Thailand, mari kita lihat perjalanan berliku dari “Demolition Man” ke panggung seni bela diri dunia ini.
‘Saya Tak Suka Orang Berurusan Dengan Saya Atau Keluarga Saya’
Terlahir dan dibesarkan di area favela Sao Paulo, Lobo berasal dari keluarga sederhana dimana setiap anggotanya harus melakukan bagian mereka untuk memebuhi kebutuhannya.
Ia berbicara pada onefc.com/id tentang kesulitannya saat ia dibesarkan:
“Saya mulai bekerja subuh untuk membantu keluarga saya. Saat saya berusia 12, 13 tahun, saya membantu ibu saya menjual penganan. Kami memiliki masa kecil dimana kami beranjak dewasa dengan sangat cepat. Dari usia dini, kami mempelajari apa nilai uang itu.”
Karena lingkungan keras masa kecilnya, Lobo juga segera mempelajari seberapa penting untuk dapat mempertahankan diri.
Sementara ia jelas tidak akan mencari perkelahian, pria Brasil itu berkata bahwa itulah yang menemukan dirinya. Berkarakter tenang dan halus, ia tak pernah mengizinkan dirinya atau mereka yang dikasihinya menjadi korban:
“Saya selalu menjadi anak yang sangat pemalu. Saya yang tertua dari saudara-saudara saya, dan saya selalu merawat mereka. Saya selalu sangat bersahaja. Saya pemalu, tapi pada saat yang sama, saya adalah petarung.”
“Saya tak suka siapa pun yang menginvasi ruang saya. Saya tidak suka candaan ringan. Saya selalu jadi anak yang tenang, tapi pada saat yang sama, agresif. Saya tidak suka siapa pun berurusan dengan saya atau keluarga saya.”
Jatuh Cinta Pada Olahraga Tarung
Tak menunjukkan kurangnya kemampuan atletis dan kegemaran untuk agresi, Lobo remaja menemukan panggilannya dalam tinju, sebelum beralih ke Muay Thai.
Untuk yang terakhir, ia mulai berlatih “seni delapan tungkai” di sasana sepupunya, Team Amatha:
“Di usia 15 tahun, saya mulai bertinju, dan saya jatuh cinta. Saya segera unggul dan menjadi lebih dan lebih lagi bergairah tentang seni bela diri.”
“Dan pada usia 16, 17 tahun, saya juga mulai berlatih Muay Thai dengan sepupu saya, Rodrigo Amatha.”
Striker muda ini mencapai kesuksesan cepat dalam skena Muay Thai regional Brasil yang keras dan kompetitif.
Setelah membuktikan keteguhannya melawan beberapa petarung terbaik di negaranya, Lobo mengambil keputusan yang mengubah hidupnya untuk pindah ke Thailand, dimana ia akan berlatih dan bertarung melawan para kompetitor elite di tanah kelahiran Muay Thai itu.
Ia mengenang:
“Saya memenangi beberapa kejuaraan sebelum bertarung di Portuarios Stadium, yang adalah stadion Muay Thai pertama di Brasil, dan saya memenangi sabuk itu. Lalu, sepupu saya berkata ini waktunya bagi saya untuk pergi ke Thailand dan melawan yang terbaik.”
“Saya berbicara pada keluarga dan teman-teman saya. Kami mengumpulkan uang, dan saya mampu membeli tiket ke Thailand.”
‘Momen Tersulit Dalam Hidup Saya’
Perpindahan “Demolition Man” ke Thailand memang mengawali perjalanannya menuju ketenaran, serta memicu pergerakannya untuk mencapai ONE Championship.
Tetapi, sementara perubahan suasana itu akhirnya terbayar lunas dalam karier kompetitifnya, itu juga menjadi hal yang cukup menantang bagi Lobo secara pribadi:
“Halangan terbesar yang saya hadapi dalam hidup saya adalah tinggal di luar negeri. Saya belum pernah berada jauh dari keluarga saya, dan di usia 20 tahun, saya datang untuk tinggal di Thailand.”
“Sangat sulit untuk beradaptasi dan berada jauh dari keluarga saya. Selama empat, lima bulan, saya sangat sedih dan banyak sekali menangis. Itu adalah momen tersulit dalam hidup saya.”
Ribuan kilometer jauhnya dari Brasil, memang tidak mengejutkan jika Lobo sangat merindukan rumah dan mengalami berbagai kejutan terkait budaya lokal.
Namun, dengan kepercayaan diri dan determinasi yang tak tergoyahkan untuk mencapai kehebatan, ia mampu bertahan melewati waktu-waktu sulit itu:
“Itu adalah perubahan radikal dalam hidup saya. Itu semua baru, budaya yang berbeda, tapi saya selalu terikat dengan Tuhan, dan keluarga saya selalu membantu saya dengan berdoa dan memberi saya energi yang bagus.”
“Itulah cara saya mampu mengatasinya saat itu, karena itu transisi kehidupan yang sangat sulit.”
Terinspirasi Oleh Keluarga
Sejak bergabung dengan ONE pada 2020 lalu, pria asal Sao Paulo ini memenangi tiga dari empat laga menawan, dimana ia mengalahkan beberapa striker yang paling ditakuti dan hanya kalah di tangan Juara Dunia ONE Bantamweight Muay Thai saat itu, Nong-O Hama.
Masih tinggal jauh dari rumahnya, Lobo memastikan diri sebagai superstar ONE bonafid – petarung kuat yang tetap tegak berdiri dalam gambaran perebutan gelar Juara Dunia.
Sepanjang itu, ia belum pernah kehilangan pandangan tentang darimana ia berasal dan termotivasi atas kesempatan memberi kehidupan yang lebih baik bagi orang tua dan saudaranya:
“Inspirasi terbesar saya adalah keluarga. Mereka memberi saya kekuatan yang saya butuhkan untuk melanjutkan. Saya selalu berpikir tentang mereka. Kami melewati banyak kesulitan, maka saya selalu berpikir tentang apa yang kami lewati, dan saya selalu memikirkan tentang membantu mereka.”
“Itu yang memberi saya kekuatan untuk melakukan apa yang saya cintai.”